(SEASON 2) Part || 58

5K 510 21
                                    

Hujan deras turun disertai petir yang menyambar dan angin yang kencang. Jalan yang awalnya rame segera menjadi sepi begitu hujan yang awalnya turun dengan ringan semakin lebat. Semua orang berbondong-bondong pergi mencari tempat berteduh.

Tak terkecuali dua sosok berjubah hitam yang kini duduk di sebuah kedai kopi.

"Sepertinya perjalanan kita harus sedikit tertunda."

Salah satu dari mereka melepas tudung jubahnya, memperlihatkan helaian rambut hitam yang diikat rendah dengan pita hijau yang berwarna senada dengan manik matanya. Gadis itu melepas sarung tangannya dan meletakkannya di samping lalu menyesap kopi yang dipesan sejak tadi.

"Menyesali pilihanmu?" tanya suara lembut di depannya.

Gadis berambut hitam itu tersenyum cerah dan menggelengkan kepalanya.

"Aku yakin kamu tahu jawabanku, Evelyn."

Begitu nama tersebut diucapkan, sosok yang duduk di depannya ikut membuka tudung jubahnya, menampakkan rambut pirangnya yang dijalin rapi. Mendengar suaranya saja akan membuat orang menebak kalau dia adalah sosok gadis cantik. Namun saat melihat sepasang matanya yang berwarna pink, semua orang akan berubah pikiran dan menganggapnya sebagai sosok peri malaikat yang turun dari langit.

"Sudah tiga tahun," ucap Evelyn dengan nada nostalgia.

Adelia yang duduk di depannya mengangguk pelan. Ya. Sudah tiga tahun sejak insiden penyerangan monster terjadi dan sudah tiga tahun juga mereka tidak kembali ke kerajaan.

"Oh iya, Elicia mengirim surat. Dia bilang agar kita tidak melupakan ulang tahunnya," celetuk Adekia tiba-tiba.

Evelyn tidak terkejut seolah ia sudah menduganya. "Dia selalu seperti itu," ucapnya.

Tiga tahun lalu, Evelyn yang dibawa pulang oleh Alarick bangun tiga hari setelahnya. Terlalu banyak kekacauan yang menimpanya dan Evelyn membutuhkan waktu untuk tenang. Ada banyak hal yang harus diurusnya, sehingga ia memutuskan untuk pergi tanpa mengatakannya pada siapapun kecuali Alarick.

Kebetulan Adelia dan Elicia berkunjung. Waktu yang mereka habiskan bersama tidak sia-sia karena keduanya segera mengetahui niat Evelyn. Mereka tahu mereka tidak bisa menghentikan Evelyn sehingga mereka tidak maju untuk membujuknya. Sebaliknya, Adelia mengusulkan diri untuk ikut bersama Evelyn, yang cukup mengejutkan Elicia namun bukan Evelyn.

Elicia tinggal di ibu kota sebagai orang yang mengawasi dan mengirimkan semua berita pada kedua temannya yang pergi berkeliling. Ia sebenarnya ingin ikut, namun tidak bisa karena Elicia tahu satu orang harus tinggal. Di antara mereka, yang memiliki masalah paling sedikit adalah dirinya sehingga ia memutuskan untuk tinggal.

Selain Elicia yang sering bertukar kabar dengan Evelyn dan Adelia, tidak ada orang ketiga yang mengetahui keberadaan kedua gadis itu. Bahkan Duke Eigler, ayah Adelia. Tentu saja Chriss lebih tidak berhak mengetahui posisi Adelia saat Elicia mengingat perseteruan mereka. Ia tahu dirinya tidak boleh ikut campur, namun dirinya tetap berdiri di sisi Adelia sebagai temannya.

Beberapa orang sudah mencoba mengorek informasi dari mulut Elicia, namun itu sia-sia. Bahkan jika yang maju adalah Alarick dan Demian. Gadis itu terlalu pintar dalam menghindari jebakan kata-kata. Sebegitu licik hingga semua orang yang mencoba dibuat menggigit lidah olehnya.

"Apa kau akan membuka gerbang masuknya?" tanya Adelia menukar topik.

Adelia sudah tahu kalau Evelyn adalah putri dari Grand Duke Tresillian. Namun sudah ada Damien dan Edgar, sehingga Evelyn mewarisi marga ibunya yang adalah putri dari kerajaan Timur, Cordelia Ivorlyn de Cameron. Ini menjadikan Evelyn sebagai putri mahkota kerajaan Timur.

Bagaimana dengan Vivian? Vivian adalah sepupu jauh ibunya. Hubungan mereka dekat dan Vivianlah yang membawa pergi Evelyn saat penyerangan di kediaman Grand Duke Tresillian malam itu sehingga Evelyn tetap hidup sampai saat ini.

"Aku mempertimbangkan ini," jawab Evelyn lalu menyesap tehnya.

Tiga tahun ini, Adelia mengikuti Evelyn yang pergi berkeliling mengurus semua bisnis yang ditinggalkan pihak ibunya. Adelia kagum dengan Evelyn yang berani mencoba, sementara dirinya hanya bisa lari dari masalahnya. Alasannya ikut dengan Evelyn adalah untuk menghindari Chriss, tunangannya itu. Tentu saja di mata Adelia dirinya hanya terlihat seperti lari dari masalah.

Tiga tahun adalah waktu yang panjang, sekaligus waktu yang singkat. Untuk Evelyn berhasil mengelola semua bisnis itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Tentu saja gadis itu dibantu oleh sekutu-sekutunya yang ia dapatkan dengan cara fantastis.

"Apa Elicia mengatakan hal lain?" tanya Evelyn mengembalikan topik.

Adelia terdiam sejenak sebelum mengangguk. "Ia bertanya kapan kita berencana kembali."

"Setidaknya tidak saat ini," jawab Evelyn. Masih ada beberapa hal yang perlu diurus. Belum lagi masalah Adelia. Evelyn meliriknya singkat sebelum menarik kembali pandangannya. Masih perlu waktu bagi Chriss untuk menemukan Adelia yang kabur bersamanya.

"Bulan depan adalah pernikahan Charles dan Lilia. Pihak kerajaan memesan gaun pernikahan di salah satu cabang tokomu yang ada di ibu kota," ucap Adelia hampir melupakan poin terpenting dalam surat Elicia.

"Tidak menerimanya," Evelyn menolak bahkan tanpa berpikir dua kali.

Orang inilah yang membuat kehidupannya menjadi kacau di tempat pertama. Kenapa ia harus membantunya? Dia tentu akan mengirimkan restunya pada pasangan itu, namun membantu mereka? Haha, lihat seberapa banyak keluarga kerajaan memberinya muka nanti. Bagaimanapun, bosnya adalah dia dan Evelyn akui kalau dirinya bukanlah orang yang baik.

"Kamu bisa memeras mereka," ucap Adelia menyeringai.

"Aku tidak sanggup menerima uang dari istana, terlalu mewah untukku," ucap Evelyn acuh tak acuh.

"Hahaha, Ini benar-benar seperti biasa," kata Adelia senang.

"Lagipula dengan identitasku, mereka bisa apa?" tanya Evelyn mencibir.

Adelia terdiam. Benar saja, kuncinya adalah ini.

Sebagai putri mahkota, hal pertama yang Evelyn lakukan dengan puing kerajaannya adalah membangunnya menjadi sebuah kota besar yang kaya dan makmur bernama Kota Teratai Bulan. Biarlah sejarah kerajaan Timur tetap tersimpan dalam kenangan, begitu menurutnya.

Sejak kerajaan Timur bangkit kembali sebagai Kota Teratai Bulan, mereka sudah mendominasi berbagai sektor, terutama sektor ekonomi yang membuat dunia segera mengenal kota tersebut. Ini tentu tidak lepas dari peran Evelyn sebagai Tuan Pemimpin Kota yang setara sebagai Ratu jika itu adalah kerajaan. Walau kota itu tidak sebesar wilayah suatu negara, mereka memiliki penjaga yang jauh lebih canggih, ekonomi yang jauh lebih kaya, dan kehidupan yang jauh lebih makmur dari sebuah kerajaan.

Siapa yang tidak iri?

Banyak yang ingin menarik pemilik kota Teratai Bulan ke pihaknya, tapi ini sulit. Evelyn bukanlah orang yang mudah ditipu dan dikendalikan. Sebaliknya, mereka yang menggunakan trik kotor padanya segera bangkrut keesokan harinya.

"Baiklah pemilik kota, apakah sekarang sudah waktunya untuk mengembalikan warna rambutmu seperti semula?" tanya Adelia.

"Ah ini," ucap Evelyn sambil memainkan untaian rambutnya yang tidak ikut terjalin.

Adelia segera mengangguk.

"Lupa memberitahumu kalau ini penampilan asliku?" ucap Evelyn seketika membuat Adelia tertegun. Benar, dia lupa yang satu ini padahal Elicia pernah menyebutkannya!

I Refused to be a Non-Brained AntagonistKde žijí příběhy. Začni objevovat