Part || 62

2K 224 4
                                    

Sama seperti Adelia yang bingung saat ini, Evelyn juga bingung saat tubuhnya terkurung dalam pelukan seseorang. Ia bisa mencium bau alcohol samar dari sosok yang memeluknya, sepertinya mabuk. Evelyn tidak bisa menebak siapa karena orang itu memeluknya dari belakang tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Bukankah tidak ada siapapun di Lorong ini sebelumnya?? Dari mana orang yang memeluknya ini tiba-tiba datang? Evelyn mengaku dia bingung saat ini.

Tentu saja Evelyn tidak akan membiarkan dirinya dipeluk dengan patuh oleh orang yang tidak ia kenal. Jadi Evelyn memberontak dan dengan patah hati menemukan ia tidak bisa menandingi tenaga lawan setelah beberapa saat. Baru saat ia mempertimbangkan akan menyerang orang yang seenaknya menyentuhnya ini, orang itu menundukkan kepalanya dan berbisik samar di samping telinganya.

"Sstt..., jangan bergerak."

Tidak tahu kenapa, tubuh Evelyn refleks tidak bergerak saat mendengar suara dalam dan agak serak yang familiar menyapa telinganya. Sensasi aneh menggelitik hatinya dan tiba-tiba saja ia merasa detak jantungnya sedikit meningkat. Apa yang terjadi? Apakah ia dikenali?

Orang yang memeluk Evelyn tidak akan menjadi orang lain selain Alarick. Ia dengan jelas merasakan tubuh gadis di pelukannya menegang begitu ia selesai bicara. Alarick tersenyum dalam hati saat dihadapkan dengan reaksi gadis itu sementara salah satu tanngannya terangkat dan menyentuh topeng yang menutupi wajah Evelyn.

"Topeng ini dibuat dengan cukup baik," komentarnya.

Evelyn tanpa sadar menahan tangan Alarick yang akan melepas topengnya. Alarick mungkin akan bekerja sama dengan perjuangan gadis itu jika ia merasakan keberadaan orang lain di sekitar ini, namun saat ini sama sekali tidak ada orang di sekitar mereka. Belum lagi, ia merindukan Evelyn sehingga walau Evelyn sudah menahan tangannya, topeng itu tetap terlepas dari wajahnya.

"Tidak ingin membiarkanku melihat?" tanya Alarick sambil menatap topeng di tangannya.

Evelyn yang sejak tadi terdiam akhirnya angkat bicara. Bagaimanapun pihak lain sudah menebak identitasnya. Pikirkan saja, ia tumbuh di bawah perawatan cermat Elliot. Sejak ia menginjakkan kaki di aula pesta bersama Adelia, Elliot mungkin sudah meragukannya dan mulai menebak identitas mereka. Hanya saja, tidakkah dia begitu mudah untuk ditemukan?

"Bukan begitu."

"Lalu bagaimana?" tanya Alarick yang berada dalam suasana hati yang baik setelah berhasil membujuk gadis itu untuk bersuara.

"Lupakan saja. Tidak perlu mengatakannya sekarang."

Alarick menghilangkan ide untuk memancing alasan dari mulut Evelyn dalam beberapa detik. Sebagai gantinya, ia mebimbing gadis itu untuk berbalik menghadap ke arahnya. Dengan satu tangan melingkari pinggang Evelyn untuk mencegahnya melarikan diri, Alarick dengan cermat memperhatikan penampilan Evelyn.

Benar saja, penampilan Evelyn tidak jauh beda dengan penampilan yang bisa dia ingat. Terutama rambut pirang dan mata biru yang membuatnya bernostalgia sesaat. Walau ia menyamar sebagai seorang pria muda, aura seorang gadis masih menyelimutinya sehingga ia hanya bisa menutupi Sebagian dengan topeng di wajahnya. Walau begitu, Alarick dengan tajam menemukan Evelyn sedikit kurus dari yang ia ingat.

"Kamu tidak makan dengan baik?" tanyanya.

Evelyn menentang ini dengan tidak setuju, "tidak, aku makan dengan baik," ucapnya.

"Benarkah? Kenapa lebih kecil dari yang ada di ingatanku?" tanya Alarick tak yakin.

Evelyn, "..."

Evelyn dengan tegas menginjak kaki Alarick dan melepaskan diri dari pelukannya. Yang terakhir tahu bahwa ia salah sehingga ia membiarkan Evelyn terlepas sejenak sambil tertawa. Jangan salahkan dia. Mengganggu Evelyn masih menjadi hobi dan rutinitas yang menyenangkan baginya.

I Refused to be a Non-Brained AntagonistWhere stories live. Discover now