Part || 34

13.1K 1.9K 30
                                    

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Adelia.

"Hancurkan kristal itu," jawab Evelyn.

Ia tidak tahu dari mana pikiran itu berasal. Tapi Evelyn juga tahu kalau kristal itu tidak bisa dibiarkan lebih lama.

"Bagaimana kamu pergi ke sana?" tanya Elicia.

"Bekukan airnya," jawab Evelyn.

Elicia bengong. Bekukan airnya...., seperti itu? Apa Evelyn tidak merasa lelah sama sekali, huh?!

"Kamu nggak capek?!" dan Elicia benar-benar mengatakan isi dalam pikirannya.

Evelyn terdiam sejenak sebelum menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak merasa kelelahan. Bahkan ia merasa lebih bebas dari saat ia berada di akademi. Hmm, pikirkan, apa ini efek dari menjauhi dua protagonis novel??

Kalau begitu bukankah dia lebih baik keluar dari akademi?

"Tunggu saja di sini," ucap Evelyn ringan.

Ia saat ini berada dalam suasana hati yang baik, jadi ia ingin menantang dirinya sedikit lebih jauh.

Dengan senyum ringan di bibirnya, Evelyn menapakkan kaki di atas permukaan air. Dalam sekejap, air di bawah kakinya mulai membeku dan menyebar cukup cepat. Setelah berpikir sejenak, Evelyn menoleh ke belakang menatap dua temannya yang memasang muka kaget.

"Uh, aku tidak membekukan satu danau, hanya permukaannya saja," ucapnya.

Hhh, lihat saja permukaan danau itu. Mustahil dia membekukan satu danau yang luasnya empat hingga lima kali lipat lebih luas dari lapangan akademi, kan? Ngomong-ngomong soal luasnya lapangan akademi, Evelyn menerkanya seluas sebuah stadion.

"Dan aku tidak membekukannya terlalu tipis," tambahnya setelah berpikir sejenak.

Tidak lucu jika esnya tiba-tiba retak saat ia sedang di tengah danau. Lagipula, Evelyn tidak bisa berenang. Belum lagi, dirinya sebenarnya tidak terlalu menyukai yang namanya olahraga.

".....untuk apa ucapan itu??" tanya Adelia setelah terdiam beberapa saat. Ia tidak bisa menangkap maksud dari ucapan Evelyn sama sekali, begitu juga dengan Elicia di sampingnya.

"Umm, laporan?" jawab Evelyn bingung.

Elicia, "...."

Adelia, "....."

Tidak, Evelyn, ke mana fokusmu?!

Dalam sekejap, permukaan danau yang luas itu membeku dan Evelyn langsung berjalan menuju ke tengah danau tanpa ragu. Tatapannya terfokus pada kristal hitam yang masih melayang dengan aura gelap di sekelilingnya. Untuk sementara waktu, Evelyn entah kenapa merasa kalau adegan ini sedikit familiar.

Tapi tidak mungkin, kan?

Ini pertama kalinya ia melihat benda ini secara langsung. Benda yang bisa membuat monster kehilangan kewarasannya dan menjadi hewan iblis dalam waktu singkat.

Evelyn berpikir, apa yang harus dilakukan untuk menghancurkannya?

Dari alam bawah sadarnya, samar-samar gadis itu ingat bahwa seseorang pernah mengajaringa cara untuk menghancurkan kristal tersebut. Tapi bagaimana caranya? Dan siapa orang itu?

Dalam waktu singkat, pikiran Evelyn memasuki kondisi tak berhenti berputar. Tanpa ia sadari, kedua tangannya terulur begitu saja untuk menyentuh kristal itu. Begitu Evelyn melakukan kontak dengan kristal tersebut, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Cahaya putih keemasan tiba-tiba memancar dari tangannya dan menyelimuti kristal hitam. Detik berikutnya, pilar cahaya meledak menembus langit dengan Evelyn yang melayang di atas permukaan es sebagai pusatnya.

Elicia dan Adelia yang awalnya berdiri di tepi sontak menatap tak percaya pada apa yang terjadi di depan mereka. Dengan kedua matanya, mereka menyaksikan kristal hitam di tangan Evelyn sedikit demi sedikit kehilangan aura gelapnya. Sebuah pemikiran yang mengejutkan melintas di kepala mereka.

Evelyn bisa memurnikan benda yang terkontaminasi oleh aura jahat!!

Tapi bagaimana mungkin? Sepanjang sejarah, tidak satupun tertulis ada orang yang bisa memurnikan hal-hal yang terkontaminasi aura jahat. Kecuali jika...

Crack--

Adelia dan Elicia seketika sadar saat mendengar suara retakan es. Begitu mereka menatap permukaan danau yang tadinya membeku dan menemukan retakan seperti jaring laba-laba menyebar dari tempat Evelyn tadi berdiri, keduanya tidak bisa berdiri diam di tempat. Saat es pecah di detik berikutnya, beberapa bayangan hitam besar dengan jumlah banyak melompat keluar dari air.

"EVELYN!!!"

Elicia tanpa sadar hendak bergerak ke arah Evelyn, namun dirinya langsung terlempar mundur oleh gelombang kuat yang tiba-tiba muncul begitu bayangan hitam tadi keluar dari air. Adelia tidak tinggal diam dan langsung membuat perisai angin guna menahan kekuatan dorongan gelombang itu.

Dari balik perisai angin Adelia, dengan tatapan kosong, kedua gadis itu menatap puluhan kepala ular yang melambai hendak menerkam Evelyn. Perasaan tak berdaya seketika membebani keduanya. Kenapa mereka tidak bisa melakukan apa-apa?!?!

Sebelum seekor ular berhasil menerkam Evelyn, sambaran petir tiba-tiba jatuh dari langit dan menghantam kepala ular tersebut bersama beberapa ular lainnya. Seorang pemuda tiba-tiba saja muncul dengan pedang di tangannya. Karena sosoknya yang melawan cahaya, Adelia dan Elicia tidak bisa mengenali siapa orang tersebut.

Pemuda itu bergerak cepat mengayunkan pedang di tangannya untuk menebas semua ular yang menargetkan Evelyn. Danau yang awalnya jernih seketika diwarnai merah oleh darah. Percikan darah menyebar ke segala arah, tak terkecuali ke tempat di mana Elicia dan Adelia berdiri. Keduanya tak peduli mereka terkena percikan darah atau tidak, yang mereka pedulikan hanyalah apakah pemuda itu berhasil menyelamatkan Evelyn atau tidak.

Bau amis yang pekat seketika memenuhi hutan tempat mereka berada. Namun bau itu tidak bertahan lama saat tirai lingkaran cahaya muncul di sekeliling Evelyn dan mulai menyebar luas ke seluruh penjuru hutan. Menghadapi cahaya yang menyilaukan seperti itu, Elicia dan Adelia akhirnya bereaksi untuk memejamkan mata mereka.

Setelah beberapa saat, cahaya tadi akhirnya padam dan kedua gadis itu perlahan membuka mata mereka. Keduanya melihat sekeliling dengan tatapan kosong. Bangkai ular yang tadi tergeletak di tanah dan mengambang di permukaan air bersama pecahan es kini menghilang. Keadaan hutan yang hancur dipulihkan, bahkan bekas pertarungan juga menghilang tanpa jejak. Tentu saja air danau kembali jernih dan udara kembali sadar.

Saat keduanya mendapatkan pikiran mereka kembali, mereka melihat ke samping dan menemukan sosok pemuda berambut putih keperakan berdiri di tepi danau dengan Evelyn dalam pelukannya. Mata gadis itu terpejam dan kulitnya terlihat sedikit pucat. Pemuda itu tidak terlihat berencana menurunkan Evelyn atau pergi dari sana. Sebaliknya, ia berdiri dan menatap Evelyn di pelukannya dengan sorot mata yang tak bisa ditebak.

"Grand Duke Emanuele?"

"!!!"

Elicia sontak menatap tak percaya saat Adelia di sampingnya membuka mulut. Ia menatap pemuda yang menggendong Evelyn saat ini lalu menatap Adelia ya g terlihat shock. Setelah melihat beberapa kali bolak-balik, Elicia dengan sedih menemukan Adelia tidak bercanda padanya.

Pemuda itu benar-benar Grand Duke Emanuele, Alarick Francisco Emanuele!








***









Kok Elicia berprasangka terus ke Adelia yah?? Adelia salah apa toh El?? 😭

Kasian si Adel mah


Next=>

I Refused to be a Non-Brained AntagonistHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin