39 • USG

56.9K 3.6K 1.4K
                                    

Siapa yang nungguin notif?

Udah siap liat reaksi Vega???

Happy Reading All💗

SEBAGIAN PART AKAN DIPRIVAT ACAK. FOLLOW UNTUK MEMBUKA SEMUA PARTNYA

°°°

Vega berdiri di depan pintu masuk apartemen. Tangannya tengah menyusun password khusus pintu ini yang telah ia atur sebelumnya. Setelahnya, pintu terbuka lebar tanpa mau berlama-lama lagi ia langsung masuk dan kembali mengunci pintunya.

Matanya melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul tiga sore. Lelaki itu baru saja pulang sekolah. Tas ransel masih tersampir di punggungnya.

Baru sampai di ruang tengah, Vega langsung menemukan istrinya disana. Perempuan itu tengah duduk di sofa, Vega terkekeh kecil saat melihat mulut cewek itu belepotan oleh cokelat. Lantas ia berjalan dan merangkul bahu Vale.

Vale mendelik dan senyum manisnya langsung tersungging. Dia menggapai tangan Vega kemudian mencium punggung tangannya. Ini sudah menjadi kebiasaan selama dirinya berstatus sebagai seorang istri.

"Makan apa? Sampe belepotan gitu." Tanya Vega.

"Cokelat, kamu mau?" Vale melirik ke samping sembari menyodorkan cokelat milikinya bermaksud menawari lelaki itu.

Vega menanggapi dengan sebuah gelengan, lagipula dia tidak terlalu suka dengan sejenis cemilan manis itu. "Gak, buat kamu aja. Nggak suka coklat. sukanya susu Vale."

Vale mendengus tapi dia tak membalas lelaki itu dan memilih lanjut menikmati cokelat kacangnya. Cara makan cewek itu terkesan seperti anak kecil, Vega terkekeh geli. Tangannya bergerak untuk membersihkan noda-noda cokelat di sekitar bibir istrinya.

Vega menghempas bantal yang semula berada di pangkuan Vale. Lelaki itu berbaring dengan paha Vale sebagai bantalannya. Matanya terpejam, semakin nyaman lagi saat tangan mungil Vale mengelus lembut rambutnya.

"Capek banget ya?" Tanya Vale yang langsung dibalas anggukan oleh lelaki itu.

Vega berpindah posisi menjadi miring menghadap perut rata Vale. Wajahnya bersembunyi di perut istrinya, dan tangannya melingkari pinggang Vale dengan erat.

Vale menahan napasnya kala merasakan pelukan Vega yang mengencang. Lantas dia sedikit mendorong kepala lelaki agar menjauh. Lantaran dengan posisi seperti ini perutnya seperti tergencet, dan ia takut kalau akan membahayakan calon anaknya.

Dengan sangat terpaksa Vega bangun dengan wajah yang tertekuk kesal. "Kenapa sih?" sewot Vega.

"Sesek ih. Kebiasaan kamu mah kalo meluk kekencengan." Ucap Vale, tangannya terulur mengelus pelan perut datarnya. Pergerakan Vale tak pernah lepas dari pasang mata Vega.

Dahi Vega mengerut, merasa heran dengan perlakuan Vale yang tak seperti biasanya. "Kenapa perutnya dielus-elus terus Val? Makin aneh kamu sekarang."

"Gapapa, seneng aja!" Vale masih aktif mengusap lembut perut ratanya. Senyumnya tak sedikit pun luntur.

Vega beranjak dari sofa, membantu Vale untuk ikut berdiri juga. "Masuk kamar, aku mau mandi."

"Duluan, aku mau ke dapur dulu." Vale segera melenggang ke arah dapur, sedangkan Vega sendiri berjalan memasuki kamar. Sembari berjalan, lelaki itu sesekali bersiul. Entah kenapa hari ini dia merasa happy, meski tak tau alasan jelasnya.

Pria itu membuka handle pintu dan segera masuk, aroma khas dari kamarnya langsung tercium. Vega melempar ranselnya ke sembarang arah. Setelahnya ia langsung bergegas untuk bersih-bersih di kamar mandi.

VALGARA [END]Where stories live. Discover now