Part || 46

7K 1K 8
                                    

Evelyn menatap pantulan dirinya di cermin dalam balutan gaun pesta yang telah dipilih dua hari lalu. Untuk sesaat, Evelyn tertegun saat melihat pantulan dirinya yang berbeda dari yang ia ingat. Pesta, tentu saja, Evelyn sering menghadiri pesta makan malam. Tapi menggunakan gaun semacam ini untuk pesta, itu adalah pengalaman pertama untuk Evelyn.

"Velyn, sudah selesai?" tanya Adelia yang tiba-tiba muncul di pintu.

"Sebentar," ucap Evelyn.

Gadis berambut indigo itu menarik tusuk rambut yang menggulung rambutnya. Leher dan punggungnya yang awalnya terekspos tiba-tiba tertutup oleh helaian rambut lembutnya. Evelyn merapikan rambutnya sedikit kemudian berbalik dan keluar dari kamarnya.

"Sudah," ucapnya.

"Kenapa dilepas?" tanya Adelia heran. Walaupun ada sebagian rambut Evelyn yang dijalin, tetap saja agak terasa aneh baginya.

"Untuk menutupi punggungku," jawab Evelyn.

Barulah saat itu Adelia ingat kalau model gaun yang Elicia pilihkan untuk Evelyn adalah model gaun dengan punggung yang sedikit terbuka. Ngomong-ngomong, ini juga pertama kalinya Adelia benar-benar melihat Evelyn yang tidak mengenakan kacamata.

"Kenapa kamu memakai kacamata?" tanya Adelia saat keduanya berjalan di lorong.

"Untuk mencegah mata rusak?" jawab Evelyn ragu. Sebenarnya, untuk menyamar agar tidak ada yang mengenalinya.

"Jawaban apa itu?" Adelia mendengus.

"Dari pada itu, apa kita benar-benar berangkat bersama?" tanya Evelyn mengalihkan topik pembicaraan.

Adelia mengangguk sebagai jawaban. "Elicia bilang dia sudah menyiapkan kereta," jawabnya.

"Baiklah."

Penasaran kenapa mereka bertiga? Setelah memilih gaun dua hari yang lalu, Elicia memaksa agar Evelyn dan Adelia menginap saja agar mereka bisa berangkat bareng ke pesta. Katanya, terlalu sulit mencari Evelyn dan Adelia di keramaian, jadi lebih baik berangkat bersama saja dari awal. Begitulah ceritanya kenapa mereka berakhir berangkat bersama hari ini.

"Wah, kalian lama!" gerutu Elicia yang sudah menunggu di depan kereta kuda.

"Kenapa kau tidak duluan saja kalau begitu?" balas Adelia.

"Hmph!"

Duke Maxon menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya sebelum ia melayangkan tatapannya ke Evelyn. Gadis itu ternyata berbeda dari rumor yang ia dengar. Ya, Duke Maxon mengenali Evelyn yang adalah putri Count Carlisle, Eve Cordelia Carlisle pada pandangan pertama. Rumor memang tidak bisa menjadi patokan menilai seseorang.

Evelyn yang menyadari tatapan Duke padanya mengangguk sebagai tanda hormat. Itu bukan sikap menyanjung, melainkan sikap menghormati secara setara yang mengejutkan Duke Maxon. Cara Evelyn bersikap seolah memperlihatkan kalau ini bukan pertama kalinya ia bertemu dengan orang-orang seperti dirinya.

'Sepertinya putriku mendapatkan teman yang menarik,' pikirnya.

"Sudahlah, ayo naik." Evelyn melerai perdebatan keduanya yang tak kunjung selesai. Dengan dengusan kesal, Elicia masuk ke kereta diikuti Adelia dan terakhir Evelyn.

"Berhati-hatilah," ucap Duke Maxon.

"Tentu, Ayah," jawab Elicia dan kemudian kereta kuda berangkat.

.

.

.

"Ini membosankan," komentar Evelyn.

I Refused to be a Non-Brained AntagonistWhere stories live. Discover now