67 • Veron Fever

21.4K 1.4K 368
                                    

hello i'm back, kalau lupa alur baca ulang part sebelumnya yya, trims🤍

mengandung part traveling wkwk, btw koreksi typo.
Happy reading❤️‍🔥

°°°

Veron yang semula sedang tidur sore itu terpaksa harus membuka mata begitu merasakan ada yang tidak beres dengan kondisi tubuhnya. Kepalanya pening, selain itu perutnya juga terasa sakit.

Pelipisnya pun sudah dibanjiri keringat dingin saat ini. Bocah itu perlahan mengedarkan pandangan untuk mencari sosok ibunya. "Ma.." panggilnya lemah.

Wanita yang semula sedang berkaca di depan cermin itu refleks menoleh ke belakang. Senyumnya mengembang sempurna begitu melihat putra kecilnya sudah bangun.

"Hai cinta, udah bangun? Atau masih mau lanjut bobo, hm?"

Bibir Veron melengkung akibat tak kuasa menahan sensasi pening yang begitu menyiksa. "Ma, hiks.."

Raut Vale berubah, cewek itu buru-buru melangkah lalu duduk di tepi kasur. Dia melihat wajah Veron tampak pucat disertai adanya keringat dingin yang membanjiri pelipisnya.

Seketika Vale panik.

"Kamu kenapa, Ver?!" tanya Vale dengan nada cemas. Cewek itu langsung menyentuh kening Veron lalu turun ke bagian leher, dan hasilnya cukup membuat dirinya tercengang.

"Astaghfirullah sayang kamu demam?!!"

Veron hanya bergeming sebab dia tak memiliki banyak tenaga, tubuhnya mendadak lemah total.

Sosok Veron yang overaktif mendadak lenyap digantikan sosok Veron yang graceful atau kalem. Dan hal itu cukup mengiris hati Vale.

Jemari tangan Vale menghapus sudut mata Veron yang berair, ia sedikit mencondongkan tubuhnya lalu mencium kening Veron cukup lama.

Veron terisak, ia menjulurkan dua tangan berharap akan disambut oleh sebuah pelukan sebab ia butuh kehangatan saat ini.

Lantas, tanpa basa-basi ataupun tanpa membuang waktu lama lagi, Vale pun perlahan membaringkan diri dan segera merengkuh tubuh putra kecilnya secara lembut.

Bibirnya menghujami ribuan kecupan di setiap inci wajah Veron. "Kasian banget, pusing ya?"

Veron mengangguk lemah di dalam rengkuhan Vale. Bibirnya berulang kali meloloskan isakan.

Vale tentu tak tega, tatapannya bahkan berubah sendu. Wanita hamil itu semakin mengeratkan pelukan, mengurung tubuh mungil putranya meskipun agak kesulitan sebab terhalang perutnya yang benar-benar membuncit.

Cup. Setelah memberikan satu kecupan, Vale kembali bertanya secara lembut. "Apa yang dirasain sayang? Coba bilang ke Mama."

Namun, Veron tak menjawab. Ia masih saja terisak di ceruk leher sang ibu.

Menanggapi itu, Vale pun langsung terulur untuk mengusap punggung putranya yang sedikit bergetar.

"Kepalanya pusing, hm?"

"I-iya, kepala Veyon mual telus pelut Veyon pusing," balasnya dengan nada yang sangat lemah. Meski perkataannya terbalik, namun Vale paham apa maksudnya.

VALGARA [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ