22 • Tamu Bulanan

57.5K 4.1K 456
                                    

Happy reading

warning : typo bertebaran!

°°°

Apartemen, pukul 19:20

"Mau kemana?" tanya Vale saat melihat penampilan Vega yang terlihat rapih dengan style casual.

Vega menoleh sekilas, lelaki itu tengah berkaca didepan cermin, tangannya bergerak untuk mongoles pomade pada rambutnya.

"Gue mau nongkrong dulu, mau ikut gak?" ujar Vega seraya mendekati istrinya yang berbaring di ranjang.

Vale menggeleng, saat ini dirinya sedang malas untuk melakukan apa-apa bahkan bergerak sedikit saja rasanya sangat malas. Hal itu dikarenakan efek kedatangan tamu bulanan, terlebih lagi perut dan punggung Vale terasa sangat sakit diwaktu yang bersamaan.

"Nongkrong dimana? sama siapa?"

Vega duduk dipinggir ranjang, tangannya terulur untuk mengelus kening istrinya. Wajah gadis itu terlihat pucat membuat ia tak tega jika harus meninggalkan istrinya disini, sendirian.

"Perutnya masih sakit?" tangan Vega beralih pada perut Vale, kemudian mengusapnya pelan berharap agar sedikit mengurangi rasa sakit.

Vale mengangguk dengan lemah, tentu saja masih sakit, bahkan pernah waktu itu ia sampai dilarikan dirumah sakit lantaran perutnya teramat sakit dan Vale tidak kuat menahannya. Dan itu terjadi sebelum dirinya menikah.

"Gue gak jadi pergi, disini nemenin lo" ujarnya menatap lekat manik coklat istrinya.

Vale lantas menggeleng, ia merasa tidak enak jika saja Vega mengurungkan niatnya dan lebih memilih menemani dirinya disini.

Tangan kanan Vale tergerak untuk mengelus rahang kokoh Vega
"Gak usah, gue gapapa. Mending lo pergi sana, temen-temen lo pasti nungguin"

Cowok itu menghembuskan nafasnya, bingung dengan pikirannya saat ini. Ia merasa tidak tega jika harus meninggalkan Vale sendirian dalam kondisi yang kurang fit, dan juga merasa tak enak jika tak datang menemui teman²nya. Baru saja ia mendapat kabar bahwa markas Victor telah diserang dan diacak-acak, kalau ditanya siapa dalang dibalik semua ini mereka sangat yakin pasti Regaz pelakunya. Tapi itu hanya sebuah tebakan, bisa jadi bukan mereka pelakunya. Maka dari itu Vega akan turun langsung untuk pergi kesana.

Kepala Vega rasanya ingin meledak, memejamkan matanya sejenak untuk merilekskan pikirannya yang kalut.

"Kenapa diem? Udah buruan sana, gue gapapa," Vale mencoba membuat Vega tenang.

Cowok itu merebahkan tubuhnya disamping Vale, kemudian memeluk tubuh ringkih istrinya dari samping.

Vale berusaha menyingkirkan tangan besar Vega yang menimpa pinggang rampingnya.

"Bangun ih, nanti baju lo kusut orang udah rapih juga!"

Untuk sejenak Vega ingin bermanja sebelum dirinya pergi keluar. Tak peduli jika istrinya itu berusaha mengusir.

"Bangun gak?!" ucapnya galak.

Vega mengecup pipi tembam Vale dengan gemas sampai menimbulkan bunyi. Karena Vega menciumnya dengan sangat bertenaga.

VALGARA [END]Where stories live. Discover now