Part || 02

32.4K 3.5K 47
                                    

Seorang gadis yang terbaring diam di tempat tidur akhirnya menggerakkan jarinya. Kelopak matanya bergetar sesaat sebelum terbuka menampilkan sepasang iris berwarna ungu. Gadis itu berkedip sejenak sebelum menopang dirinya untuk bangun.

Kilatan kebingungan melintas di matanya saat melihat lingkungan tempat ia berada. Ruangan mewah, jendela besar, barang-barang asing, tempat tidur besar dan selimut tebal. Gadis itu berkedip. Ia menatap kedua tangannya lalu beranjak dari tempat tidur.

"???"

Serangkaian tanda tanya memenuhi otaknya saat ia berdiri di depan cermin besar. Siapa gadis dalam pantulan cermin itu? Dia mengenali wajahnya, namun, ada apa dengan rambut indigo dan mata ungu itu? Seingatnya, rambutnya jelas berwarna honey blonde dengan mata berwarna biru.

"Ini bukan aku," ucapnya. Gadis itu mengenali wajah dan suaranya, namun tidak dengan warna mata, rambut, dan lingkungannya.

Dikendalikan oleh rasa penasaran, gadis itu mengelilingi ruangan yang di duga sebagai kamarnya ini. Setelah beberapa saat, ia mulai mengalihkan perhatiannya pada pintu.

Bagaimana kalau, keluar sebentar dan melihat-lihat?

Gadis itu benar-benar keluar. Begitu pikiran tersebut melintas di kepalanya, ia langsung membuka pintu dan melihat ke luar. Lorong panjang yang kosong dengan suasana mewah yang sama. Ia berkedip sebelum mulai melangkah keluar dari kamarnya.

Baru beberapa langkah berjalan, teriakan seorang wanita terdengar dari ujung lorong, membuat Eve sedikit tersentak kaget. Ia menoleh mendapati seorang wanita berpakaian pelayan seperti di novel-novel saat ini berjalan cepat menghampirinya.

"Lady Eve, apa yang kau lakukan lagi kali ini? Tuan Carlisle memerintahkan Anda untuk tidak keluar dari kamar dan merenungkan kesalahanmu! Tolong jangan membuat hal-hal semakin sulit bagi kami!"

Gadis itu berkedip sesaat. Eve, itu nama panggilannya. Tapi, bagaimana dengan gelar Lady itu? Juga, siapa Tuan Carlisle?

Sambil mengomel, wanita itu menarik kembali gadis itu ke kamarnya. Ia kemudian mendorong gadis itu masuk hingga terjatuh lalu berdiri di ambang pintu dengan tangan berkacak pinggang.

"Tolong jangan menyebabkan masalah lain dan diamlah di kamar Anda!" ucapnya kasar sebelum menutup pintu dengan keras.

Gadis itu berkedip bingung. Ia bangun dan merapikan pakaiannya. Setelahnya, tatapannya secara tak sengaja jatuh pada bingkai foto di meja di samping sofa.

Gadis itu mengambil bingkai foto yang berisi foto 'dirinya' dan membaliknya. Di belakang, sebuah nama terukir indah dengan tinta hitam.

Eve Cordelia Carlisle.

Gadis itu berkedip. Itu bukan namanya. Namanya adalah Evelyn Annelise.

Gadis yang tak lain adalah Evelyn itu duduk di sofa dengan tatapan rumit. Sekelebat memori yang ia anggap tidak penting tiba-tiba melintas di pikirannya.

Oh, benar. Dia ingat.

Eve Cordelia Carlisle adalah tokoh sampingan jahat dalam novel Lady and Her Five Prince. Itu adalah novel yang ia baca suatu pagi sambil menunggu Elliot. Karena tokoh dengan nama sama yang memiliki sifat tidak berotak, Eve sengaja melupakan rangkaian cerita novel itu setelah selesai membacanya.

Tapi sepertinya, ia belum melupakan alur cerita ini.

Dalam cerita, Eve yang jatuh cinta dengan putra mahkota selalu mengikuti putra mahkota setiap saat. Hal itu menjadi kegiatan rutinnya sehari-hari. Untuk mengusir Eve, pangeran mahkota itu sengaja mendekati seorang gadis. Gadis ini bernama Lilia Henry, putri Marques Henry sekaligus protagonis wanita dalam novel Lady and Her Five Prince.

Eve tentu saja merasa panas saat melihat orang yang ia suka dekat dengan gadis lain. Setelah itu, Eve menindas Lilia setiap kali Lilia jauh dari pangeran mahkota. Hanya saja, semua yang Eve lakukan selalu meninggalkan jejak. Sekalipun ia dengan keras kepala menyangkal bahwa itu bukan perbuatannya, tentu saja tidak ada yang percaya karena banyaknya bukti yang ada.

Untuk menarik perhatian pangeran mahkota, Eve kemudian melompat ke danau istana dan berhasil koma selama satu bulan. Kebetulan, saat itu Lilia ada bersama Eve. Ia menangis dan merasa bersalah saat Eve tak sadarkan diri. Lilia menyalahkan dirinya untuk itu dan pangeran mahkota kemudian tertarik padanya.

Bagaimana bisa ada gadis sebaik itu di dunia ini? Begitulah pikir pria itu.

Selama sebulan Eve tak sadarkan diri, hubungan antara Lilia dan pangeran mahkota semakin dekat. Seminggu setelah Eve bangun dan mengetahui hal itu, ia langsung merasa kesal. Belum lagi, Count Carlisle mengurungnya di kamar selama satu bulan. Eve tak bisa berbuat apa-apa selama itu.

Begitu bebas dan kembali ke akademi, Eve bertengkar dengan Lilia. Secara tak sengaja, ia menyerang Lilia dengan kekuatan sihirnya dan membuat Lilia terluka parah. Pangeran mahkota yang mengetahui hal itu tentu murka. Ia menangkap Eve dan membuangnya ke sebuah pulau terpencil.

Mengingat serangkaian kejadian tragis yang kemudian menimpa Eve, Evelyn speechless. Ia merasa dunia yang ia hadapi saat ini penuh dengan garis-garis hitam dan bayangan gelap. Masa depannya sudah di rancang dengan sangat aneh. Evelyn tidak ingin menerimanya.

"Sekarang, hari pertama setelah Eve bangun dari koma," gumam Evelyn.

Kalau mengikuti alurnya, ia akan dikurung di kamarnya selama satu bulan. Setelah itu, ia kembali ke akademi dan menyerang Lilia. Evelyn mengerutkan keningnya. Eve terlalu tidak berpikir.

Evelyn menghela napas lelah. Ia menyandarkan diri di sofa sambil memejamkan matanya. Eve berusia lima belas tahun tahun ini. Jelas-jelas dirinya dan Eve hanya berbeda dua tahun, tapi kenapa Eve bisa bertindak tanpa berpikir? Evelyn penasaran, namun ia tidak akan bisa mendapatkan jawaban yang ia butuhkan.

"Apa yang harus aku lakukan?"

Evelyn bertanya-tanya. Dirinya sekarang adalah Eve. Tidak mungkin baginya hidup mengikuti perilaku Eve sebelumnya. Jika sikapnya tiba-tiba berubah, akankah seseorang menyadari hal aneh terjadi pada tubuh Eve?

Ya, pasti ada. Tapi Evelyn bisa menggunakan insiden jatuh ke danau istana sebagai alasan. Menurut novel serupa yang pernah ia baca, perubahannya tiba-tiba pasti akan memberi dampak pada lingkungan sekitarnya. Mungkin lebih tepatnya pada dunia tempat ia tinggal saat ini.

Evelyn berpikir sejenak. Jadi kenapa? Perubahan dunia yang tiba-tiba tidak ada hubungannya dengan dirinya. Lagipula, Evelyn hanya ingin hidup sebagai dirinya sendiri, bukan sebagai Eve. Evelyn bukan pengganti Eve.

Setelah membuat keputusan, Evelyn beranjak dari sofa dan membaringkan diri di kasur. Kasur yang sangat empuk, kenapa tidak menikmati istirahat sejenak?

Hal lainnya?

Ah, itu bisa dipikirkan lain waktu.





***





Tinggalkan jejak~~~

See you next part~~

I Refused to be a Non-Brained AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang