Part || 52

5.8K 730 16
                                    

"Kau bilang mengembalikan kekuatan asliku, maksudmu ini?"

Saat ini di tengah hutan, sosok gadis berambut hitam terlihat berdiri di tengah-tengah pohon yang terbakar sambil menatap tangannya. Sepasang netra merah mudanya menatap telapak tangannya dengan sorot mata tak yakin. Di sekelilingnya, tersebar onggokan makhluk hitam—tepatnya makhluk yang dibakar hangus olehnya beberapa saat yang lalu.

"Heh, kau bahkan tidak bisa mengendalikan itu." Suara cibiran menggema di kepalanya tapi gadis itu tidak menanggapi.

'Maafkan aku, Nak. Kekuatanmu dan berkah dariku sepertinya bertabrakan,' ucap suara lain yang terdengar lembut di telinganya.

"Lupakan," gumam gadis itu lemah.

Gadis berambut hitam itu menatap makhluk-makhluk aneh beraura hitam yang mengelilinginya. Sejak tadi makhluk-makhluk ini tiba-tiba berdatangan, apa tujuannya? Belum lagi makhluk hitam besar dan aneh yang sekarang terlihat berjalan menuju istana.

'Ini mahluk iblis. Mereka bukan makhluk hidup, jadi serangan biasa mungkin tidak terlalu mempan. Hanya mereka yang menerima berkah saja yang bisa menghabisi makhluk ini seutuhnya. Serangan biasa mungkin akan membunuh makhluk-makhluk itu, namun makhluk lain yang serupa akan segera bangkit tak lama setelahnya.'

"Dengan kata lain, ini pekerjaanku untuk menghabisinya?" tanya gadis berambut hitam itu dengan sorot mata malas.

'Kelihatannya memang seperti itu, Nak.'

Gadis itu menghela napas panjang mendengar jawaban dari sosok tersebut. Jelas bukan dia yang menjadi penyebabnya (?) tapi malah dirinya yang harus membereskan kekacauan tersebut. Ingin hati sih berbalik kembali dan pergi ke akademi, tapi hatinya malah berkata lain.

"Apa ini sisa jiwa Eve yang menahanku tetap di sini?" gumamnya bertanya-tanya.

'Ya. Itu juga bagian dari jiwamu yang tak lengkap.'

Gadis itu semakin merasa lelah dan kesal di saat yang bersamaan. Matanya beralih menatap makhluk-makhluk iblis tersebut dan untuk melampiaskannya, ia tak tanggung-tanggung langsung membakar semua makhluk tersebut. Lingkaran cahaya terang bersinar di bawah kakinya dan belasan rantai muncul dari lingkaran sihir tersebut. Rantai-rantai itu berayun sesaat sebelum melesat cepat menghancurkan semua Pentagon hitam yang melayang di udara.

"Satu lagi masalah," gumam gadis itu yang kini menatap makhluk hitam besar di belakangnya.

.

.

.

"Sial! Tidak bisakah mereka mati?!"

Di sisi lain di dalam hutan, sosok gadis berambut tosca dan berambut hitam terlihat disibukkan oleh makhluk-makhluk aneh beraura hitam. Gadis itu adalah Elicia dan Adelia. Sejak tadi makhluk-makhluk itu mengelilingi keduanya yang membuat pergerakan mereka melambat drastis.

"Aku yakin aku sudah menghabisi mereka tadi," ucap Elicia yang kini bagian bawah gaunnya sudah kotor oleh tanah.

"Sepertinya jika mereka terbunuh, yang baru akan muncul," ucap Adelia di sampingnya. Keadaan gaunnya tidak beda jauh, bahkan ada robekan yang cukup panjang di sisi kiri gaunnya.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Elicia yang bersiap untuk menyerang lagi.

"Jangan tanya aku, aku kehabisan ide," balas Adelia yang memang sudah sakit kepala dibuatnya.

Makhluk itu kembali menyerang dan keduanya hanya bisa bertahan lalu melemparkan serangan balik. Seperti sebelumnya, beberapa makhluk itu kembali terbunuh namun makhluk baru lainnya kembali muncul dari tanah. Berdecak kesal, Adelia akhirnya membiarkan apinya berkobar terlepas dari apakah hutan ini akan ikut terbakar atau tidak.

Crash!!

Clang!

Suara renyah sesuatu yang pecah tiba-tiba terdengar dari hutan di depan mereka. Keduanya saling pandang dan mendekat dengan postur waspada. Perhatian para makhluk iblis itu juga tertarik ke arah datangnya suara. Tiba-tiba saja mereka berbalik dan berlari ke arah suara tersebut, membuat Elicia dan Adelia sedikit bingung.

"Ayo kejar!" seru Elicia tanpa pikir panjang dan langsung berlari meninggalkan Adelia tak bisa berkata-kata.

"Dasar menyebalkan!" gerutu Adelia dan akhirnya menyusul gadis berambut tosca itu.

Tak butuh waktu lama bagi Adelia untuk menyusul Elicia karena gadis itu saat ini berdiri di samping pohon yang terbelah dua. Penasaran, Adelia menghampiri Elicia dan menepuk pundaknya. Dengan tatapan terkejut, Elicia menatap ke arah Adelia lalu menunjuk ke depannya.

"??"

Adelia langsung melihat ke arah yang ditunjuk gadis berambut tosca tersebut. Tak jauh di depan mereka, terlihat sosok gadis berambut hitam dengan rantai perak dan api emas yang mengelilinginya. Setiap kali rantai itu melayang, sebuah benda berwarna hitam tiba-tiba jatuh tergeletak di tanah. Puluhan makhluk yang tadinya menyerang mereka juga terlihat hangus da hancur di sekelilingnya.

"Itu—"

"Itu Evelyn!" seru Elicia memotong ucapan Adelia.

"Tidak mungkin," bantah Adelia.

"Itu dia!" Elicia bersikeras. Tangannya menunjuk sedikit ke bawah saat ia berkata, "gaunnya adalah pilihanku sendiri. Tidak mungkin aku tidak mengenalinya."

Di saat yang bersamaan, gadis berambut hitam itu berbalik dan langsung bertatapan mata dengan mereka. Wajahnya menunjukkan ekspresi bingung sejenak sebelum rantai perak dan api emas di sekelilingnya menghilang. Dengan lambaian tangannya, api di sekeliling mereka seketika padam dan gadis itu berjalan menghampiri keduanya.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanyanya.

"Evelyn!!" Elicia berseru saat ia menghambur ke arah gadis berambut hitam itu dan memeluknya. Gadis yang tidak lain adalah Evelyn itu terdiam di tempatnya, bingung. Tak lama setelahnya, Adelia juga menyusul mereka.

"Kau membuatnya risih," komentarnya pada Elicia.

"Dih, suka-suka akulah mau memeluknya atau tidak," balas Elicia dengan tatapan kesal, namun ia masih melepaskan pelukannya.

"Oh iya, apa yang terjadi? Kenapa warna rambut dan matamu berubah begini? Dan kenapa juga kamu tiba-tiba hilang setelah keluar dari aula? Lalu apa makhluk-makhluk itu??"

Adelia menghela napas pasrah saat ia menopang kepalanya dengan tangannya. Pusing mendengar pertanyaan beruntun dari Elicia. Evelyn yang saat ini ditahan oleh Elicia pun terlihat bingung mau menanggapi bagaimana.

"Hei, satu-satu. Kau membuatnya bingung," ucapnya memberitahu.

"Eh, maaf, hehehe."

Evelyn hanya menggelengkan kepalanya dan Elicia akhirnya melepaskan Evelyn yang sejak tadi ia tahan. Melihat Evelyn baik-baik saja, gadis berambut tosca itu merasa lega dalam hati. Baguslah, baguslah tidak terjadi apa-apa pada Evelyn.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi kita harus mengurus makhluk hitam di sana," ucap Evelyn sambil menunjuk ke arah kanannya.

"Makhluk apa itu?!" Elicia terkejut melihat makhluk besar yang aneh itu.

"Makhluk iblis, ah mereka tidak hidup," balas Evelyn.

"Bagaimana cara menghancurkannya? Makhluk-makhluk sebelumnya saja terus bermunculan setelah kami menghabisinya," tanya Adelia memberitahu.

"Aku hanya perlu menghancurkan intinya," jawab Evelyn lalu menunjuk ke arah kepala dan dadanya.

"Di sini dan di sini," ucapnya.

Adelia mengangguk paham dan Elicia langsung menangkap tangan Evelyn. "Kami akan membantu," ucapnya.

Evelyn menggelengkan kepalanya, "itu berbahaya," ucapnya.

"Akan lebih berbahaya lagi jika kamu menghadapinya sendiri," balas Elicia diangguki Adelia.

"Setidaknya kami bisa mengalihkan perhatiannya untukmu," ucapnya beralasan.








***








Di mana ya Nemu teman sejenis mereka ya?? Bisa cod gak ya??


See you~

I Refused to be a Non-Brained AntagonistWhere stories live. Discover now