Part || 22

19.3K 2.7K 77
                                    

"Nona Evelyn, lama tidak bertemu," sapa pria paruh baya itu ramah.

"Kurasa begitu," ucap Evelyn.

Ia menanyakan informasi dasar tentang lelang. Pria paruh baya itu dengan cepat menjelaskan kalau barang-barang yang Evelyn kirimkan telah dilelang di berbagai rumah lelang yang ada. Evelyn mengangguk paham. Barang sebesar itu, jika dilelang di satu tempat tentu akan mengakibatkan keributan. Jadi melelangnya secara terpisah merupakan pilihan paling tepat.

"Aku ingin menanyakan sesuatu," ucap Evelyn.

"Apa itu, Nona?" tanya pria paruh baya tersebut.

"Informasi tentang keluarga Grand Duke Tresillian," jawab Evelyn.

Mendadak, atmosfer di ruangan itu berubah tajam. Pria paruh baya itu masih tersenyum, namun tatapan matanya berkata lain. Ia menatap gadis di hadapannya, apa gadis ini musuh keluarga Tresillian? Jika ya, ia tidak boleh memberikan informasi apapun terkait keluarga Grand Duke Tresillian.

"Informasi apa yang Anda butuhkan, Nona?" tanyanya.

"Hanya satu pertanyaan," ucap Evelyn membuat pria paruh baya itu sedikit terkejut.

"Apa itu?"

"Apa keluarga Grand Duke Tresillian memiliki seorang putri?" tanya Evelyn.

Pria paruh baya itu berkedip heran. Informasi macam apa ini? Walau begitu, ia tetap menjawabnya.

"Tidak. Putri keluarga Tresillian sudah meninggal lima belas tahun yang lalu," jawab pria paruh baya itu.

"Hanya ada dua tuan muda Tresillian yang saat ini berusia sembilan belas tahun dan tujuh belas tahun. Nama mereka adalah Damien Valentino Tresillian dan Edgar Valentino Tresillian," lanjutnya.

Evelyn tanpa sadar mengingat sosok Damien dan Edgar dalam mimpinya. Mereka berdua adalah sosok yang sangat menyayangi Evelya. Evelyn pikir, keduanya mungkin sedih karena tidak adanya Evelya. Namun, semua itu hanya pikiran.

"Apa ada lagi yang ingin Anda tanyakan, Nona?" tanya pria paruh baya itu.

"Tidak," jawab Evelyn. Ia mengeluarkan beberapa dokumen dari cincin penyimpanannya lalu menyerahkannya pada pria paruh baya itu.

"Bantu aku memeriksa semua ini," ucapnya.

"Ini..."

"Ini yang ditinggalkan oleh ibuku," jawab Evelyn.

"Dengan segala hormat, bolehkah saya tahu siapa nama ibu Anda, Nona?" tanya pria paruh baya itu.

Evelyn berpikir sejenak sebelum mengangguk. Harusnya, tidak ada salahnya jika ia mengatakan nama ibunya, bukan? Paling-paling, pria paruh baya itu hanya akan menemui kalau ia berasal dari keluarga Count Carlisle.

"Vivian Hana Avery," jawab Evelyn.

Pria paruh baya itu terkejut namun dengan cepat menyembunyikan keterkejutannya. Ia mengangguk lalu menyimpan semua dokumen tersebut. Setelah berbincang untuk beberapa saat, Evelyn akhirnya pergi bersama dengan Elicia yang sudah selesai dengan urusan lelangnya.

***

Begitu Evelyn pergi, pria paruh baya itu terduduk di kursinya. Ia membaca semua informasi yang terdapat di dokumen Evelyn sebelum sebuah keraguan tumbuh dalam hatinya.

Orang lain mungkin tidak jelas tentang urusan keluarga Tresillian, namun tidak dengannya. Ia tahu betul tentang keluarga itu. Lima belas tahun lalu, memang terjadi insiden pembunuhan saat kelahiran putri Grand Duke Tresillian. Grand Duchess Tresillian terbunuh dalam insiden itu, namun tidak dengan Grand Princess.

I Refused to be a Non-Brained AntagonistWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu