Arc 2 Chapter 20

3K 541 84
                                    

Suasana di depan kelas Mawar Merah menjadi ribut dan ricuh.

Tidak ada satupun dari mereka yang berani masuk.

Tentu saja, dengan kekacauan di dalamnya ... memasuki kelas itu akan benar-benar membuatmu sangat mencolok.

Tidak ada yang berani mengambil peran seperti itu. 


"Jadi apa yang harus kita lakukan?"

"Apa maksudmu yang harus kita lakukan!? Tidak ada yang bisa kita lakukan!!"


"I-Ini benar-benar mengerikan .... Siapa yang melakukan ini?"

"Mu-Mungkinkan wanita itu?"

"Aku tidak tau siapa yang kau maksud, tapi sebaiknya jangan mengatakan yang tidak-tidak."


"Baunya menyengat sekali, astaga!!"

"Meja di kelas kita benar-benar rusak dan berbagai hal ada di sana. Tapi kenapa ada beberapa yang ...."

"Kau benar. Bukankah meja-meja itu...."


Situasi kelas Mawar Merah benar-benar mengalami kekacauan total.

Seolah ada badai atau monster yang telah mengacak-acaknya.


Dinding telah dicoret-coret dengan berbagai hal.

Berbagai kata-kata vulgar dan tak pantas tertulis disana, bahkan ada beberapa nama siswa kelas tersebut tertulis disana.

Meja-meja di dalamnya dirusak, dimana kaki meja ada yang patah.

Bangku-bangku berserekan seolah telah dilempar kemana-mana, dan yang paling menjijikan adalah hal-hal berbau busuk yang tercium dari dalam.


Beberapa siswa yang melihat dari luar menutup hidung mereka, atau mereka akan muntah ditempat.

Terlepas dari kekacauan itu, ada beberapa meja yang tampak tak tersentuh.

Meja dan bangku masih utuh, dan area di sekitar mereka benar-benar bersih.

Itu menimbulkan beberapa spekulasi miring bagi mereka yang melihatnya.

Karena para siswa kelas Mawar Merah berkumpul di depan kelas mereka, banyak siswa dari kelas lain yang penasaran dan menghampiri.

Ketika mereka melihat situasi di dalam, mereka ikut terkejut dan tercengang.

Beberapa siswa dari kelas lain langsung bertanya apa yang terjadi, tapi tak ada satupun dari siswa kelas Mawar Merah yang bisa menjelaskan.

Ketika mereka sedang membahas situasi di kelas Mawar Merah, sosok lain datang ... membuat para siswa di sana segera mengalihkan pandangan mereka padanya.


Itu adalah Olivia.


Ia melangkah menuju ke kelas dengan tatapan yang sedikit bingung, seolah bertanya apa yang terjadi.

Ketika ia berjalan, kerumunan siswa di dekat pintu menyebar untuk membiarkan ia lewat.

Ketika ia sudah ada di dekat pintu, ia lalu melihat situasi kelas mereka.

Ia menatap situasi di dalam dengan ekspresi meringis, lalu menoleh satu persatu ke siswa kelasnya yang ada di sana.


Neither heroine nor villainous, Just Olivia!Where stories live. Discover now