68 • Back To Jakarta

16.1K 1.1K 60
                                    

happy reading
Ini part terakhir, setelah ini ending!

°°°

1 bulan berlalu...

Sejak satu jam yang lalu, pasutri muda beserta putra sulungnya itu telah tiba di Jakarta. Mereka bertiga mendarat di tanah air pada sore hari menjelang waktu maghrib, tanpa adanya Aksa sebab lelaki itu memilih tetap berada di Inggris dan menolak ajakan Vega untuk kembali ke negara asalnya.

Bukan tanpa alasan Vega memilih pulang selama beberapa hari kedepan, pasalnya dia telah mengambil cuti selama tiga hari lantaran berniat ingin menghantarkan istri dan anaknya untuk tinggal di Jakarta sampai Vale melahirkan. Dan setelah istrinya melahirkan nanti, mereka berdua sudah sepakat akan tinggal bersama lagi di London sampai masa study Vega berakhir.

Tentunya hal itu membuat Vale merasa sangat sedih sebab akan berpisah dengan Vega. Namun di sini dia berusaha semampunya agar tidak egois.

Kepulangan mereka disambut hangat oleh keluarga besar masing-masing yang memang sudah menantikan anak serta cucunya dari lama. Buktinya sekarang mereka sedang melepas rindu selepas berbulan-bulan lamanya terpisahkan oleh jarak.

"EYON MISS YOU CIL! GUE KANGEN BANGET ANJIR MESKIPUN LO NGESELIN PARAH!!" Gavin dengan raut sumringahnya berdiri sembari merentangkan kedua tangan, menatap sang keponakan dengan antusias.

Sedangkan respons Veron tampak cuek, sebab bocah itu sedang kelelahan dan juga mengantuk. Sehingga dia hanya bergeming di gendongan sang ayah.

"Eyon lagi kecapean, Vin." Ucap Vale yang melihat raut muka Gavin berubah murung.

Gavin menghela napas seraya menatap Veron dengan sorot sendu, sejujurnya dia begitu merindukan bocah itu.

Kali ini giliran Leo, kakak kandung Vale yang mengambil langkah untuk memeluk adik tercintanya. Tentu saja Vale membalas pelukannya tak kalah erat.

"Kangen bang singa," bisik Vale sambil menumpukan dagunya di bahu Leo.

Bukannya menjawab, Leo malah out of topic. "Body lo kenapa jadi gini dah? Jelek banget anjir, bantet gini kayak badak overdosis lemak."

Kalimat itu langsung direspons oleh Vale dengan sebuah pukulan, kemudian wanita hamil itu berucap dengan nada ngegas. "MAKLUM GUE LAGI BUNTING, BAWA DUA BAYI PULA! MULUT LO JAHAT AMAT!"

"Berisik banget mulut lo!" Tanpa belas kasihan, Leo menoyor kening Vale ke belakang.

Vega menatap tajam Leo lalu dengan satu kali tarikan saja dia berhasil menarik tangan Vale lalu beralih merangkul pinggangnya. "Jangan sentuh-sentuh istri gue!"

"Si paling posessive, padahal dia juga adik gue! Jadi gue berhak doang sentuh dia."

Vega tak menanggapi, dia meminta izin kepada para orang tua untuk segera istirahat di kamar karena dia tau Vale dan Veron pasti sangat kelelahan, termasuk dirinya.

"Aku mau mandi ya," ucap Vega sambil melepas hoodie-nya. Lelaki itu menatap istrinya yang kini sudah membaringkan diri di sebelah Veron yang sudah terlelap.

"Iya, mau aku siapin baju gantinya?"

"Ngga usah, aku bisa ambil sendiri. Kamu istirahat aja." Setelah mengatakan ini, Vega sedikit membungkuk demi mencium kening Vale dengan durasi agak lama.

Setelah siluet Vega benar-benar menghilang, Vale pun langsung beralih memandangi Veron. Dia menghalau peluh yang berkeliaran di sekitar pelipis serta dahinya, lalu membisikan sesuatu.

"Setelah ini Veron harus jadi penguat Mama ya, karena nanti Mama pasti bakalan sedih harus pisah sama Papa. Even so cuma sebulan tapi Mama tetep nggak akan sanggup," bisiknya dengan nada parau. Vale buru-buru menghapus buliran air matanya agar tak jatuh.

VALGARA [END]Where stories live. Discover now