57🥀 : Opah and oma

20.5K 1K 7
                                    

Cipu come back

Jangan lupa Vote, Cipu Pantau ya yang belum vote bahkan yang belum follow.

Typo? Tandai!!

Happy reading

.
.
.

"Mulai hari ini, Lo akan tinggal di apartemen milik gue sembari ngobatin luka di hati Lo" ucap Vanya, menatap Erina yang tengah duduk dipinggir kasur.

Ya, mereka tengah berada di apartemen milik Vanya, lebih tepatnya milik dirinya sebagai seorang Naya. "Makasih, kalian hiks... Kalian udah ngebantuin gue" tangis Erina sembari menundukkan kepala.

Malea, Letta, Raya pun mendekat ke arah Erina sedangkan Vanya tetap dalam posisi berdiri menghadap Erina.

Tok... Tok... Tok...

Vanya pun melangkahkan kakinya menuju pintu apartemen.

Ceklek.

"Vanya? Erina?" Tanya Irene yang tadi mengetuk pintu. "Masuk" jawab Vanya dan Irene pun mengangguk.

Mereka berdua pun berjalan menghampiri Ketiga temannya itu. "Erina, maaf aku gak bisa bantu kamu" ujar Irene dengan wajah melas.

Erina menggeleng dengan senyum paksa, "gak apa apa, makasih Lo udah peduli sama gue" jawabnya dibalas anggukan oleh Irene.

"Gue bakalan Rahasiain tempat tinggal Erina,"

"Buat apa?, mereka udah tahu bukan kalau Erina dibawa sama Lo?" Tanya Raya.

"mereka memang tahu gue yang bawa dia, tapi mereka gak tahu pasti gue bawa Erina kemana"

"Nanti kalau keluarga gue nyariin—"

"Erina, open your eyes!" Kesal Letta. "Selama ini sikap mereka buruk banget, Lo masih mau bela mereka?"

"Tapi, mereka keluarga gue"

"Gak ada keluarga yang berani nyakitin anggota keluarganya sendiri" ketus Malea.

"Betul tuh. dengan cara ini, kita bakalan buat mereka menyesal dan ngerasa kehilangan mutiara yang udah mereka buang sia - sia" ucap Irene.

"gue mohon, stop buat membela yang salah walaupun itu keluarga Lo." Ucap Letta

"Lo bilang Lo mau lepas dari mereka, Lo beneran niat apa enggak sih?. Kalau mau lepas dari kurungan setan itu mending Lo menjauh dari mereka dan buat mereka tersiksa karena gak ada Lo, bukannya diam terus - terusan disaat Lo dihakimi!"

"Lo punya otak juga, bisa mikir semuanya. Kalaupun Lo buat salah dan dapat hukuman fisik, itu tetap gak benar. Seharusnya mereka punya rasa kemanusiaan, setidaknya sama anak mereka sendiri!" Lanjut Vanya

Erina pun kembali menangis, "gue tahu Lo rapuhx Er. Tapi jangan buat diri lo tambah rapuh lagi dengan terus - terusan tunduk sama mereka. Lo butuh kebebasan! Lo punya hak! Lo berhak Erina!" Balas Letta.

"Udah - udah, lebih baik kita putusin aja gimana caranya biar keluarga Erina menyesal" lerai Irene.

"Itu Mudah" sahut Letta.

Mereka pun spontan menatap Letta dengan mengerutkan dahi. "Lo amnesia dulu aja" celetuk Letta membuat mereka menatap tajam sang empu kecuali Erina yang semakin menangis.

"Ih! Dengerin dulu, bukan gitu maksud gue! Maksud gue itu, kan Vanya setelah Amnesia dia Bersikap cuek dan acuh, kehidupan lo sama Vanya kan 11 12. Dan karena sikap acuh dari Vanya, dia bisa dapetin kasih sayang dari Daddy dan abangnya kan?." Ucap Letta dengan Alis di naik turunkan.

"Benar juga," sahut Raya

"Apa gue bisa?"

"Cuma orang bodoh yang udah nyerah sebelum tahu dirinya bisa apa gak bisa" timpal Vanya membuat Erina tertohok.

vanyatransmigration

Vanya berjalan memasuki mansion yang terlihat begitu ramai. Disana ada Mami Elyn yang sedang mengobrol dengan seseorang.

Mami Elyn yang sedang asyik berbincang itu menangkap keberadaan Vanya yang tengah menatapnya, ia pun tersenyum membuat kedua orang yang bersamanya itu mengikuti arah pandangnya.

"Sini, sayang" ucap Mami Elyn diangguki Vanya, Vanya pun berjalan menghampiri Mami Elyn dengan lari kecil.

Ia melirik wanita tua dan pria tua yang sedang menatap nya dengan senyuman, tak lupa kedua mata itu berair. "Siapa mereka mi?" Tanya Vanya dengan pelan namun masih didengar oleh mereka.

Mami Elyn meneguk ludahnya pelan, sedangkan kedua paruh baya tersebut menatap penuh tanya kepada Mami Elyn. "Mereka oma dan opah kamu" jawabnya dibalas anggukan.

"Kamu lupa sama Opah dan oma, hm?" Tanya sang Opah, Opah Tora.

Vanya hanya menyengir lucu, bukannya lupa lebih tepatnya memang ia tak tahu bentukkan kakek dan neneknya Vanya.

"Gak mau peluk?" Tanya sang Oma, Oma Herna. Vanya pun mengangguk lalu menghampiri keduanya dan saling berpelukan. "Sudah besar ya cucu Oma, tambah cantik" pujinya membuat Vanya tersipu.

"Dimana Abang, Mi?" Tanya Vanya kepada Mami Elyn. "Bang Marvel lagi latihan basket, sedangkan bang Marvin sedang belajar di kamar"

"Gila, rajin bener tuh Marvin" celetuk Vanya membuat deheman keras terdengar.

"Bahasanya" tegur sang Opah.

"Jangan jangan kalau ada omah dan opahnya, kehidupan gue akan semakin  sulit buat bergerak?. Anjay, Vanya! Jadi Lo enak gak enak ya. Gimana gue ngejalanin beberapa misi?" Batin Vanya.

"VANYA ABANG SUDAH PULANG, MANA CUCUR NGADABI YANG ENAKK~.. ngokk...ngokk..."

Vanya menggelengkan kepala, melihat Marvel yang baru saja masuk dengan nyanyian anehnya. "Jamet njing! Bintang dua!" Ejek Vanya

"Bahasanya" tegur sang Opah kembali.

Vanya menghembuskan nafas pelan, "maaf"

Marvel yang melihat keberadaan opah dan Omanya itu pun berjalan mendekat. "Aduh, kanjeng Raja dan kanjeng Ratu sudah kembali toh ke kediaman" goda Marvel, ia menghampiri sang Oma dan menyalimi sang Oma. Lalu memeluknya erat.

"Lama banget Oma di sana"

"Biarin lah, suka suka opah"

"Eh pak tua, saya ini sedang bertanya kepada Oma saya ya!" Kesal Marvel. "Oma kamu itu istri saya"

"Ck, tapi Oma itu Oma nya Marvel!"

"Heleh, kamu sama saya juga duluan saya yang ketemu sama Oma kamu!" Decak Opah Tora membuat Marvel terdiam.

"Iya deh, yaudah sini tangannya salim"

"Nama opah bukan Salim!"

"Maksudnya Marvel mau salim" jawab Marvel yang berusaha untuk sabar, jika tidak mungkin ia akan menjitak kepala sang Opah. Eh tidak tidak, mana berani dia sama singa jantan seperti opahnya.

"Oh" balas Opah Tora sembari memberikan tangannya, yang langsung di terima oleh Marvel. "Tumben kamu pakai acara Salim Saliman. Udah tobat ya? Apa ada maunya?"

"Giliran baik aja di fitnah" decak Marvel. "Mana bang Marvin mi?" Tanya Marvel kepada Mami Elyn Yang sedari tadi mengamati Marvel dan Opah Tora.

"Lagi belajar diatas" bukan Mami Elyn yang menjawab, melainkan Vanya.

"Oh" balas Marvel dengan anggukan kepala.


Double update chapter

Naya Transmigration (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang