Arc2 Chapter 3

3.9K 576 4
                                    

"Astaga. Bukankah hutannya sangat jauh? Kupikir hutannya tidak jauh dari belakang Akademi."

Nina mengutarakan keluhannya saat mereka bertiga menuju Hutan.

Tentunya bukan hanya dia saja yang merasakan hal tersebut, kebanyakan siswa lainnya merasakan hal yang sama.

"Mungkin karena jalannya. Jika saja jalannya bagus, kita bisa sampai dengan lebih cepat."

Meskipun tidak secara terang-terangan mengeluh, Sofia sendiri juga mengeluh dalam hatinya.

Jalan yang tidak rata  dan banyaknya semak belukar membuatnya turut frustasi.

"Mau bagaimana lagi. Jalan lainnya ditutup jadi kita hanya bisa lewat gerbang Akademi."

Olivia mencoba menjelaskan itu pada kedua temannya

Dari Akademi ke hutan, gerbong tidak bisa lewat.

Satu satunya cara pergi kesana adalah berjalan kaki.

"Tapi tetap saja, melihat mereka agak membuatku puas sedikit."

Mereka yang dimaksud Nina adalah para siswa Bangsawan.

Tentunya mereka adalah yang paling banyak mengeluh dan kesulitan melewati hal ini.

Sesekali beberapa dari mereka akan mengeluh dengan menggeram sangat kesal, terutama para siswi.

"Jangan terlalu keras. Tidak lucu jika mereka melampiaskan kekesalan mereka kesini."

Nina hanya mengangkat bahunya atas komentar Sofia.

Ketiganya terus berjalan menuju ke tempat pertemuan sambil sesekali memperhatikan siswa-siswi tahun ajaran baru yang sama dengan mereka.

Karena sifat jalannya, hanya ada beberapa jalan yang bisa mereka lewati, itu membuatnya tidak terlalu banyak barisan yang ada.

Setelah kurang dari lima belas menit, mereka akhirnya sampai di lokasi.

Apa yang ada di depan mata mereka adalah lapangan luas membentang dengan hutan rimbun di kiri dan kanan.

Beberapa siswa memilih pergi ke hutan untuk berteduh, tapi mereka dimarahi oleh siswa senior yang adalah Dewan Siswa.

Mereka lalu disuruh untuk kembali ke tengah lapangan.

Sayangnya, tengah lapangan hampir tidak memiliki sesuatu untuk menutupi sinar matahari yang menerpa mereka.

Beberapa siswa sudah ada yang menunjukan tanda-tanda sekarat, membuktikan mereka benar-benar tidak terbiasa dengan situasi ini.

Tapi para dewan siswa hampir tidak bergerak dan hanya bertindak jika ada siswa yang pingsan.

"Hei, apa yang terjadi? Kapan ini dimlai!?"

"Percuma saja. Sudah beberapa orang yang bertanya. Jawabannya masih sama. Kita disuruh menuggu."

"Kau pasti bercanda. Lebih dari ini kepalaku bisa meleleh jika tetap disini."

"Jika tau begini seharusnya aku datang lebih lambat saja."

Beberapa siswa mulai ricuh dan mengeluh.

"Ini sama sekali tidak lucu. Apa ini bentuk pelecehan atau semacamnya?"

Seperti para siswa baru lainnya, Nina juga ikut mengeluh.

"Haruskah kita pura-pura pingsan?"

Sofia mengusulkan hal tersebut, tapi Olivia langsung menolaknya.

"Lebih baik jangan. Beberapa siswa yang pingsan tadi belum kembali. Ada kemungkinan jika kita pingsan disini kita tidak akan bisa ikut tesnya."

Keduanya memasang wajah semakin jengkel mendengar penjelasan Olivia.

Neither heroine nor villainous, Just Olivia!Where stories live. Discover now