Part || 06

27.1K 3.2K 14
                                    

Pria paruh baya itu menggumamkan beberapa kata setelah mendengar nama Evelyn. Saat berikutnya, nama Evelyn terukir indah di kartu itu. Evelyn menyaksikannya dengan takjub walau ekspresinya tidak menunjukkan rasa takjub sama sekali. Apalagi sekarang wajahnya juga tertutup topeng.

"Ini kartu keanggotaan lelang kami, Nona," ucap pria paruh baya itu sambil menyerahkan kartu hitam tadi pada Evelyn.

Evelyn menatapnya sejenak sebelum akhirnya mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Kartu itu bercahaya di tangannya sejenak, membuat Evelyn sedikit terkejut sementara pria paruh baya itu mengangguk puas.

"Uang hasil pelelangan barang Anda akan dikirim ke kartu ini. Karena ini adalah kartu hitam, rumah lelang kami hanya akan mengambil komisi sebesar lima sampai tujuh persen. Anda juga bisa mengakses cabang rumah lelang kami di kota lain menggunakan kartu hitam ini, tidak peduli di manapun kota itu karena kartu Anda dikeluarkan langsung oleh rumah lelang pusat."

"Adapun kartu ini, tentunya hanya bisa digunakan oleh Anda pribadi, Nona. Orang lain dengan atau tanpa izin dari Anda tidak akan bisa menggunakan kartu ini. Pertama, ini demi melindungi privasi anggota. Ini juga untuk melindungi aset dan informasi Anda."

Pria paruh baya itu tersenyum ramah. "Perlu diketahui, rumah lelang kami menjunjung keadilan, privasi, dan keamanan anggota dan pelanggan."

Pria paruh baya itu menjelaskan semua hal tentang rumah lelang dan kartu hitam di tangan Evelyn. Setelah mendengar dari awal sampai akhir, Evelyn mengangguk puas. Ia bisa yakin kalau informasi pribadinya akan terlindungi di sini. Apalagi semua asetnya hanya bisa di akses olehnya.

"Lalu, apa kamu bisa membantuku mendapatkan barang-barang yang diperlukan untuk belajar di akademi?" tanya Evelyn saat mengingat kalau ia harus masuk akademi besok.

"Tentu saja!" pria paruh baya itu langsung setuju. "Apakah ini paket pemula dasar, paket standar, atau paket lengkap, Nona?" tanyanya.

Ternyata! Pelanggan besarnya masih belajar di akademi! Namun pria itu segera meredam pikirannya. Ini belum tentu juga. Bisa saja ia membantu saudara atau temannya membeli barang, 'kan?

Evelyn berpikir sejenak. Jika ia ingin mengejar pelajaran, yang ia butuhkan harusnya paket lengkap, 'kan? Bukan gaya Evelyn untuk belajar pelajaran dasar saja. Itu terlalu membosankan baginya. Terutama karena ia tidak tahu bagaimana cara menghabiskan waktu untuk bersenang-senang.

"Paket lengkap," jawab Evelyn pasti.

"Baiklah, Nona. Apakah Anda ingin paket ini di antarkan besok?" tanya pria paruh baya itu setelah menyetujui permintaan Evelyn.

"Aku akan menjemputnya besok malam," jawab Evelyn sambil menggelengkan kepalanya.

"Baiklah. Saya akan segera menyiapkan semua yang Anda perlukan," angguk pria paruh baya itu.

Setelah mengobrol beberapa saat lagi, pria paruh baya itu kembali menuntun Evelyn ke atas. Keduanya berpisah dengan Evelyn mengikuti pelayan mengambil kuda di halaman belakang sementara pria paruh baya itu kembali berkutat dengan pekerjaannya sebagai pemilik kedai kopi.

***

Evelyn menyusuri jalan yang masih ramai sambil mengendarai kudanya perlahan. Pada akhirnya, ia hanya menghabiskan waktunya di rumah lelang. Dua kartu yang Count Carlisle berikan padanya juga tidak terpakai. Rencana untuk membeli perlengkapan sekolah juga tidak ada lagi, terutama karena Evelyn tidak terlalu tahu apa yang harus ia siapkan.

Belum lagi, bukankah rumah lelang itu dengan senang hati membantunya?

Ngomong-ngomong, ia sengaja menyebutkan nama aslinya tadi, mengingat reputasi Eve tidak terlalu baik. Ini juga agar orang-orang yang penasaran pada dirinya tidak bisa menemukannya. Belum lagi, dia mungkin tidak akan terlalu sering berhubungan dengan rumah lelang itu.

Setelah menghitung waktu yang sudah masuk tengah malam, Evelyn akhirnya mengendarai kudanya untuk kembali ke kediaman Carlisle. Dengan suasana hati yang baik, ia bersenandung senang sembari menikmati terpaan angin kencang karena kuda yang berlari cepat. Evelyn suka musik. Tiba-tiba, ia ingin bermain musik lagi.

'Aku bisa bermain piano dan biola kapan-kapan,' pikirnya.

Tak butuh waktu lama bagi Evelyn untuk mencapai kediaman Carlisle. Suasana mansion saat itu sudah sepi. Kecuali penjaga yang berpatroli malam, Evelyn tidak bisa melihat orang lain di mansion. Ia mengarahkan kuda ke kandang kuda lalu masuk ke mansion setelah memasukkan kuda ke kandangnya sendiri.

Ya, sendiri. Di seluruh kediaman Carlisle, tidak ada seorang pun yang menghormati Eve. Karena mengetahui fakta itulah Evelyn melakukan semuanya sendiri. Lagipula, ia benci urusannya dicampuri oleh orang lain. Sejauh kehidupan yang lalu, hanya Elliot satu-satunya yang berhasil masuk ke dalam lingkaran urusan di sekitarnya.

Evelyn dengan cepat kembali ke kamarnya. Ia melepaskan topeng dan jubahnya, lalu melipat dan menyusun kedua benda itu dengan rapi. Ia juga mengganti pakaiannya kembali ke piyama. Setelah itu, Evelyn duduk di tepi kasur sambil merenung.

Karena ia tidak punya rencana untuk tinggal lama di kediaman Carlisle, Evelyn memutuskan untuk memasukkan semua barangnya ke dalam cincin penyimpanan. Bagaimanapun, seingatnya ruangan di dalam cincin ini sangat luas. Belum lagi, barang-barang yang ia perlukan tidak banyak.

Evelyn dengan cepat melakukan pemikirannya. Setelah mengemas semua barang dan memasukkannya ke dalam cincin penyimpanan, Evelyn membuka semua laci bawah lemari. Di dalam sana, setumpuk cincin yang serupa dengan cincin yang melingkar di jarinya tergeletak diam.

Seingat dirinya, di dalam novel, barang-barang ini tidak pernah diungkit. Evelyn merasa ragu sejenak sebelum beranjak mengambil semua koper yang ada di kamarnya. Karena ini ada di dalam kamar Eve, maka itu harus menjadi milik Eve-miliknya saat ini. Mungkin ini semua yang ditinggalkan oleh ibu Eve. Namun Eve malah melupakannya.

Evelyn memindahkan semua cincin penyimpanan di dalam semua laci lemari ke dalam koper. Ia juga membongkar laci di bawah malas dan tempat tidurnya. Tidak heran, ia juga menjumpai setumpuk cincin penyimpanan di laci bawah tempat tidur. Sementara di laci bawah malas, Evelyn menemukan setumpuk surat.

Untuk sementara, ia mengesampingkan tumpukan surat itu saat dirinya fokus memindahkan barang. Setelah memindahkan semua cincin penyimpanan yang jumlahnya ribuan itu hingga memenuhi sepuluh koper besar, Evelyn menghela napas lega. Gadis itu menjatuhkan dirinya di atas kasur di sebelah tumpukan surat.

Hanya memindahkan barang-barang kecil, kenapa bisa selelah ini??

Apa karena jumlahnya banyak??






.


.


.


.


.







See you next part~~ ❤️

I Refused to be a Non-Brained AntagonistWhere stories live. Discover now