Part || 44

8.5K 1.2K 11
                                    

"Apa?" tanya Evelyn bingung.

"Aku bertanya, Evelynku, apa kamu menyukai orang bernama Charles itu?" Alarick mengulang pertanyaannya. Masih berbisik di telinga Evelyn, membuat gadis itu memalingkan wajahnya dan menyusutkan tubuhnya tanpa sadar.

"Tidak," jawab Evelyn pasti.

"Kalau begitu, tatap mataku dan ulangi jawabannya," ucap Alarick.

Pria muda itu mengulurkan tangan dan meraih dagu Evelyn, membuat gadis itu menghadap ke arahnya dengan kedua mata yang masih terpejam. Alarick tersenyum dengan senyum yang sama sekali tidak bisa diartikan lalu memperpendek jaraknya dengan Evelyn.

"Buka matamu, Evelyn," ucapnya.

Seolah tersihir oleh suara Alarick, Evelyn perlahan membuka matanya dan langsung berhadapan dengan sepasang netra berwarna kuning keemasan. Gadis itu tanpa sadar terpaku hingga tidak menyadari jarak di antara mereka. Ah, bahkan jika ia sadar, Evelyn tidak akan memahaminya.

"Apa kamu menyukai Charles?" tanya Alarick.

Evelyn  tersadar dan refleks memalingkan muka ke arah lain saat mendengar pertanyaan itu, namun tangan Alarick yang masih bertumpu di dagunya menghalangi rencananya. Saat ini, Evelyn hanya bisa memejamkan matanya atau menatap Alarick yang berdiri sangat dekat di depannya.

"Kenapa tidak menjawabnya, hm?" tanya Alarick lagi. "Kamu menyukainya, atau tidak?"

"Tidak..., A-aku tidak menyukainya..." jawab Evelyn

"Benarkah?" tanya Alarick lagi.

Suara Alarick yang terdengar sedikit serak dan dalam seperti sihir bagi Evelyn. Suaranya membuatnya merasakan getaran perasaan aneh yang tak terkatakan dalam dirinya, seolah-olah ada kupu-kupu yang mengepakkan sayap di perutnya. Evelyn merasa seolah-olah ia bisa hilang kendali akan emosinya kapan saja.

"Uh-uh."

Evelyn akhirnya tidak bisa menahan lagi saat wajah Alarick semakin dekat dengannya. Jantungnya berdetak cepat sementara pikirannya berdengung. Jelas saat ini bukan musim panas, namun Evelyn merasa wajahnya panas seolah terpanggang hingga matang.

"Cu-cukup!"

Evelyn mendorong Alarick menjauh dengan sekuat tenaga, yang membuat pria berambut putih keperakan itu kembali mendapatkan kesadarannya. Di depannya, Evelyn yang akhirnya lepas dari kungkungan Alarick menghela napas lega dengan dua tangan menutupi wajahnya. Kakinya seolah kehilangan kekuatannya dan gadis itu perlahan berjongkok.

'Apa yang kulakukan?' tanya Alarick pada dirinya sendiri saat melihat Evelyn yang bertindak seolah tengah bersembunyi.

Memang benar dia kesal saat mendengar kalau Evelyn menyukai orang bernama Carl, Cales, atau sesuatu itu. Namun Alarick tidak menyangka kalau ia hampir kehilangan pikirannya karena itu dan membuat Evelyn takut. Benar, Alarick cukup sadar untuk melihat kilau ketakutan dan kebingungan di mata Evelyn sebelumnya.

"Ah, aku pasti berhutang banyak di kehidupan masa laluku," gumamnya pasrah.

Pria itu berjongkok di depan Evelyn dan mengamati gadis berambut indigo itu sejenak. Menghela napas singkat, Alarick perlahan mengulurkan tangannya dan menyentuh tangan Evelyn. Ia bisa merasakan tubuh Evelyn yang menegang karena kaget akibat sentuhannya yang tiba-tiba.

"Eve, ayo lihat aku," ucapnya yang tidak mendapat tanggapan apapun dari Evelyn.

"Lihat aku, oke?" pinta Alarick lagi, kali ini Evelyn menggelengkan kepalanya sebagai tanggapan.

"Apa kamu tidak ingin melihatku?" Alarick mengganti pertanyaannya dan Evelyn menggelengkan kepalanya perlahan setelah terdiam beberapa saat.

"Kalau begitu lihat aku sebentar, oke?"

I Refused to be a Non-Brained AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang