Arc1 Chapter 16

4.5K 672 0
                                    

Olivia dipanggil ke ruangan lain, mengikuti seorang pria yang sedang membimbingnya.

Setelah sampai disebuah pintu, pria yang ia duga adalah seorang kepala pelayan mengetuk pintu.

Tak lama kemudian, pintu terbuka dari balik ruangan.

Mereka berdua langsung memasuki ruangan setelah disambut seorang pria yang mengenakan peralatan prajurit.

"Silahkan duduk disana, Nona Olivia."

Oliva mengangguk setelah melihat arah kursi yang ditunjuk kepala pelayan tadi.

Disana sudah ada pria tua yang ia kira adalah Margrave Fartoun saat ini.

Pria tua itu sedang sibuk dengan dokumennya.

Ia bahkan belum mengalihkan pandangannya pada Olivia.

Olivia sempat berpikir untuk menyapa terlebih dahulu, tapi karena sudah disuruh untuk duduk, ia pun menuruti saja hal tersebut dan menunggu Margrave selesai dengan urusannya.

Tak lama kemudian, pria tua yang memiliki rambut putih memanjang melewati bahu serta kumis serta jenggotnya yang agak lebat, menolehkan pandangannya pada Olivia.

"Olivia bukan?"

"Ya, Tuanku. Nama saya Olivia. Saya penjelajah dari Kota Helen yang diusung oleh Tuan Otto."

Pria tua itu mengangguk mendengar jawaban Olivia.

Olivia melihat sekelilingnya dan hanya melihat 2 prajurit pengawal yang berdiri di belakang Margrave, serta pria yang ia duga kepala pelayan berdiri di dekat pintu.

Sang Margrave sendiri memberikan isyarat tangan pada salah satu pengawalnya.

Pengawal tersebut mengangguk lalu menuju ke arah lemari dan mengambil sesuatu disana lalu membawanya ke tempat mereka.

Posisi saat ini adalah, Margrave yang duduk di kursi mewah dan apa yang ada di depannya adalah sesuatu yang menyerupai meja kerja.

Olivia duduk di sebrangnya, menggunakan kursi yang lebih kecil dari miliknya.

"Mari kita bermain."

Olivia tak kuasa menahan wajah bingungnya.

Apa yang dibawakan dan diletakkan oleh pengawal tadi adalah papan catur.

Pengawal tersebut sedang membuka papan dan mengeluarkan bidak-bidak yang ada disana.

"Hitam atau putih?"

Olivia masih bingung tapi memutuskan untuk mengikuti arus saja.

"Saya memilih Hitam, Tuanku."

Sang Margrave mengangguk lalu mengambil bidak putih dan menyusunnya.

Olivia juga mengikuti hal tersebut dan mulai menyusun bidak-bidaknya.

Setelah semua bidak sudah ada di papan.

Margrave langsung memulai langkahnya.

Tak lama kemudian, Olivia mengikutinya.

Ia masih bertanya-tanya apa maksud dari hal ini.

"Kita akan memulai wawancara sambil bermain catur. Kau tidak keberatan kan?"

"Tentu tidak, Tuanku. Saya tidak berani keberatan."

Tidak mungkin Olivia mengatakan keberatan.

Itu pertanyaan yang tidak berguna, batinnya.

"Apa pendapatmu tentang Kota Helen."

Seperti yang Margrave sebutkan sebelumnya. 

Mereka memulai wawancara sambil bermain.

"Itu kota yang nyaman. Untuk pendatang seperti saya, saya tidak memiliki keluhan."

Neither heroine nor villainous, Just Olivia!Where stories live. Discover now