Part || 65

2.6K 269 11
                                    

Evelyn berdiri diam di belakang Alarick dan mengamati dengan tenang. Keluarga beranggotakan lima orang ini sepertinya hidup dengan baik. Rumah dua tingkatnya terlihat dirawat dengan baik dan sepertinya ada perkebunan di belakang rumah mereka saat melihat halaman depan yang ditumbuhi dengan bunga.

"Lalu Nona ini?" Pria paruh baya itu menatap Evelyn ragu.

"Dia tunangan saya," ucap Alarick tiba-tiba tersenyum sambil merangkul Evelyn dengan lembut.

Pria paruh baya itu sedikit terkejut saat melihat Alarick tersenyum sementara Evelyn tertegun sejenak sebelum mengangguk dengan senyum di wajahnya pada pria paruh baya di depan mereka. Walau tentu saja, kata tunangan dari Alarick membuat otaknya berhenti bekerja sesaat. Namun jeda karena obrolan Alarick dan pria paruh baya di depan ini sebelumnya memungkinkan Evelyn menebak siapa putri Marques Henry yang dimaksud Alarick.

"Anda gadis yang cantik," puji pria paruh baya itu. Sebagai pengamat, ia bisa merasakan kalau perasaan Duke pada gadis itu sangat tulus dan sudah ada sejak lama.

"Terima kasih, Tuan," balas Evelyn ramah.

Pria paruh baya itu tertawa dan suaranya bahkan terdengar lebih hangat dari sebelumnya. "Panggil saja saya Sam jika Anda tidak keberatan," ucapnya.

"Paman Sam," panggil Evelyn patuh.

Alarick di sampingnya menyaksikan dengan senyuman lalu melanjutkan obrolan dengan Paman Sam sementara Evelyn diundang masuk oleh istrinya yang menghampiri mereka setelah beberapa saat. Kedua pria itu duduk di bawah pohon sementara Evelyn dan yang lain duduk di teras rumah. Gadis yang ia tebak sebagai putri Marques Henry kini duduk di sampingnya setelah menuangkan minuman.

"Bunganya indah," ucap Evelyn sambil menatap bunga yang bermekaran tak jauh dari tempat ia duduk.

"Ya," Bibi Sam tersenyum. "Mereka dirawat dengan baik oleh Lucia."

"Jadi namamu Lucia," ucap Evelyn saat ia menatap gadis seumurannya itu.

"Ya, Nona."

"Tolong jangan panggil aku Nona. Kita seumuran. Silahkan panggil aku Evelyn saja."

"Baiklah jika Evelyn berkata seperti itu."

Bibi Sam melihat keduanya mengobrol baik dan masuk ke dalam dengan dua anaknya untuk memasak. Evelyn menebak keduanya kembar dan mungkin berusia sekitar 12 atau 13 tahun saat ini. Melihat interaksi mereka sebelumnya, Evelyn tahu kalau hubungan mereka bersaudara itu rukun. Ini membuatnya sedikit bingung karena Lucia dan dua bocah laki-laki itu sama sekali bukan saudara kandung.

"Apa kamu sudah tahu situasinya?" tanya Evelyn tiba-tiba. Lucia terdiam dan tersenyum tipis saat memahami apa yang dimaksud Evelyn, "aku tahu. Tuan El sudah mengatakannya sebelumnya."

"Tuan El?" Evelyn bingung. Apa salah satu bawahan Alarick?

"Tuan di sana yang sedang berbicara dengan ayahku. Dia memperkenalkan dirinya sebagai El," jelas Lucia sambil melengah ke arah pohon.

Evelyn, "Ah..." El. Elliot. Evelyn mengerti. "Lalu apa yang akan kamu lakukan?" tanya Evelyn kemudian.

Lucia menggelengkan kepalanya dengan ekspresi bingung mendominasi wajahnya. Dia terkejut saat mendengar kebenaran mengenai dirinya saat itu dan sampai sekarang, keterkejutan itu belum mereda. Jujur saja, siapa yang tidak kaget setelah 18 tahun hidup sebagai anak biasa dan tiba-tiba seseorang datang mengatakan kalau dirinya adalah anak yang hilang dari keluarga bangsawan tertentu?

Evelyn mungkin mengerti bagaimana perasaan Lucia sekarang. "Apa kamu ingin kembali ke tempat asalmu?" tanyanya.

"Aku tidak tahu," jawab gadis itu bingung. 18 tahun bukan waktu yang lama dan perasaannya telah mengakar kuat untuk keluarga Paman Sam yang telah membesarkannya seolah dia adalah putri kandung mereka.

I Refused to be a Non-Brained AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang