Part || 38

14.3K 1.7K 64
                                    

Segera, masalah itu berlalu dari pikiran Evelyn. Gadis itu saat ini tengah mempersiapkan ujian bulanan. Jika memungkinkan, Evelyn ingin lompat kelas saja agar lulus secepatnya. Soalnya, entah bagaimana, frekuensi ia berpapasan dengan Lilia atau Charles atau bahkan keduanya meningkatkan secara tiba-tiba.

Seperti saat ini contohnya.

"Eve!"

Dalam hati, Evelyn menghela napas lelah. Lupakan saja. Lagipula Eve bukan namanya. Dia cukup mengabaikan mereka.

"Hei! Kau tidak dengar kekasihku memanggilmu?"

Kali ini suara Charles. Evelyn mengepalkan tangan di balik lengan sweaternya erat. Masalahnya, ia selalu kelepas emosi jika sudah bertemu dua orang itu. Jadi Evelyn benar-benar ingin mejauh dari mereka.

"Hei--"

Plak!

Baik Charles maupun Evelyn sama-sama menatap kaget. Namun Evelyn segera menarik tangannya dan mengalihkan pandangannya. Ia hampir hilang kendali saat tangan Charles hendak menyentuhnya tadi. Charles yang masih terkejut karena tangannya tiba-tiba ditepis kasar oleh Evelyn baru sadar saat Lilia menarik lengan bajunya.

"Charles, kamu baik-baik saja?" tanya gadis berambut pink itu dengan raut muka cemas yang terlihat kentara.

"Yah, aku baik-baik saja," jawab Charles kemudian mengalihkan pandangannya pada Evelyn.

"Kau berani angkat tangan pada keluarga kerajaan?" tanyanya kesal.

"Harusnya aku yang bicara. Kau sepertinya sama sekali tidak menghargai orang lain, terutama seorang wanita, ya," balas Evelyn.

Haha, baiklah. Lupakan saja. Izinkan Evelyn melepaskan emosinya sejenak. Toh ia saat ini benar-benar merasa kesal. Sudah cukup pusing dirinya memikirkan Elliot, dan sekarang dua protagonis novel ini datang untuk mengganggunya?

"Jaga bicaramu! Charles itu sangat menghargai orang lain," Lilia tiba-tiba berseru membela.

"Benarkah? Lalu, ingatkah kau berapa kali aku mengatakan untuk menjauh dariku?" balas Evelyn.

"I-itu..."

Charles segera menarik Lilia ke belakangnya dan menatap dingin pada Evelyn. Evelyn tentu tidak mau kalah dan balas menatap acuh padanya.

"Sepertinya kau lupa kalau kau yang selalu menguntitku," cibir pemuda itu dengan senyum mengejek.

"Ya, itu benar. Sayangnya aku lupa karena setelah insiden saat itu, aku kehilangan ingatanku," Evelyn tanpa tanggung-tanggung mengangguk setuju membuat Charles tidak tahu harus berkata apa sementara Lilia di belakang Charles tanpa sadar mulai menggigit bibir bawahnya.

"Apa kau tahu artinya, Yang Mulia? Eve sudah lama mati. Sekarang hanya ada Evelyn," jelas gadis berambut indigo itu tenang.

"Heh, omong kosong. Bukankah yang bicara di depanku ini masih Eve Cordelia Carlisle?" balas Charles sarkas.

"Wah, suatu kehormatan bagiku kau mengingat nama lengkap Eve, Yang Mulia. Sayang gadis itu tidak di sini lagi saat ini. Di sini hanya ada Evelyn," ucap Evelyn dengan raut wajah datarnya.

"Kau--"

"Evelyn!"

Evelyn segera menoleh ke asal suara dan melupakan Reon yang bicara dengannya tadi. Itu adalah Louie.

"Permisi, Yang Mulia," ucap Evelyn berpamitan singkat sebelum pergi menghampiri Louie.

Katakanlah Evelyn tidak sopan karena salamnya yang terlalu asal-asalan, yah setidaknya dia sudah cukup menghormati Charles sesuatu itu. Tapi sungguh, Evelyn sudah mencoba menahan diri sekuat mungkin karena dirinya hampir dikendalikan oleh emosi milik Eve yang tersisa.

I Refused to be a Non-Brained AntagonistWhere stories live. Discover now