"Bagus, lah. Seenggaknya lo bisa diandelin dan ada sisi plus nya. Gue jadi nggak perlu repot-repot ngerjain tugas." Zean tertawa.

"Makasih ya, Alula! Maafin kita juga udah ngerepotin lo buat ngerjain tugas-tugas ini." Semua pasang mata langsung tertuju ke arah Galen.

"Sama-sama."

"Ngapain lo pakai makasih segala sama nih cewek, Len?" Tunjuk Arlan.

"Emang kenapa? Kan dia udah nulisin tugas kita."

"Itu kan emang tugasnya dia. Nggak usah bilang makasih gitu, nanti dia malah ke ge-eran sama lo, Len." Semuanya lalu tertawa terbahak-bahak—pengecualian Galen.

"Ngapain lo masih diem di sini? Udah sana pergi! Tugas lo udah selesai," usir Zean.

"I–iya, kalau gitu aku pergi dulu!" Alula langsung buru-buru melangkahkan kakinya pergi dari hadapan kelima cowok-cowok itu.

Saat berbelok di ujung lorong, tubuh kecil Alula di tarik oleh seseorang. Membawa Alula ke tangga sekolah yang kebetulan saat itu sedang sepi. Tidak ada siswa-siswi yang melewati lorong itu.

"Aduh!"

"Sorry-sorry, gue nggak sengaja. Lo nggak apa-apa?"

Alula mendongak, menatap Radion di hadapannya yang juga tengah menatap ke arahnya.

"A–aku nggak apa-apa, kok." Alula langsung mengalihkan wajahnya dengan cepat.

"Kamu kenapa ada di sini? Nggak gabung sama temen-temen kamu?"

"Kebetulan gue abis di panggil ke ruang kepala sekolah. Tadi juga abis mampir ke kantin."

"Ruang kepala sekolah?" Radion mengangguk.

"Kamu kena masalah apa? Jangan-jangan kamu kena masalah karena main sama mereka, ya?"

Radion langsung tertawa. "Ya nggak, lah. Gue anak baik-baik, kok. Kayaknya lo takut banget gue kena masalah."

"Apaan, sih? Gimana nggak takut? Kan kamu masih anak baru di sini. Aneh aja kalau kamu langsung kena masalah sama kepala sskolah."

Alula kembali mendogak. Melihat Radion yang terus menatap wajahnya tanpa henti, membuat Alula jadi salah tingkah sendiri. "Kenapa lihatin aku kayak gitu?"

"Lo kalau ngomong emang pakai aku kamu?"

Alula mengangguk dengan polos. "Iya. Dari dulu kayak gini."

"Pantes aja lo sering di kerjain. Coba lain kali lo ubah cara ngomong lo. Mungkin aja, banyak yang takut saat lo berubah. Biar lo nggak di ganggu lagi."

"Kata siapa kalau aku ubah cara ngomong aku, aku nggak bakal di gangguin lagi?"

Radion mengangkat kedua bahunya. "Mungkin aja, kan?"

"Selain pendiem, lo juga polos, ya?!"

"H–hah?!"

"Iya. Jarang gue ketemu cewek yang sepolos lo." Alula tersenyum malu.

"Lain kali gue bakal ajarin lo caranya nolak suruhan orang. Sekali-kali, lo harus nolak apa yang di suruh sama temen-temen gue."

RADIONWhere stories live. Discover now