Arc3 Chapter 54

1.2K 258 20
                                    

Sudah beberapa hari sejak selesainya Praktik Lapangan Dungeon.

Para siswa Akademi menghabiskan waktunya di Asrama atau kembali menuju kediaman mereka masing-masing.

Beberapa dari mereka juga ada yang menghabiskan waktu di sekitaran Ibukota, seperti Olivia contohnya.

Ia menelusuri jalan-jalan di Distrik Perdagangan Ibukota, mengenakan baju kasualnya dibalik jubah coklat yang menutupi kepala hingga mata kakinya.

Salju semakin sering turun, membuat beberapa jalan harus di bersihkan agar tidak mengganggu moda transportasi atau pejalan kaki.

Suasana dingin menerpa mereka yang lalu-lalang, meskipun Olivia harus merasakan sedikit pengap karena pakaian yang ia kenakan.

Tidak peduli setahan apa ia dengan dingin, ia akan dianggap eksentrik jika berjalan-jalan dengan pakaian terlalu tipis di tengah salju ini.


Berjalan tanpa tujuan, ia hanya berniat menghabiskan waktunya di luar Mansion nya.

Sayangnya ... Dungeon Ibukota ditutup total, karena pembersihan insiden sebelumnya sedang dilakukan.

Untungnya atau anehnya ... Ibukota berjalan seperti biasanya, tidak menunjukan ketegangan yang sepatutnya.

Olivia sendiri bertanya-tanya apakah itu normal, bagi rakyat ibukota tidak terlalu bereaksi meskipun baru saja mengalami insiden besar berturut-turut.

Beberapa toko dan kios masih menunjukan semangat perdagangan mereka, tanpa terhalang bahkan oleh Salju yang turun.

Lalu-lalang orang yang berkeliaran di Distrik itu memang tidak sebanyak musim lainnya, namun itu masih menunjukan tanda kehidupan yang layak.

Olivia sendiri sudah mampir ke beberapa toko,  melihat barang-barang dan hanya membeli jika itu benar-benar menarik perhatiannya.

Bagian nyamannya adalah ... ia tidak perlu membawa barang belanjaannya sama sekali.

Toko di Ibukota menyediakan layanan antar murah, dimana barang belanjaan bisa diantarkan ke tujuan selama itu masih di Ibukota.


"Olivia?!"

Ketika ia hendak menuju toko selanjutnya, suara memanggil datang dari belakangnya.

Berhenti melangkah dan menoleh kebelakang, ia menemukan seorang pria dengan rambut ungu gelap yang ia kenal.

Itu adalah Rei, seseorang dari Pandora.

Ia mengenakan Jubah yang cukup mewah dan juga payung yang terlihat mahal untuk menghalangi salju turun.

Cara dirinya berpakaian dan fitur wajahnya lagi-lagi menarik perhatian.

Senyumnya yang elegan membuat beberapa pejalan kaki wanita berhenti hanya untuk melihatnya.

Olivia mengerutkan dahinya, bertanya-tanya mungkinkah pria ini memancarkan Charm, karena setiap kali ia melihatnya ... pemandangan sekitar selalu serupa.

"Kebetulan sekali bukan, baru saja aku memikirkanmu, tiba-tiba saja aku melihatmu di sini."

"Begitu kah? Aku yakin itu semacam kutukan. Akan gawat sekali jika kau akan muncul entah darimana di hadapanku setiap kau memikirkanku."

Pria itu terkekeh pelan melihat responnya yang sangat enggan.

"Aku serius. Aku baru saja berencana untuk mampir ke mansionmu jika aku tidak bertemu denganmu disini. Ada beberapa hal yang ingin aku bahas denganmu."

Neither heroine nor villainous, Just Olivia!Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt