Part || 45

8.3K 1.1K 18
                                    

"Oh, benar! Jas siapa itu?" tanya Elicia sambil menunjuk jas yang sudah terlipat rapi di atas meja.

"...."

Melihat Evelyn yang diam, Elicia dan Adelia langsung bertukar tatapan.

"Katakan, siapa pemiliknya?" tanya keduanya serentak.

Evelyn membuka mulutnya siap untuk menjawab, namun ia mengurungkan niat di detik berikutnya dan malah memalingkan muka ke aran lain membuat Elicia dan Adelia geregetan karenanya. Melihat Evelyn yang canggung dengan wajah yang memerah seperti itu, bagaimana bisa mereka tidak penasaran?!

Belum lagi, Evelyn di mata mereka itu adalah gadis yang polos dan tidak pedulian! Elicia dan Adelia tahu betul kalau Evelyn mereka itu sama sekali lemah dalam hal perasaan dan emosi!

Sekarang, bagaimana jika ada orang berniat jahat yang mendekati Evelyn dan Evelyn tidak mengatakannya pada mereka?! Apa yang harus mereka lakukan kalau Evelyn tiba-tiba hilang?!

Brak!

"Tidak, tidak, tidak!! Ini tidak boleh terjadi!!" Elicia nyaris menjerit saat pikirannya semakin menjerumus ke arah yang salah.

"Evelyn! Katakan, dari mana kamu sebelumnya dan siapa pemilik jas itu?!" tanya gadis berambut tosca itu ngotot sementara Adelia menatap Evelyn dengan tatapan intens.

Evelyn, "...." Umm, bisakah mereka tidak berlebihan seperti itu??

Tak tahan dengan tatapan mereka yang terlalu tajam, Evelyn mengangkat tangannya meminta mereka untuk berhenti. Elicia dan Adelia hanya mendengus kesal. Keduanya memang tidak bertanya lagi, namun tatapan mereka masih tidak lepas dari Evelyn.

"Itu milik Alarick. Aku bertemu dengannya tadi," ucap Evelyn pada akhirnya.

"Alarick?" Elicia bingung. Siapa Alarick ini? Apa dia salah satu dari sekian pakboy yang mendekati temannya ini??

"Grand Duke Emanuelle," ucap Adelia dengan tatapan kosong menjawab kebingungan Elicia. Peka juga dia kalau pikiran si Elicia yang satu ini sudah berkelana ke mana-mana.

"Oohh--HAH?! Ouch--Kok bisa?!" tanya Elicia nyaris berteriak jika bukan karena Adelia yang dengan cekatan mencubit lengannya.

".....rahasia," jawab Evelyn setelah terdiam beberapa saat. Entah bagaimana, ia rasanya tidak ingin menceritakan pengalaman yang baru saja ia alami pada kedua temannya.

"Evelyn...., CEPAT CERITA PADA KAMI!!!"

.

.

.

Pagi itu diakhiri dengan Elicia yang memaksa Evelyn untuk cerita, tentu saja Evelyn menolak dengan tegas untuk menjawab pertanyaan temannya itu. Tidak tahu kenapa, kepalanya seolah terasa akan meledak setiap kali ia mengingat kejadian itu. Tentu saja, Evelyn penasaran kenapa Alarick marah padanya.

Apa dia cemburu??

Hmm, Evelyn tidak tahu. Tapi ia hanya bisa menebak itu untuk saat ini.

Hari berlalu dengan tenang dan saat ini, Evelyn menatap Elicia yang terlihat gembira di hadapannya dengan tatapan bingung. Ia menoleh ke belakang, melihat Adelia yang terlihat seolah tak bernyawa. Ada apa dengan kedua orang ini kali ini??

"Lyn, Lyn, dua hari lagi adalah malam pesta pertunangan putra mahkota, kita harus memilih gaun!" seru Elicia semangat.

"Hah??" Evelyn bingung.

"Kenapa kamu bingung? Jangan bilang kamu tidak menerima undangan?" tanya Elicia menyelidik.

Undangan....

I Refused to be a Non-Brained AntagonistOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz