Part || 59

4.2K 432 0
                                    

Hujan turun lebih lama dari perkiraan sehingga Adelia dan Evelyn terpaksa menginap semalam. Untungnya ada satu penginapan tepat di samping kedai kopi sehingga mereka tidak perlu bersusah payah mencari. Mereka memesan satu kamar, bukan untuk menghemat tapi untuk memudahkan pergerakan.

"Kita sudah mengamati beberapa hari. Apa kau akan mengambil alih kota ini?" tanya Adelia saat ia menatap tetesan hujan di luar jendela.

"Ya, kota ini tepat untuk pengembangan selanjutnya. Kota ini dan beberapa kota tetangga di sekitarnya awalnya memang milik kerajaan Timur, aku hanya mengambilnya kembali," jawab Evelyn sambil menyisir rambutnya.

"Bagaimana dengan pemimpin kotanya?" tanya Adelia.

"Ah, dia tidak bertanggung jawab dan kepemimpinannya ilegal," jawab Evelyn sambil menatap liontin di tangannya.

"Itu kan?!"

"Benar. Ini adalah milik anak tadi, dia adalah pemilik sejati kota ini," ucap Evelyn menanggapi reaksi kaget Adelia saat melihat liontin di tangannya.

Adelia terdiam sebelum tertawa kecil saat mengingat seorang anak yang menabrak Evelyn untuk mengambil uangnya, sayang Evelyn tidak membawa uangnya seperti kebanyakan orang.

"Aku harusnya sudah menebaknya," ucapnya sementara Evelyn hanya mengendikkan bahunya tak peduli.

Keesokan harinya, Evelyn segera bergerak dan kejahatan pemimpin kota itu terungkap. Jangan tanya dari mana informasinya berasal karena Evelyn sudah mendirikan basis pencarian informasinya sendiri. Di bawah tindakan Evelyn yang disengaja, kepemimpinan kota segera berubah dan sore harinya, kota itu beralih menjadi milik kota Teratai Bulan.

Anak itu sendiri adalah keturunan keluarga bangsawan terakhir dari kerajaan Timur. Diawali oleh kota tersebut, kota kecil dan pedesaan lain di sekitarnya segera beralih menjadi milik Kota Teratai Bulan. Sebulan kemudian, urusan Evelyn akhirnya selesai.

"Jadi kita kembali?" tanya Adelia. Mereka tidak tinggal untuk pengembangan lebih lanjut karena Evelyn sudah mengirim bawahannya untuk menindaklanjuti.

"Ya. Ayo teleportasi langsung ke rumah Elicia," jawab Evelyn.

"Dia akan sangat terkejut," Adelia menghela napas singkat.

"Yah, dia meminta kejutan ulang tahun bukan?" balas Evelyn tersenyum nakal.

Adelia tidak bisa mengatakan apa-apa dan detik berikutnya, keduanya menghilang dari sana.

.

.

.

"Selamat ulang tahun, Nona Maxon."

"Oh, terima kasih kalian."

Sosok gadis berambut tosca tersenyum manis lalu mengangkat gelas berisi cairan merah di tangannya. Begitu sekelompok orang yang menyapanya menenggak isi gelas, gadis itu melenggang pergi. Ia bisa merasakan tatapan berapi-api ditujukan ke punggungnya dan tentu saja ia tahu siapa pelakunya. Tapi kenapa dia harus peduli?

"Sudah tiga tahun, aku masih merasa ini belum cukup untuk mereka," gumamnya sinis.

Maklum, dia punya dendam pada orang-orang yang menatapnya. Well, ingatkan dia untuk meminta kompensasi pada Evelyn dan Adelia begitu dua temannya itu kembali nanti.

Elicia berjalan ke balkon dan menyandarkan diri di pagar balkon. Angin malam yang berhembus perlahan mengembalikan kejernihan pikirannya. Ketahanannya pada alkohol cukup tinggi, namun karena dia adalah bintang acara ulang tahun malam ini, jumlah wine yang ia minum lebih tinggi dari biasanya. Belum lagi ia juga berdansa beberapa kali yang membuat kakinya sedikit pegal. Untung saja dia punya ayah yang sangat sayang padanya.

I Refused to be a Non-Brained AntagonistWhere stories live. Discover now