"Wih, sekarang tempat ini udah aman lagi buat kita bolos." Galen tertawa senang. Mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam saku celananya.

"Berani banget lo Len bawa rokok. Pas gue tau kalo Camelion harus vakum, gue nggak berani bawa yang aneh-aneh lagi ke sekolah," ucap Zean.

"Hidup tuh harus di bawa santai, Ze. Mau?" Lelaki itu menyodorkan sebungkus rokoknya kepada Zean.

"Nggak ah, gue udah dilarang ngerokok sama Archa."

Galen menatap Zean tidak percaya. Lelaki manis itu lalu menepuk-nepuk pundak sahabatnya. "Lo bisa berubah juga ya karena cewek? Giliran sama nyokap lo aja, nggak pernah mau dengerin."

"Bisa, lah. Makanya lo punya cewek, Len. Gue pengen liat lo bisa berubah apa nggak hanya karena cewek."

"Nggak ah. Nanti kasian cewek gue ngurusin gue yang nggak mau nurut." Zean geleng-geleng kepala.

"Rad, mau nggak?" Galen menoleh ke arah Radion sambil menyodorkan sebungkus rokoknya.

Radion meliriknya sekilas lalu pergi ke sebelah Raiden tanpa mengatakan apa-apa.

Galen mengernyit. Merasa aneh dengan tingkah Radion barusan. Bahkan bukan dirinya saja, semuanya juga merasa aneh.

"Buat gue, ya!" Radion mengambil sepuntung rokok yang ada di tangan Raiden. Menyalakannya, lalu mulai menghisapnya.

Tidak memedulikan teman-temannya yang sekarang tengah menatap ke arahnya.

"Gue cuma punya satu. Tapi nggak apa-apa buat lo aja, Rad."

"Len, gue bagi satu!" Galen menghampiri Raiden lalu memberikan satu batang rokoknya kepada lelaki itu.

"Lo kenapa, Rad?" Untuk memastikan, Galen bertanya.

Melihat Radion yang tidak merespon, Arlan akhirnya memberikan kode kepada Galen untuk tidak berbicara kepadanya terlebih dahulu.

"Radion kenapa sih, Ze? Dia marah sama gue?" Galen memutuskan untuk menghampiri Zean saja.

"Mana gue tau. Lagi banyak pikiran kali. Tau sendiri kan dia sama Alula sekarang kayak gimana? Lagi repot urusannya."

Galen menghisap rokoknya. Tidak yakin. "Ah, masa? Dia kok kayak marah ke gue doang? Buktinya dia nggak mau nerima rokok dari gue, malah ngambil rokoknya Raiden yang tinggal satu."

"Ya elah mungkin dia nggak suka sama rokok lo."

"Tapi dari pagi juga gue nggak ngobrol sama dia, Ze. Gue bercanda, dia diem aja. Tatapannya juga cuek banget ke gue. Nggak kayak biasanya."

"Lo kemarin ada ngelakuin sesuatu yang bikin dia kesel nggak?" Bisik Zean.

Galen berfikir sebentar lalu menggeleng. "Nggak ada. Lagian juga kemarin kan hari pertama gue masuk sekolah abis keluar dari rumah sakit."

"Yakin lo nggak ngelakuin apa-apa?"

"Bentar, Ze!" Lelaki itu kembali berfikir.

Tak beberapa lama, ia menjentikkan jarinya sendiri. "Apa jangan-jangan Radion marah sama gue gara-gara kemarin gue balik sama Alula?"

RADIONWhere stories live. Discover now