Part || 09

25.4K 3.3K 13
                                    

Evelyn menoleh menatap pemuda di belakangnya itu. Pemuda yang terlihat lembut, dan kira-kira seumuran dengannya. Karena tidak tahu harus berkata apa, Evelyn hanya menatap diam, begitu pula pemuda berambut coklat itu. Keduanya berakhir saling menatap dalam diam selama beberapa saat.

'Eve, kalau kamu salah, kamu harus mengucapkan maaf.'

Tiba-tiba saja kalimat Elliot terlintas di pikiran Evelyn. Jika dipikirkan dengan benar, ini memang salahnya. Pemuda itu pasti tidak pernah menyangka akan ada orang yang masuk lewat gerbang belakang dengan cara seperti itu. Jadi itu sepenuhnya salah Evelyn. Pemuda itu hanya sedikit tidak beruntung.

"... um, maaf," ucap Evelyn singkat.

Itu ucapan permintaan maaf, kan?

Pemuda berambut cokelat itu tercengang. Ini pertama kalinya ia melihat seseorang masuk ke akademi dengan cara seperti itu. Juga, bukankah gadis itu sangat hebat? Dia bisa mengendalikan kuda hitam itu dengan cekatan dan tanpa ragu-ragu. Kalau bukan karena gerakan gadis itu, ia mungkin sudah terluka parah saat ini.

Dan lagi, membuat seekor kuda melompat setinggi itu dua kali dalam waktu yang berdekatan, seberapa sering gadis ini berkuda dan berapa lama ia berlatih? Hanya orang profesional yang bisa melakukan hal seperti itu.

Gadis itu bukan gadis biasa.

Ngomong-ngomong, apakah gadis ini terlihat cukup familiar??

"Ah, tidak apa-apa. Aku juga tidak terluka," pemuda itu akhirnya membuka mulutnya untuk membalas.

Evelyn terdiam sejenak lalu mengangguk sebagai tanda berpamitan. Setelahnya, ia menyentak tali kekang kuda dan membawa kuda hitamnya pergi dari halaman belakang, meninggalkan sang pemuda yang terbengong karena tingkah gadis itu.

Apa hanya itu yang perlu ditanyakan? Tidakkah gadis itu ingin berbasa-basi sejenak? Belum lagi, dia lupa menanyakan siapa nama gadis itu!!

Dengan tatapan kosong, pemuda itu menatap punggung Evelyn yang semakin menjauh. Begitu Evelyn dan kuda hitamnya menghilang dari pandangan pemuda itu, barulah ia tahu kenapa gadis itu terlihat familiar.

Bukankah itu putri Count Carlisle yang tidak diinginkan, Eve Cordelia Carlisle?! Gadis yang selalu membuat masalah di manapun ia berada, juga gadis yang sangat menyukai pangeran mahkota hingga melompat ke danau istana karena di tolak?!!

Tapi, kenapa gadis itu terlihat berbeda jauh dari apa yang dirumorkan?


***


Di sisi lain, Evelyn yang membawa kudanya menuju kandang kuda tidak tahu kerumitan psikologis macam apa yang ia sebabkan untuk seorang pemuda yang baru pertama kali ia temui. Kalaupun gadis itu tahu, ia juga tidak akan peduli. Menurutnya, itu bukan masalahnya, tapi masalah pemuda itu sendiri.

Begitu sampai di kandang kuda, Evelyn turun dan menggiring Black ke salah satu kandang.

"Diam saja di sini," ucap Evelyn sambil menepuk kepala Black.

Black mendengus. Seolah sudah mendapat jawaban yang memuaskan, Evelyn berbalik dan berjalan ke arah asrama.

Sepanjang jalan, Evelyn bertemu dengan siswa akademi Regal lainnya. Namun, tidak satupun dari mereka menyapa Evelyn. Sebaliknya, mereka menjauh sambil berbisik pada teman di sekitar mereka. Evelyn tidak menganggapnya aneh, karena sejak awal, Eve sendiri tidak memiliki teman di akademi.

Hanya saja, Evelyn meragukan orang-orang ini. Tidak bisakah mereka membicarakan seseorang secara lebih rahasia? Jika seperti ini, bukankah sama saja dengan mereka memprovokasi Eve? Untungnya, yang ada di sini adalah Evelyn, gadis yang terlalu malas berurusan dengan hal-hal yang menurutnya tidak penting.

Setelah berjalan untuk beberapa waktu, Evelyn akhirnya tiba di asramanya. Ia masuk dan menatap kamar yang ukurannya lebih kecil dari kamar yang ada di kediaman Carlisle. Tentu saja ukurannya masih lebih besar untuk seseorang yang tinggal sendirian.

Eve berjalan ke arah lemari dan membukanya. Tidak heran, lemari itu dipenuhi oleh baju favorit Eve. Evelyn tidak menyukainya. Jadi, ia mengulangi kegiatan kemarin, yaitu mengemas semua baju beserta aksesorisnya. Masih gaun ekslusif, jadi Evelyn berpikir untuk melelangnya.

Hmm, apa dia harus memberikan beberapa mutiara dan kristal lagi?

Evelyn berpikir sejenak. Sepertinya tidak. Pria paruh baya kemarin terlihat senang saat melihat gaun ekslusif ini. Jadi, bahkan jika ia menambahkan banyak barang, pria paruh baya itu akan dengan senang hati menerimanya.

Usai mengemas semua baju di lemari dan memasukkannya ke dalam cincin penyimpanan, Evelyn mengeluarkan koper berukuran menengah. Ia membukanya dan menyusun semua pakaian yang akan ia pakai ke depannya ke dalam lemari. Total pakaiannya hanya ada dua belas set, termasuk dengan pakaian pesta.

Evelyn berkedip. Apa ia harus membeli yang baru? Dulu, setiap kali ia pergi membeli buku bersama Elliot, pemuda itu selalu menariknya untuk membeli pakaian baru. Karena Elliot, lima lemari besar yang ada di apartemennya terisi penuh dengan beragam jenis pakaian. Tentunya jenis yang hanya Evelyn suka.

Suasana hati Evelyn seketika meredup, Evelyn menyadarinya. Mendadak, ia tidak tertarik untuk pergi membeli pakaian lain. Namun menurut asumsinya, pakaian lain pasti dibutuhkan. Hanya saja, ia benar-benar tidak dalam suasana hati untuk memilih pakaian.

"Lupakan," gumamnya lalu menutup pintu lemari setelah meletakkan koper berukuran menengah itu ke rak di bagian bawah lemari.

Tidak ada lagi kegiatan yang ingin Evelyn lakukan saat ini. Menyusun buku dan baju sudah ia selesaikan. Sekarang, gadis itu dengan tenang berbaring di ranjangnya. Pikirannya kosong saat ia menatap langit-langit kamarnya. Dia... sepertinya merasa sedikit kesepian.

Evelyn berkedip. Ia mengeluarkan koper kecil berisi surat dari cincin penyimpanannya. Benar, ia masih punya hal ini yang harus di periksa. Dengan beberapa semangat yang sudah kembali ke dalam tubuhnya, Evelyn duduk di atas kasur sementara surat bertebaran di sekitarnya.

Dengan sabar, Evelyn membaca surat itu satu per satu. Setelah membaca, ia mengelompokkan surat itu ke dalam beberapa bagian. Waktu perlahan berlalu saat Evelyn dengan cermat memeriksa tumpukan surat. Saat hari menunjukkan sore, Evelyn akhirnya selesai membaca semua surat.

Surat itu adalah surat yang ditinggalkan oleh ibu Eve, Countess Carlisle, Vivian Hana Avery, yang juga merupakan seorang putri sebuah keluarga bangsawan dari kerajaan tetangga, Kerajaan Timur.

Kerajaan Timur adalah kerajaan yang menguasai hampir seluruh perairan di dunia ini. Kerajaan ini terkenal dengan kekayaan, kemakmuran, dan keindahan negerinya. Namun, untuk suatu alasan yang tidak diketahui, Kerajaan Timur hancur dan menghilang tiba-tiba.

Ibu Eve, Vivian, adalah generasi keenam keluarga suatu bangsawan setelah hancurnya Kerajaan Timur lebih dari dua abad yang lalu. Sebagai satu-satunya generasi tersisa dari keluarganya, Vivian tentu mewarisi semua sisa kekayaan kerajaan. Tumpukan cincin penyimpanan di kamar Eve adalah salah satu sisa kekayaan Kerajaan Timur.




.


.


.


.


.






Ciee yang rindu Elliot, moga-moga cepat ketemu lagi deh

Then, see you next part~~❤️

I Refused to be a Non-Brained AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang