RADION || 53

405 43 3
                                    

"Jangan lupa mampir pas istirahat ke dua di lapangan indoor! Kita mau bagi-bagi hadiah di sana." Zean meletakkan sebuah brosur tepat di atas meja Mora. Di sebelah perempuan itu ada Nara, Archa, dan Kezia yang menarik kursi mengelilingi meja Mora.

Sedangkan Alula mengerjakan tugas sendiri di meja belakang mereka. Gadis itu melirik sekilas setelah sadar bahwa kelasnya didatangi oleh Zean, Raiden, dan juga Radion.

Kenapa harus Radion yang ke sini? Kenapa bukan Daplo atau Arlan saja? Atau bahkan anak-anak Camelion yang lainnya?

Alula juga sedari tadi sudah menyadari bahwa Radion melirik ke arahnya. Tetapi ia sebisa mungkin tidak peduli. Tapi bohong juga jika ia tidak kepo dengan apa yang sedang dilakukan oleh anak-anak Camelion ke sini.

"Hadiah apa nih? Kok nggak di kasih tau di sini?" Tanya Mora setelah membaca brosur yang diberikan oleh Zean.

"Biar lo langsung dateng ke tempatnya. Bantu ramein. Nggak usah banyak tanya, bawel amat." Raiden langsung menyemprot Mora dengan kalimat menyebalkannya.

"Biasa aja kali jawabnya. Gue tanya ke Zean, bukan ke lo."

Zean menepuk pundak Raiden pelan. "Lo tuh setiap hari kayak cewek PMS, ya? Kalo jadi cowok tuh lembutan dikit, apalagi kalo ngobrol sama cewek. Apalagi kalo ceweknya secantik Mora. Gue aja nggak tega kasarin dia."

"Yang penting gue nggak gatel ke cewek kayak lo, Ze."

"Gatel dari mana? Itu mah si Galen, mantan sahabat lo yang begitu. Gue mah mana pernah," elak Zean.

"Gimana? Pada mau dateng, kan? Kita sekaligus mau kasih tau ke semuanya kalo Camelion resmi berjalan lagi di sekolah ini. Pokoknya kita mau nyenengin semuanya yang dateng siang nanti. Blidvinter mah nggak bisa ngasih apa-apa ke mereka. Maunya di dukung doang, tapi nggak bisa nunjukin aksi."

Nara membuang nafasnya pelan. "Iya, nanti kalo sempet kita ke sana."

"Loh kok kalo sempet, sih? Sempet nggak sempet harus ke sana, Ra." Zean menggebu-gebu.

"Bawel lo."

"Ah males gue ngomong sama lo. Siang dateng ya, Cha!" Zean beralih menatap Archa yang sedari tadi diam di sebelah Nara. Nara yang melihat itu pun langsung mendengus.

"Iya, Ze, nanti dateng, kok." Perempuan itu tersenyum.

"Yes!" Raiden geleng-geleng kepala melihat Zean yang kegirangan.

Radion yang sedari awal hanya bisa melirik Alula pun pada akhirnya melangkahkan kaki panjangnya menghampiri meja gadis tersebut.

Raiden, Zean, Mora, Archa, Nara, dan Kezia pun sontak langsung melirik ke arahnya.

Radion meletakkan brosur itu tepat di atas buku paket Alula. Secara tidak langsung menghentikan aksi belajar perempuan itu.

"Siang dateng?" Tanyanya.

Mata Alula membaca brosur itu sampai habis. Barulah setelah itu ia mendongak menatap Radion.

"Aku nggak tau."

"Kenapa?"

"Banyak tugas yang harus diselesain." Radion tentu tahu bahwa Alula hanya membuat alasan.

"Oh, yaudah kalo nggak bisa." Radion meninggalkan meja Alula. Mengambil kembali brosur tersebut lalu kembali berdiri di sebelah Raiden.

Raiden dan Zean yang melihat interaksi antara mereka pun hanya bisa bertatapan.

"Tenang aja, Alula bakal dateng kok sama kita." Mora menyahut, membuat Alula menatapnya terkejut.

RADIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang