Part || 26

18.2K 2.3K 37
                                    

Bernama Charles.

Berada di kelas enam atau tujuh.

Setelah dipikir, sepertinya ada satu orang yang memenuhi kriteria. Namun Mr. Park merasa nama itu terlalu mengejutkan untuk disebutkan. Tapi bagaimanapun, yang harus ia tanyakan tetap harus ditanyakan.

"Apa kamu tahu nama lengkapnya, Nona Annelise?"

"Charles von Rosen," jawab Evelyn.

"Oh..., Charles von Rosen," Mr. Park menganggukkan kepalanya sementara kelas dibuat hening seutuhnya.

Dugaannya benar ternyata. Charles yang dimaksud oleh muridnya adalah Charles si putra mahkota.

Tapi, tunggu--

Apa?!

Charles von Rosen?!

Sang Pangeran Mahkota?!?!

Mr. Park memelototi Evelyn seketika. Ia melihat raut muka gadis itu dengan sangat perhatian. Ekspresi Evelyn masih sama datarnya seperti biasa, tanpa jejak main-main atau bercanda. Jadi, orang menyebalkan di mulut muridnya adalah putra mahkota, Charles?!

"Apa yang dilakukannya padamu hingga kamu tidak membuat tugas?" tanya Mr. Park terlepas dari keterkejutannya.

"Dia mengganggu, kehadirannya saja sudah mengganggu, jadi aku kehilangan semua buku berisi materi yang kubutuhkan," jawab Evelyn sambil mengingat semua rangkaian kejadian saat ia bertemu Charles.

Mr. Park speechless. Para murid lain di kelas juga tercengang. Pangeran mahkota yang sombongnya selangit itu mungkin akan muntah darah jika mendengar ucapan Evelyn saat ini. Sebagai putra dunia, kapan Charles menerima komentar yang menusuk hati seperti itu??

Namun Mr. Park setuju dengan ucapan muridnya. Charles memang sangat mengganggu. Tempramennya sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia adalah seorang pangeran yang pantas mewarisi takhta.

"Lalu bagaimana dengan tugasmu, Evelyn?" tanya Mr. Park. Kali ini, pria itu tidak repot-repot dengan panggilan Nona.

"Aku akan mengumpulkannya malam ini, Mister," jawab Evelyn.

Melihat muridnya itu tidak bercanda, Mr. Park dengan baik hati akhirnya melepaskan masalah itu. Tentu ia tetap memberi hukuman pada Evelyn. Evelyn harus meringkas materi dengan lengkap, dia juga perlu meringkas tiga materi lainnya yang terkait. Tanpa keluhat sedikitpun, Evelyn menerimanya dengan tenang.

Hanya meringkas materi, apa sulitnya bagi dia? Yah, tentu saja masalah terbesarnya adalah waktu. Jika dia tidak cepat, waktu yang ada tidak akan cukup.

"Aku menunggu tugasmu kalau begitu," ucap Mr. Park di akhir kelas.

"Baiklah, Mister."

Kelas selesai dan Evelyn menjatuhkan diri di atas mejanya. Ini pertama kalinya Evelyn bersikap seperti itu. Gadis berambut indigo itu benar-benar merasa lelah jiwa dan raga. Ia hanya ingin berguling di atas kasurnya saat ini.

Tunggu... berguling?

Evelyn bangkit seketika. Sial! Ini tidak seperti dirinya yang biasa. Apa yang terjadi padanya??

"Hei, ayo ke kantin."

Evelyn akhirnya kembali ke kenyataan dan menoleh menatap orang yang memanggilnya. Adelia? Tumben gadis berambut hitam itu menyapanya. Apa ada yang salah dengan dunia akhir-akhir ini?

Atau, mungkin kita harus menyalahkan seorang pria bernama Charles atas kekacauan hari yang terjadi??

"Kamu mengajakku?" tanya Evelyn tanpa sadar.

I Refused to be a Non-Brained AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang