Part || 61

2.4K 247 8
                                    

Suasana ruangan seketika hening begitu Elicia selesai bicara. Agaknya informasi itu terlalu besar untuk diterima akal sehat. Setelah hening beberapa saat, Adelia menjadi orang yang pertama memecah keheningan.

"Tidak mungkin. Putri Count Carlisle jelas..." – jelas Evelyn.

Tanpa Adelia menyelesaikan ucapannya, dua gadis di ruangan tersebut sudah menebaknya. Namun kenyataannya, Evelyn jelas adalah putri kandung Grand Duke Tresillian. Walau belum ada bukti untuk menjelaskan fakta ini, orang dalam tentunya sudah harus tahu masalah ini. Jadi tidak menutup kemungkinan bahwa rumor yang beredar di luar itu benar. Lilia adalah putri Count Carlisle.

"Kan?" seolah memahami lika-lliku pikiran Adelia, Elicia tersenyum penuh arti.

Adelia terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Evelyn sendiri termenung saat pikirannya perlahan memutar ulang plot novel yang ia tahu. Jelas sepertinya jalan cerita asli seharusnya bukan ini? Tapi harus bagaimana lagi? Sejak ia membuka matanya dan menempati tubuh Eve, mungkin sejak itu jalan cerita ditakdirkan untuk berubah karena sejatinya, karakter Eve tidak ada lagi.

"Bagaimana situasinya?" tanya Evelyn. Ia lebih penasaran bagaimana pihak lain menanggapi rumor yang tiba-tiba muncul ini.

Dengan tatapan takjub lantaran Evelyn menerima berita dengan tenang, Elicia memberi jawaban yang Evelyn inginkan.

"Terakhir kali pihak istana mengirim orang untuk menindaklanjuti masalah ini. Aku belum tahu informasi terbaru sejak saat itu."

Nyatanya, Evelyn saat ini tidak setenang kelihatannya. Fakta bahwa Lilia adalah putri Count Carlisle adalah rahasia besar. Bahkan seingatnya kebenaran ini tidak pernah terungkap hingga cerita berakhir. Orang-orang yang tahu kebenaran mengenai hal ini mungkin sudah tidak ada lagi saat ini. Jadi bagaimana bisa rumor ini tiba-tiba beredar?

Satu-satunya orang yang tahu mengenai hal ini selain dirinya mungkin hanya Elliot karena Elliot sempat membaca novel itu. Mungkin ia harus pergi untuk bertanya pada Elliot-ah, Alarick?

"Maka mereka harus menjadi orang-orang dari sisi Pangeran Mahkota," ucap Adelia yang kini telah menenangkan pikirannya.

"Tentu saja. Bagaimanapun juga karakter utama rumor tersebut masih memegang status sebagai tunangannya. Pria itu tidak akan membiarkan statusnya hancur, bukan?" Elicia menyanggupi dengan kedua tangan terentang dan bahu terangkat.

"Baiklah, berhenti membicarakan hal-hal tidak jelas ini. Akhirnya kita berkumpul, kenapa tidak bicarakan hal lain saja?" ucap Elicia mengalihkan topik.

Baik Adelia maupun Evelyn tidak punya pendapat dan setelah memastikan kedua temannya tidak keberatan, Elicia perlahan membawa gosip baru satu-persatu sebagai topik obrolan mereka.

***

"Ada apa?" tanya Edgar saat mendapati tatapan mata Alarick tertuju pada tangga menuju lantai dua. Ia ingat Elicia baru saja pergi dengan penguasa Kota Teratai Bulan dan Lady Violette di sana bukan?

"Tidak ada. Aku hanya merasa sedikit familiar," jawab Alarick kemudian menghabiskan setengah gelas wine yang tersisa di tangannya.

Edgar menatap Alarick sejenak sebelum mengonfirmasi dengan jujur, "kau mabuk."

Alarick tidak membantah fakta itu. Ia mengangkat sudut bibirnya dan menyisir poninya ke belakang dengan jari-jari tangannya yang bebas. Ekspresi dinginnya sedikit memudar di bawah pengaruh alcohol namun ketajaman di matanya tidak banyak berkurang.

"Bantu aku menyerahkan ini pada pelayan," ucapnya sembari menyerahkan gelas itu pada Edgar kemudian menghilang dari sana.

Edgar yang ditinggalkan sedikit terdiam saat ini. Ia mungkin bisa menebak kenapa Alarick menggila lagi malam ini. 3 tahun. Sudah 3 tahun berlalu sejak Evelyn menghilang tanpa kabar. Peluang mereka satu-satunya hanya Elicia, namun gadis itu sangat pintar dan menolak membeberkan berita apapun selain berita bahwa keduanya masih hidup. Selain keluarga Tresillian yang cemas, orang selanjurnya yang cemas adalah Alarick.

I Refused to be a Non-Brained AntagonistWhere stories live. Discover now