RADION || 14

Mulai dari awal
                                    

"Yang gue omongin tadi juga berlaku buat anggota baru Camelion. Bukan cuma buat anggota inti Camelion yang selanjutnya aja. Gue sama semuanya, apalagi Baron, nggak mau kecewa lihat pilihan kalian nantinya," ujar Aaron panjang lebar.

Tentu saja Radion, Raiden, Arlan, Daplo, dan yang lainnya tidak ingin mengecewakan senior mereka. Apalagi membuat Camelion semakin buruk dengan pilihan-pilihan mereka.

Mereka tentu saja akan mencari yang terbaik untuk Camelion.

****

Untuk mempersingkat waktu, masing-masing anggota Camelion di pecah menjadi dua.

Radion, Arlan, Galen dan beberapa anggota lain menyusuri kelas sebelas. Sedangkan Raiden, Daplo, Zean, dan sisa dari anggota Camelion yang lain menyusuri kelas sepuluh.

Raiden, Arlan, dan Galen memasuki salah satu kelas sepuluh. Sedangkan yang lain menunggu di luar kelas. Kebanyakan dari adik kelas lebih memilih duduk di tempatnya ketika melihat mereka masuk. Bahkan saat mereka berjalan di koridor, semua adik kelas yang tengah duduk-duduk di sana langsung menyingkir.

"Siapa nama lo?!" Raiden menggebrak meja seorang lelaki dengan keras.

Cowok yang sedang duduk sambil bermain game itu pun mendongak. Menatap Raiden dengan tatapan sedikit kesal. "Ada apaan lo gebrak-gebrak meja gue? Lo nggak lihat gue lagi main game?!"

"Nama lo siapa gue tanya?!" Ulang Raiden.

"Randy."

Daplo di sebelah Raiden mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bener, ternyata dia yang namanya Randy."

"Ada apa lo nyari gue?"

"Lo bisa sopan sedikit nggak? Ngegas banget kayaknya," dengus Zean.

"Ya karena lo ganggu gue. Apa mau lo bertiga ke sini? Lo anak kelas mana, sih?"

"Gue kelas dua belas ipa satu. Nama gue Raiden, gue wakil Camelion." Mendengar ucapan beruntun dari Raiden, membuat Randy langsung membeku.

Cowok itu benar-benar tidak percaya bahwa yang ada di hadapannya sekarang adalah Raiden, wakil dari Camelion. Tentunya Randy tahu Camelion. Sebelum masuk ke SMA Gardapati saja Randy sudah tahu bahwa di SMA Gardapati ada sebuah perkumpulan bernama Camelion.

"C–Camelion?! Jadi lo Bang Raiden? Lo?!" Randy menunjuk Daplo dan Zean setelahnya.

"Gue Daplo."

"Gue Zean."

"Bang Daplo? Bang Zean?" Terlihat dari raut wajahnya, Randy terlihat menyesal telah bersikap semena-mena kepada mereka yang ternyata adalah seniornya juga sekaligus anggota inti Camelion.

"Kenapa lo? Lo Randy yang kemarin nyalonin diri, kan?" Tanya Daplo.

"I–iya, Bang."

"Lo nyalonin diri berati itu atas kemauan lo sendiri. Tapi, bisa-bisanya lo nggak kenal kita?" Zean tertawa.

"Udah gitu sok keras lagi," tambah Raiden.

"Dah ah, cabut! Nggak seru. Panas juga kelas lo." Raiden lalu mengajak Daplo dan Zean untuk segera pergi dari sini.

"Maafin gue, Bang! Gue kalah main game bukan gara-gara lo, kok. Gue juga tahu Bang Radion. Gue bener-bener mau banget masuk ke Camelion."

"Iya, gue tahu. Buktinya lo nyalonin diri, kan?" Randy mengangguk.

"Bang, jadi gue di terima atau nggak?" Randy kembali bertanya sebelum Raiden, Daplo, dan Zean melangkahkan kakinya kaluar dari kelas.

Raiden mengangkat kedua bahunya. "Gue juga nggak tahu lo di terima atau nggak. Tapi seenggaknya, gue udah tahu sifat lo kayak gimana."

RADIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang