RADION || 51

479 41 3
                                    

"Woi, Rad! Lo tega ninggalin kita, Rad? Wah gila lo." Radion langsung di sambut oleh Zean yang langsung berlari keluar dari markas. Lelaki itu mendengar suara motor Radion di depan, makanya ia langsung menghampirinya.

Radion melepaskan helmnya. Berjalan masuk menuju markas. Sudah pukul setengah dua malam dan kondisi markas masih sangat ramai.

Sejujurnya Radion merasa sangat bersalah telah meninggalkan teman-temannya di lokasi kejadian. Ia melihat para anggotanya sekarang.

"Sorry, Ze. Gue tadi bawa Alula cabut, takut kenapa-napa." Zean mengekori Radion dari belakang. Masuk ke dalam markas.

Di ruang tamu markas ada Raiden, Arlan, Daplo, Rafael, dan anggotanya yang lain. Sedang menonton televisi.

"Gue minta maaf tadi gue pergi gitu aja ninggalin kalian. Soalnya–"

"Kita semua udah tau kok alesannya. Udah, santai aja! Lagian juga tadi kita bisa ngebuat Blidvinter masuk ke kandangnya lagi." Raiden memotong ucapan Radion.

"Bagus. Thanks, ya." Raiden mengangguk sambil memberikan jempolnya.

"Gimana Alula?" Tanya Arlan.

"Nggak apa-apa dia. Tadi gue ajak dia ngobrol sebentar tentang semuanya. Tentang dia sama Galen. Dia jelasin dan ceritain semuanya ke gue."

"Gue dari dulu emang udah curiga sama mereka berdua," gumam Daplo.

"Kondisinya nggak baik-baik aja mulai sekarang dan besok." Radion mulai menatap teman-temannya satu per satu. Mulai menceritakan apa yang Alula sudah ceritakan kepadanya di rooftop tadi.

Tentang sifat Galen yang sebenarnya, hubungan Alula dengan Galen, masalah Alula yang balas dendam dengan membuat Camelion hancur, sampai Alula yang ingin menyelesaikan masalahnya dengan Galen terlebih dahulu sampai lulus. Semua Radion ceritakan. Tidak ada yang terlewat sedikitpun.

Semuanya menyimak cerita Radion dengan serius. Tentu saja wajah semuanya terkejut, sama seperti Radion saat baru pertama kali mengetahuinya.

"Ternyata Alula belum bisa maafin kita? Padahal gue udah berusaha ngelakuin apa aja buat dia, biar gue bisa dimaafin," kata Zean setelah Radion selesai bercerita.

"Sama, gue juga ngelakuin apa yang gue bisa selama ini."

Radion menatap teman-temannya dengan sedih. "Bukannya nggak mau maafin lo pada. Dia cuma butuh waktu. Gue yakin, dia ngelakuin itu juga ada rasa bersalah sama nggak teganya sama kalian."

"Pantes dulu Galen selalu ngebela Alula habis-habisan. Seolah-olah mereka kayak udah kenal deket gitu. Ternyata emang udah kenal lama," ujar Zean lagi.

"Waktu itu gue juga sempet ngerasa aneh, tapi gue diem aja. Sebelum Radion dateng, Galen selalu ngaret dateng ke markas. Tiba-tiba gue diomelin sama Mora lewat telepon buat berhenti gangguin Alula."

"Gue heran karena gue sama sekali nggak ngerencanain apa-apa buat gangguin Alula pas itu. Gue cuma mau nongkrong di markas. Tapi dia bilang katanya dia liat Galen bawa Alula pergi naik motor. Pas gue tungguin, Galen sampe ke markas nggak sama Alula. Dia sendiri. Terus dia alesan telat karena di suruh sama nyokapnya yang bawel dulu," cerita Raiden.

"Sebenernya banyak yang janggal, cuma kita aja yang baru sadar sekarang." Arlan menyimpulkan.

"Sadarnya telat," tambah Zean.

"Gue tau satu hal," sahut Daplo yang membuat semuanya menoleh.

"Lo pada inget nggak waktu ada penyusup masuk ke markas kita terus nyamar jadi anggota Camelion?"

RADIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang