Part || 16

22.5K 2.9K 36
                                    

Usai perkenalan, Aria memulai pembelajarannya. Ia menjelaskan sejarah terlebih dahulu sebelum masuk ke dasar-dasar elemen angin. Wanita itu pantas masuk sebagai top 10 guru akademi Regal. Pembelajarannya sangat serius. Walau begitu, satu kelas bisa dengan mudah mengikuti pelajarannya.

Selama pembelajaran, Evelyn dan Adelia yang duduk di meja yang sama tidak bertukar sapa seperti teman-teman lainnya. Salah satunya tidak suka bicara dan tidak tahu bagaimana membuka topik bicara. Sementara yang satu lagi lebih suka menjaga jarak dan tetap angkuh seperti biasa.

Dalam sekejap, lima jam berlalu. Pelajaran di kelas elemen angin akhirnya selesai. Aria keluar dari kelas disusul beberapa murid lainnya, termasuk Adelia. Saat Adelia menghilang dari pandangan murid yang tersisa di kelas, gadis di depan Evelyn berbalik menyapanya.

"Hai, Evelyn?" sapanya sambil tersenyum dengan nada bertanya.

"Halo," balas Evelyn.

Mungkin, karena melihat Evelyn masih menatap ke arah pintu, gadis itu menduga kalau Evelyn sangat ingin dekat dengan Adelia. Yah, bagaimanapun juga, Adelia adalah putri seorang Duke.

"Sebaiknya kamu tidak dekat-dekat dengan orang itu. Dia sangat manja dan arogan," ucap gadis itu berbisik.

Evelyn akhirnya menatap gadis itu. Gadis berambut maroon sebahu, namanya Adora. Ia menatap sekilas mata Adora sebelum menarik tatapannya.

"Siapa yang ingin dekat dengannya?" tanya Evelyn lugas.

Gadis berambut maroon itu berkedip. Bukankah Evelyn masih menatap pintu setelah Adelia pergi?

"Pokoknya, aku sudah memperingatkanmu," ucap Adora sebelum pergi bersama teman semejanya.

Evelyn menoleh menatap jendela. Dalam penglihatan singkat saja, ia bisa memastikan kalau Adora tidak menyukai Adelia. Pengingat gadis itu cukup ramah, Evelyn akui. Namun kata-katanya penuh dengan duri.

Melihat murid lain yang bersiap keluar, Evelyn juga tidak ingin tetap di kelas sendirian. Walaupun sekarang masih ada beberapa orang, gadis itu lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan. Ia berdiri, memasukkan buku di meja ke dalam cincin penyimpanannya lalu pergi ke perpustakaan.

***

Perpustakaan akademi Regal.

Mengikuti tampilan akademi yang mewah, perpustakaan itu sendiri sangat megah dengan gedung yang terpisah dari gedung lainnya. Perpustakaan ini memiliki tujuh lantai. Namun yang terbuka untuk umum hanyalah lima lantai. Jika ingin ke lantai enam dan tujuh, mereka harus memiliki surat rekomendasi guru atau kartu perpustakaan khusus.

Sebagai murid kelas satu, masuk akal bagi Evelyn jika ia hanya bisa menggunakan perpustakaan lantai satu yang mencakup materi dasar. Namun, ia bukan murid baru. Dia sudah pernah mencapai kelas enam, setidaknya tubuh Eve. Mr. Bernard juga tidak melarang Evelyn jika ia ingin naik ke lantai dua dan tiga. Jadi, setelah menyerahkan kartu dan menulis nama di daftar hadir, Evelyn naik ke lantai tiga.

Buku-buku di lantai tiga adalah buku tingkat lanjutan yang membahas materi lebih dalam. Evelyn ingin segera membaca dan memahaminya. Mengikuti waktu sebenarnya, mungkin butuh setengah tahun bagi Evelyn untuk lulus kelas satu. Namun, selalu ada aturan tak tertulis di akademi Regal. Jika mereka siap, mereka bisa menjalani ujian kenaikan kelas lebih cepat dari biasanya. Hal inilah yang Evelyn kejar.

Elemen es miliknya saat ini berada di tingkat tinggi lanjutan, sementara elemen anginnya masih di tingkat lanjutan. Butuh beberapa dorongan untuk menaikkan elemen anginnya ke tingkat tinggi. Jika berhasil, Evelyn mungkin bisa melompat tiga kelas sekaligus dan langsung masuk ke kelas lima.

Yah, dia sudah memperhitungkan semuanya.

Namun, saat melewati lantai dua, ia bertemu dengan seorang gadis berambut pink panjang dan seorang pemuda berambut pirang. Evelyn akhirnya ingat kalau sejauh ini, ia masih belum bertemu Lilia dan putra mahkota. Dan di sinilah mereka bertemu pada akhirnya.

'Plot klise,' pikir Evelyn dengan ekspresi bosan.

Karena tidak ada niatan apapun untuk menyapa, Evelyn lanjut naik ke lantai tiga tanpa masalah. Saat berbalik, kebetulan gadis berambut pink yang tidak lain adalah Lilia itu mendongak ke atas. Matanya menangkap surai Evelyn sejenak sebelum hilang di detik berikutnya.

"Uh, sepertinya aku melihat Eve," ucap Lilia pada pemuda di sebelahnya.

Putra mahkota, Charles, mengerutkan keningnya tanpa jejak saat mendengar ucapan Lilia. Kalau di pikir lagi, sudah lama sejak gadis dari keluarga Count Carlisle itu tidak mengganggunya. Charles pada awalnya tidak merasa ada yang salah. Namun sekarang, setelah mendengar ucapan Lilia, sedikit keraguan tumbuh di hatinya.

"Tidak perlu pedulikan dia, oke?" bujuk pemuda itu pada Lilia dengan ramah.

"Tapi aku masih merasa bersalah. Aku tidak bisa menyelamatkannya saat ia tenggelam di danau saat itu," ucap Lilia sedih. Rongga matanya perlahan memerah.

Charles tidak punya waktu untuk memikirkan Evelyn sedikitpun. Ia merengkuh Lilia dalam pelukannya dan menghibur gadis berambut pink itu dengan lembut. Bukankah menyenangkan jika Eve itu tidak mengganggunya lagi? Ia bisa menghabiskan waktu dengan tenang bersama Lilia.

"Itu bukan salahmu, dia juga baik-baik saja," hiburnya.

Di bawah penghiburan Charles, Lilia akhirnya tenang. Ia mengusap air matanya dengan saputangan yang diberikan oleh Charles.

"Aku akan mencari waktu dan meminta maaf padanya," ucap Lilia.

Melihat tekad kekasihnya, Charles tidak bisa memberi jawaban negatif. Ia hanya bisa mengangguk dan menyuruh Lilia untuk berhati-hati.

.

.

.

Evelyn tidak tahu drama sepasang kekasih yang terjadi di lantai di bawahnya. Ia saat ini sedang melihat buku-buku di sekitarnya dengan senang. Matanya berbinar tanpa sadar dan seulas senyum bersemangat muncul di bibirnya.

Ah, ia merasa dirinya telah kembali ke dunianya.

Evelyn mengambil beberapa buku lalu duduk di meja tunggal. Setelah menatap jam sekilas, ia membuka buku di tangannya dan mulai membacanya. Sekali tenggelam dalam dunia buku, Evelyn akan melupakan segalanya. Ia baru sadar saat jam antik di perpustakaan bergema.

Gadis berambut indigo itu melihat jam dan terkejut saat jarum jam antik menunjuk ke angka enam. Waktu tanpa sadar berlalu begitu saja. Evelyn berkedip. Ia bahkan belum makan siang. Mendadak, perutnya terasa sedikit lapar.

Evelyn menggelengkan kepalanya lalu mengemas semua buku yang sudah dibacanya. Ia menyusun kembali buku-buku itu ke rak buku sebelum turun ke lantai bawah. Di lantai pertama, pria paruh baya yang menjaga perpustakaan menyapanya.

"Terlalu asik membaca buku?" tanyanya.

"Ya," jawab Evelyn sambil menundukkan kepalanya. Ia sedikit malu.

Pria paruh baya itu tersenyum hangat saat melihat gadis yang dengan malu-malu menyembunyikan rona merah di kulitnya. Ia mengembalikan kartu perpustakaan Evelyn.

"Lain kali, jangan melupakan waktu, Nak. Kamu perlu menjaga kesehatan juga," ucapnya.

"Akan ku usahakan. Terima kasih, Tuan," balas Evelyn lalu keluar dari perpustakaan.





***





Sesuai janji, double up nih ^^

Akhirnya Evelyn bakal mulai ketemu sama Lilia dan putra mahkota. Kira-kira interaksi mereka bakal gimana ya?

Nantikan di part selanjutnya~

See you 💕

I Refused to be a Non-Brained AntagonistWhere stories live. Discover now