Part || 10

25.6K 3.3K 11
                                    

Evelyn menghela napas. Jika saja Eve mau memberikan sedikit perhatiannya pada Vivian, gadis itu mungkin bisa mengembangkan warisan kerajaan yang tersisa. Mungkin juga membawakan kejayaan kembali.

Tapi detik berikutnya, Evelyn mengusir pikiran itu jauh-jauh. Dengan bagaimana bodohnya Eve mengejar pangeran mahkota, Evelyn lebih yakin kalau Eve akan mempersembahkan semua harta kekayaan Kerajaan Timur yang ia miliki pada pria yang sangat ia cintai itu. Kerajaan Timur pasti akan benar-benar habis saat itu.

Evelyn mengumpulkan semua surat itu lalu menyimpannya kembali. Dia sudah menempati tubuh Eve, jadi Evelyn selalu berpikir kalau ia harus melakukan sesuatu untuk membalasnya. Mengembang kekayaan Kerajaan Timur adalah salah satu hal yang bisa ia lakukan.

Di kehidupan sebelumnya, karena ketidaksesuaian antara dirinya dan keluarga Graham, Evelyn mengembangkan bisnis sendiri atas usulan Elliot. Kebetulan, ibu kandungnya juga meninggalkan beberapa hal yang sangat berguna. Hanya dalam setengah tahun, perusahaan desain, perusahaan tekhnologi, dan perusahaan media yang baru dibangun langsung berkembang pesat di negaranya. Setengah tahun berikutnya, ketiga perusahaan itu bahkan mengembangkan namanya di kancah internasional.

Dengan Evelyn sebagai CEO dari tiga perusahaan besar itu, ketiga perusahaan berkembang ke arah yang semakin baik setiap waktu. Tentu, dunia tidak tahu siapa pemilik ketiga perusahaan itu. Elliot dengan sempurna menutup identitas Evelyn atas permintaan Evelyn karena ia tidak mau diganggu saat melakukan studinya.

Dipikir-pikir lagi, situasi Eve dan dirinya hampir sama dalam beberapa hal. Namun diri mereka berbeda. Jadi bagi Evelyn, mengembangkan kembali kekayaan Kerajaan Timur adalah hal yang mudah mengingat dirinya sendiri memiliki tiga perusahaan besar di bawah kepemimpinannya.

Namun, ia tidak bisa melakukannya sekarang. Prioritas utamanya tentu mengejar ketertinggalan pelajaran. Dengan demikian, Evelyn menyimpan kembali koper kecil itu ke dalam cincin penyimpanannya lalu keluar dari kamarnya setelah merapikan pakaiannya.

Dia harus mendiskusikan beberapa hal dengan kepala Akademi Regal.

.

.

.

Mr. Bernard, Kepada Akademi Regal sedang bersiap untuk pergi saat mendengar pintu kantornya di ketuk. Ia memeriksa waktu. Jam lima sore, siapa yang mencarinya di waktu seperti itu.

"Permisi."

Suara seorang gadis kemudian terdengar setelahnya. Mr. Bernard berpikir sejenak sebelum mengizinkan gadis di luar pintunya itu masuk.

"Masuklah," ucapnya.

Pintu terbuka tak lama setelah itu dan seorang gadis berambut indigo yang ia kenal muncul. Oh, bukankah ini putri Count Carlisle yang selalu membuat masalah dan mengejar putra mahkota di mana-mana? Apa yang dibutuhkannya hingga datang ke kantornya sekarang?

"Nona Carlisle, benar?" tanya Mr. Bernard saat dirinya duduk di kursinya.

Evelyn berjalan mendekat dan berhenti di depan meja kerja Mr. Bernard. Saat mendengar pertanyaan kepala akademi itu, ia mengerutkan keningnya tanpa jejak. Ia tidak suka panggilan itu.

"Namaku Eve, bukan Nona Carlisle," ucap Evelyn meralat.

Mr. Bernard terkejut sesaat sebelum akhirnya mengangguk dengan senyum ramah. Gadis ini sebenarnya berbeda dari apa yang dirumorkan. Ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan Eve, namun kesannya pada gadis ini sangat bagus. Ia menarik garis yang jelas antara rumah dan sekolahnya.

"Baiklah, apa yang kamu butuhkan, Eve?" tanya Mr. Bernard. Tidak perlu lagi terlalu kaku karena itu yang diinginkan muridnya.

"Bisakah aku mengulang kembali dari kelas satu?" tanya Evelyn to the point. Jika Mr. Bernard sedang meminum teh saat ini, bisa dipastikan ia akan tersedak sampai mati saking terkejutnya.

"Apa katamu?" tanya Mr. Bernard tak percaya. "Bukankah kamu sudah di kelas enam sekarang?"

Bagaimana mungkin ada orang yang ingin mulai lagi dari awal? Pria itu tidak bisa percaya dengan kata-kata yang Evelyn ucapkan.

"Aku belum menguasai pelajaran sebelumnya. Sebelumnya, aku lulus karena biaya dari Co-ayahku. Tanpa usaha yang pasti, ku akui aku agak kecewa," jawab Evelyn meralat panggilan Count Carlisle tanpa cela.

"Masalahnya, aku tidak bisa menurunkanmu dari kelas enam begitu saja," ucap Mr. Bernard.

Evelyn menangkap maknanya. "Ayahku tidak akan peduli," ucapnya.

Mr. Bernard dan Evelyn kemudian sama-sama terdiam. Evelyn berdiri di tempatnya dengan tenang sementara Mr. Bernard menatap gadis muda di hadapannya itu. Ia ingin menemukan celah dari gadis itu, namun kata-kata Evelyn sudah ditentukan. Jika ia sudah menentukan apa yang harus dilakukan, Evelyn tanpa ragu-ragu akan melakukannya.

"Baiklah, tapi tetap saja, menurunkanmu ke kelas satu begitu saja tidak diperbolehkan. Ini akan merusak citraku," ucap Mr. Bernard. Kali ini tanpa kata-kata bermakna.

"Lalu biarkan aku mengulang ujian masuk," ucap Evelyn.

Mr. Bernard tidak setuju. "Namamu sudah terdaftar," ucapnya.

Evelyn berkedip. "Coret saja," jawabnya.

Sakit kepala tiba-tiba melanda Mr. Bernard. Ia senang muridnya memiliki kesadaran diri, namun tidak seperti ini juga caranya! Pria itu menyandarkan dirinya di kursi sambil memejamkan matanya lelah. Belum juga dia mulai perjalanan bisnisnya, namun dirinya sudah lelah setengah mati.

"Tidak bisa, kah?" Evelyn bertanya ragu-ragu.

"Ya. Tidak bisa." Mr. Bernard berucap penuh penekanan.

"Bagaimana kalau aku mendaftar dengan nama lain?" tanya Evelyn kemudian.

Mr. Bernard tertegun. Ya, tidak ada peraturan yang menentukan bahwa seorang siswa tidak boleh mendaftar dengan nama lain. Pikirkan lagi dan ide ini sebenarnya bisa dipakai. Pria berusia pertengahan tiga puluhan itu kembali duduk dengan tegas dan menatap gadis bersurai indigo di hadapannya.

Gadis ini memang berbeda dari yang dirumorkan.

"Tentu. Ini bisa dilakukan," ucap Mr. Bernard.

"Lalu biarkan aku mengerjakan ujiannya sekarang," ucap Evelyn.


***


Tes masuk Evelyn dilakukan di bawah pengawasan Mr. Bernard langsung. Guru yang bertanggung jawab untuk melakukan tes pada Evelyn sebelumnya terkejut. Hasil tes Evelyn berbeda jauh dari tiga tahun sebelumnya.

Jika hasil tes sebelumnya buruk, hasil tes saat ini adalah kebalikannya. Hasilnya sangat bagus. Jika sebelumnya adalah elemen es, tingkat tidak berguna, dan lemah di segala aspek, kali ini tidak. Elemen es dan angin, tingkat tinggi lanjutan, bagus di segala aspek, dan..., lemah dalam emosi?

Simon, guru yang bertugas melakukan tes melihat hasil tes di tangannya lalu kembali menatap gadis di hadapannya. Bagaimana mungkin elemen ganda dan lemah dalam hal emosi? Gadis itu adalah yang terbaik dalam hal emosi! Bukankah ia sangat tergila-gila dengan putra mahkota itu?

Evelyn berkedip. Ia sudah melihat hasil tesnya. Tapi...

"Kenapa lemah dalam emosi?" tanyanya sambil berkedip ingin tahu.

Simon sekali lagi menatap bolak balik antara Evelyn dan kertas di tangannya. Melihat ekspresi datar gadis itu saat ia menanyakan sesuatu yang ingin ia ketahui, Simon yakin uji tes tadi tidak salah.

Gadis ini memang lemah dalam hal emosi!!




.


.


.


.


.





Selamat sore semua~~

Berhubung Author baru aja dapat kabar gembira jam 15.00 WIB tadi, Thor mau bagi-bagi kebahagiaan nih

Dengan begitu, Thor bakal Double Up hari ini~~ 💕

Semoga kalian juga bahagia di rumah masing-masing ^^


Next =>

I Refused to be a Non-Brained AntagonistWhere stories live. Discover now