RADION || 43

Mulai dari awal
                                    

"Bener kata Raiden," timpal Radion.

Suara pintu kamar rawat Galen tiba-tiba saja di ketuk dari luar. Tak beberapa lama, pintu terbuka. Masuklah lima orang lelaki sepantaran mereka dengan jaket kulit yang dipakainya.

Salah satu lelaki dari mereka membawa sebuah bingkisan yang sepertinya isinya makanan.

"Hi, guys!"

Kamar rawat Galen mendadak sepi. Semuanya langsung menunjukkan wajah malasnya. Tidak percaya bahwa orang-orang itu punya nyali untuk datang ke sini.

"Ngapain lo pada jenguk gue? Kita kenal?" Galen menyapa Abimanyu dan kawan-kawannya dengan malas.

Abimanyu berdeham. Berjalan mendekati Galen. "Lo jangan begitu, lah. Kita saling mengenal, walaupun sebagai musuh."

Lelaki itu lalu berjalan melewati Radion.
Meletakkan bingkisan yang dibawanya di atas meja lalu kembali ke tempatnya semula.

"Gue juga masih punya hati. Gue sama temen-temen gue dateng ke sini pure mau jenguk dan liat kondisi lo."

Zean yang sedari tadi duduk di sofa pun melayangkan tatapan tajamnya ke arah Cakra. Mengingat aksi taruhan mereka semalam yang entah keputusan akhirnya seperti apa.

"Semalem itu kacau gara-gara ada polisi yang dateng. Lo bahkan nggak mau minta maaf atas kejadian semalem?"

Abimanyu mengangkat kedua bahunya. "Gue sama sekali nggak tau datengnya polisi itu dari mana. Gue sama anggota gue nggak ada yang manggil polisi buat ngancurin semuanya."

"Gue nggak nanya hal itu. Gue cuma minta kesadaran diri lo aja. Lo yang ngajakin balapan semalem. Lo yang ngajak taruhan. Semua yang terjadi semalem, mau nggak mau terjadi karena lo." Radion hanya diam saat itu. Membiarkan Raiden saja yang berbicara.

"Oke, I'm sorry for last night."

"Sebagai permintaan maaf gue, gue mau cabut taruhannya. Jadi, anggep aja semalem nggak ada taruhan apa-apa."

Tidak ada yang bereaksi.

"Malem itu lo di kejar polisi?" Radion akhirnya membuka suara.

Abimanyu dengan santainya menjawab dengan gelengan kepala. Reaksi tersebut membuat Radion kesal.

Radion beranjak dari duduknya. Menarik kerah baju Abimanyu dengan kasar. "Kejadian semalem semuanya karena lo. Galen kayak gini semuanya karena lo. Jadi, kalo selanjutnya ada apa-apa lagi, semua tetep karena lo, anjing!"

Abimanyu menepis tangan Radion dari kerah bajunya. "Gue udah cabut taruhannya, kan? Apa sih yang masih lo permasalahin sekarang?"

"Kalo sampe polisi manggil kita, lo harus ngaku kalo semua masalah ini awalnya dari lo!" Radion menunjuk Abimanyu dengan penuh peringatan.

Suasana tegang itu sirna ketika pintu kembali terbuka—menunjukkan sosok wanita muda yang datang sambil membawa beberapa tas yang isinya barang-barang Galen. Ambar.

"Aduh, makin rame aja nih yang jengukin Galen."

"Tante!" Abimanyu datang menyalami Ambar.

"Abimanyu?! Tante udah lama nggak liat kamu. Apa kabar?"

"Baik, Tante."

"Makasih ya udah dateng ke sini. Kalo kamu nggak dateng, Tante nggak tau deh kapan lagi ketemu sama kamu."

"Iya, Tante. Kapan-kapan Abimanyu nyamperin Tante, biar ketemu lagi."

RADIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang