27 • Skorsing

46.9K 3.3K 421
                                    

🌻 Selamat membaca syg🌻


♀️♂️

📌Apartemen, 08:00 pm.

"Ga..." Vale menoleh kebawah, tepatnya ke arah Vega yang kini tiduran berbantalkan pahanya.

Vega mendongak "Apa?"

"Laper gak, dari tadi lo main game mulu."

"Laper. Masakin dong!" Tangan Vega terangkat untuk memberi cubitan kecil di pipi istrinya.

"Bangun dulu, gue berat ah lama-lama" Mendengar itu Vega langsung bangkit dari posisinya, lelaki itu kini duduk menyamping menghadap Vale.

Vale berdiri dan mulai melangkah tetapi pergerakannya itu terhenti kala secara tiba-tiba lengannya terasa ditarik oleh Vega dan lelaki itu membawa tubuhnya untuk duduk diatas atas pangkuannya.

Tangan Vega melingkari perutnya, Vale menoyor kepala suaminya kebelakang. "Apasih? Gue mau ke dapur, awas ah!"

"Diem, gue pengen absen dulu." Setelah itu, Bibir Vega mulai beraksi memberi kecupan-kecupan kecil di area leher belakang Vale yang terpampang nyata lantaran gadis itu mencepol rambutnya keatas.

Vale menggelinjang kegelian, bersamaan dengan itu pipinya mulai bersemu merah. Dia berusaha keras menyingkirkan tangan Vega.

"Muah,"

"Jijik. Udahan gak?!" ucapnya galak.

Vega terkekeh lalu mulai menyudahi aktivitasnya. Dia semakin mengeratkan pelukannya, mengunci tubuh Vale dengan kedua kakinya sehingga gadis itu tak bisa bergerak kali ini.

"Bibir lo kerjaannya nyosor mulu,"

"Suruh siapa leher lo dipamerin" tanya Vega memamerkan senyum menggoda.

"Gue gak ada niatan sama sekali, emang dasarnya mata lo yang jelalatan!" sentaknya.

Vega berdecak, dia membungkam mulut istrinya yang kelewat bawel. Dagu lelaki itu bertumpu di pundak istrinya, matanya terpejam menghirup aroma tubuh Vale yang sangat candu baginya.

"Vale.." Panggilnya pelan.

Vale berdehem pelan lalu menoleh ke samping. Dia bisa melihat kalau mata lelaki itu terpejam, Vale tersenyum, dia mengelus rambut suaminya dengan sayang.

"Apa?" tanya Vale pelan.

"Buat anaknya kapan?"

Raut gadis itu seketika berubah menjadi datar, dia sangat bosan mendengar topik pembahasan Vega yang selalu mengarah kesana padahal dia sudah sering memberi jawaban yang sejelas-jelasnya.

"Bisa gak jangan bahas itu dulu," Ujarnya menatap dalam mata Vega yang kini terbuka lebar.

Menghembuskan nafasnya pasrah memang itu yang sering Vega lakukan saat dirinya mendapati sebuah jawaban istrinya saat ditanya perihal anak.

"Nyicil kan bisa? Gampang kok tinggal lo ikut program kb atau nanti gue pake peng-" Ucapan Vega terpotong kala jari telunjuk Vale menyentuh bibirnya seolah memberi isyarat agar diam.

"Udah dibilang, nanti sayang. Sabar, empat bulan gak lama kok. Gue juga pengen tapi kalo sekarang belum siap," terang Vale.

Vega hanya mengiyakan saja, keputusan istrinya itu memang tak bisa di ganggu gugat sampai kapanpun.

VALGARA [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt