43 • Rencana

37.3K 2.9K 1.3K
                                    

Happy Reading & Enjoy

Yang kesel sama gue ada? Maap bgt pls😭🙏🏻

Skrg jadwal updatenya kacau bgt wkwk, maaf ya 😭

follow untuk membuka part yang diprivat

••🐄••

Malam ini Vale sedang berada di dalam kamarnya, duduk seorang diri. Setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit tadi, wanita hamil itu baru saja diperbolehkan pulang tadi sore.

Vale menoleh ke nakas, tangannya meraih foto hasil USG dirinya saat pertama kali cek kandungan. Ditatapnya foto itu lekat-lekat, sesekali mengusapnya.

Matanya tiba-tiba memanas saat mengingat serentetan kejadian hari ini. Ia menyadari kalau ini sepenuhnya salahnya. Dia merutuki kelalaiannya, tingkahnya yang terkesan nekat itu hampir saja merenggut bayinya. Tapi kembali lagi, semuanya sudah terlanjur dan hanya menyisakan rasa penyesalan yang begitu besar.

Rasa sesak itu kembali hadir saat mengingat penjelasan dokter yang mengatakan bahwa kondisi janinnya sangat melemah. Hal itu membuat Vale begitu merasa bersalah, pada anaknya dan tentunya Vega. Dirinya tak bisa membayangkan sehancur apa perasaan Vega.

Tapi setidaknya dia masih beruntung sekarang, anaknya masih bisa diselamatkan. Vale menyeka air matanya yang meluncur lepas. Dan semakin lama makin deras.

Vale menunduk menatap perut ratanya, kemudian mengusapnya dengan penuh kelembutan. "Maaf sayang dan makasih udah mau bertahan disini," ucapnya lirih.

Suara derap langkah terdengar, buru-buru Vale mengusap wajahnya yang bersimbah air mata agar Vega tak mengetahui jika dirinya habis menangis.

Vega berjalan mendekati istrinya. Tubuhnya sudah terbalut dengan setelan rumahan, dan rambut cowok itu terlihat basah pertanda bahwa dia baru saja selesai mandi.

"Kenapa nangis?" Tanya Vega saat meneliti mata Vale yang sembab.

Vale menggeleng dan langsung menyuruh Vega untuk segera duduk. Setelah Vega menempatkan diri, wanita itu langsung merengkuh tubuh tegap Vega. Memeluknya erat seraya menggumamkan kata maafnya.

Vega diam, membiarkan istrinya menumpahkan tangisannya. Cowok itu memilih mengusap-usap bahu istrinya yang bergetar, karena cewek itu menangis sesenggukan.

"Suttt, udah-udah. Bukan salah kamu, lupain kejadian yang tadi. Yang penting sekarang kalian baik-baik aja." Bisiknya menenangkan, karena istrinya itu tak berhenti menyalahkan diri.

Bukannya berhenti, tangisan Vale malah semakin pecah. Vega berdecak melihat itu, tapi dia masih aktif memberikan usapan lembut di bahunya.

Vale meredakan tangisnya dan hanya tersisa isakan-isakan kecil. Cewek itu mengusap lembut rambut belakang cowok yang sedang ia rengkuh saat ini. Tak lama dari itu, dia kembali membisikkan permintaan maafnya.

Vega berdecak. "Gue tinggal nih kalo ngomong maaf-maaf terus."

Cubitan keras Vega rasakan di perutnya membuat bibirnya mengeluarkan ringisan. Setelahnya, pelukan mereka terlepas, dan kini keduanya saling menatap satu sama lain dengan lekat-lekat.

Akibat terlalu lama menangis, wajah cantik wanita itu tampak basah terutama di bagian pipinya. Vega yang selalu peka lantas mengelap pipi tersebut dengan penuh kelembutan.

"Gak ada yang perlu ditangisi, udah lewat juga kan. Gak guna juga larut sama penyesalan," Ujar Vega, kemudian mengecup mata istrinya bergantian.

Vale mengerucutkan bibir kemudian meraih tangan kekar Vega dan menciuminya berkali-kali. "Maaf sayang."

VALGARA [END]Where stories live. Discover now