"Tunggu! Tapi apa nggak lebih baik kamu pulang aja?" Alula menahan lelaki itu.

Radion mengernyit. "Ngusir nih ceritanya?"

"Bukan gitu. Tapi kok kamu berani banget sih ke sini? Kalo ketahuan gimana?"

"Ketahuan siapa? Galen?" Alula mengangguk samar.

"Justru itu aku datengnya malem. Cuma ini waktu yang bisa aku gunain buat ngobrol sama kamu. Di sekolah kan susah."

Benar juga.

Tetapi Alula takut. Galen itu bisa tahu segalanya. Jika mereka ketahuan sekarang, Alula akan lebih khawatir dengan Radion. Pasti Galen akan sangat marah kepada lelaki itu.

"Nggak di ajak masuk, nih? Kalo di dalem kayaknya nggak bakal ketahuan, deh." Radion menggoda.

"Iya, ayo masuk!" Alula tertawa lalu mempersilahkan Radion untuk masuk ke dalam rumahnya.

****

"Cha, Cha, di panggil nih sama Zean!" Teriak Raiden kepada Archa dan teman-temannya yang kebetulan lewat di depan meja mereka.

"Apaan sih lo, Den? Nggak usah iseng." Zean mendelik ke arah lelaki itu. Tetapi Raiden malah tertawa tanpa dosa.

"Kenapa, Ze?" Archa menghampiri meja mereka.

Radion yang sedang sibuk dengan ponselnya pun mendongak. Akhir-akhir ini Alula memang jarang berkumpul bersama teman-temannya.

"Hai, Rad." Radion tersenyum ketika di sapa oleh Nara.

"Nggak apa-apa kok, Cha. Raiden iseng doang." Zean terkekeh.

"Kangen katanya, Cha. Udah lama nggak jalan bareng." Dengan cepat, Zean langsung membekap mulut Raiden.

"Kesambet apa lo jadi suka ngeledek gini, Den? Gue malu anjir."

"Punya malu juga lo?" Raiden menepis tangan Zean. Semua yang ada di sana pun hanya bisa tertawa, begitupun Archa.

"Lo kalo gue ledekin sama Mora juga nggak mau, kan?" Raiden mengabaikan lelaki itu.

"Oh iya, Rad! Emangnya lo nggak kesel setiap hari harus ngeliat pemandangan kayak gitu?" Nara bertanya kepada Radion sambil menatap dua orang di meja pojok kantin.

Semuanya langsung ikut menoleh ke arah pandang Nara. Yang Nara maksud adalah Galen dan Alula. Mungkin Galen memang di benci semua orang, tetapi lelaki itu masih punya Alula yang bisa ia suruh-suruh dan ia mainkan.

Radion melirik mereka sekilas. "Ya nggak usah di liat," jawabnya simpel.

Nara membuang nafasnya pelan. "Maksud gue, gue nggak tahan ngeliat mereka. Gue muak. Kasian Alula, dia pasti mau gabung sama kita."

"Gue juga ngerasain hal yang sama kok, Ra."

"Gue juga," jawab Raiden yang sekarang mulai serius.

"Terus? Kenapa kalian diem aja?" Nara menatap mereka semua bergantian.

Raiden, Arlan, Zean, dan Daplo pun langsung menoleh ke arah Radion. "Gue udah janji sama dia."

RADIONDonde viven las historias. Descúbrelo ahora