「 80 : The Last Solution 」

Start from the beginning
                                        

Jaehyun dapat melihat dengan jelas tubuh ringkih sang istri bergetar seraya menahan isakannya agar tidak terdengar kencang.

“Sayang...” hati Jaehyun sesak melihat betapa kerasnya Taeyong berusaha mengendalikan dirinya agar tidak kalah oleh sisi gelap yang berusaha menguasai kesadarannya.

“Jaehyun...tolong aku, hiks...tolong aku...” isak Taeyong sembari menutupi mukanya menggunakan telapak tangan.

Semakin Taeyong larut akan ketakutannya, semakin besar pula sisi gelap dari ‘mana’ yang bergejolak dalam dirinya berusaha mengambil alih tubuhnya.

“Kau milik kami, Lee Taeyong...menyerahlah...biarkan kami yang mengatasi ketakutanmu...”

Suara asing itu kembali terdengar, namun anehnya, Taeyong kini dapat memahami bahasanya.

“AKU TIDAK BUTUH KAU! KAU YANG HARUSNYA MENYINGKIR DARI TUBUHKU!” balas Taeyong dengan amarah membuncah. Gara-gara ‘mana’ itu, hidupnya jadi tidak tenang dan ia tidak dapat menikmati masa-masa kehamilannya tanpa bayang-bayang ketakutan berlebih.

“Kau membutuhkan kami, Taeyong...hanya kamilah yang dapat membuatmu kuat. Kau adalah orang pilihan yang pantas mendapatkan kekuatan besar ini. Terimalah....dan biarkan kami menjadikanmu satu-satunya orang terhebat dan terkuat di dunia ini...”

“ARRGHHH!!!”

“Sayang!?” Mengabaikan larangan Taeyong sebelumnya, Jaehyun bergegas menghampiri sang istri lalu menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya.

“Jangan dengarkan mereka! Taeyong! Lihat aku sekarang!” Jaehyun beralih memegangi kedua sisi pundak sang istri, memaksa Taeyong untuk fokus kepadanya. Berharap dengan begitu, ia dapat sedikit mengalihkan fokus Taeyong dari apapun yang mencoba mencuci otaknya.

“Taeyong!” Dengan sedikit paksaan, Jaehyun menurunkan kedua tangan Taeyong yang dengan rapat menutupi kedua telinganya, lalu mendongakkan dagu lancip sang istri agar menatap kedua matanya.

“Ja-Jaehyun?” Sorot mata Taeyong terlihat kosong, namun syukurlah ia masih dapat mengenali suara serta sentuhan sang suami.

Kedua tangan besar Jaehyun menangkup kedua sisi wajah Taeyong lalu mengusapnya selembut mungkin. “Iya, ini aku, sayang...Jaehyun...Kau bisa mendengarku 'kan?” Sebuah senyum tipis Jaehyun berikan kepada sang istri. Meski fokus Taeyong tidak tertuju kepadanya. Ia tau pikiran Taeyong mulai dikuasai oleh ‘mana’ gelap.

Secara perlahan, sorot mata Taeyong mulai menampakkan sinarnya lagi. Ia mengerjap pelan, berusaha memfokuskan pandangannya menatap sosok pria yang ada dihadapannya.

“Jaehyun...” panggilnya lirih. “Ya, sayang?” yang dijawab dengan nada lembut juga oleh Jaehyun.

Kehadiran Jaehyun secara ajaib mampu sedikit mengurangi perasaan takut dan dilema yang sebelumnya Taeyong rasakan. Kini fokusnya terbelah, tak lagi sepenuhnya tertuju pada suara-suara asing yang masih memenuhi pikirannya.

“Jaehyun...aku takut...” Jaehyun membawa kepala Taeyong yang tertunduk untuk bersandar pada dada kanannya. Tangan kanannya tak henti-hentinya memberikan usapan sayang pada puncak kepala sang istri. Sementara tangan lainnya memeluk erat pinggang ramping Taeyong. Ia ingin menenangkan Taeyong terlebih dulu guna meredamkan emosinya yang tidak stabil.

Meski kelihatannya Taeyong perlahan mulai tenang, bukan berarti ia sudah sepenuhnya sadar.

“Tenang...aku ada disini...aku akan selalu menemanimu...jangan takut...” kata-kata penenang terus Jaehyun berikan untuk mensugesti Taeyong. Dalam hati ia berharap, suaranya mampu menyentuh titik terdalam hati Taeyong yang kemungkinan saat ini sedang diselimuti ketakutan dan kegelisahan.

My Mate [ Jaeyong ] ✔️Where stories live. Discover now