Arc3 Chapter 44

1.2K 280 19
                                    

Olivia dan yang lainnya telah bertarung ke titik dimana mereka ditugaskan.

Mereka tidak bertarung ke tengah-tengah pertempuran, tapi di area pinggiran.

Tugas mereka sekali lagi adalah menyingkirkan Skeleton agar tidak mendekati pertempuran utama.

Olivia sendiri beserta kedua rekannya - Nina dan Glen, sama sekali tidak kesulitan melaksanakan tugas itu.

Meskipun para skeleton ini terus berjatuhan dengan gelombang 5-10 detik membuat jumlah mereka terus bertambah, ketiganya bertarung dengan baik untuk membasmi makhluk-makhluk itu.


Pertempuran terjadi di beberapa titik.

Selain skeleton, tentunya pihak mereka juga harus melawan pihak berjubah hitam, Naga Zombie.

Mereka juga harus waspada dengan sekitaran mereka, itu karena beberapa kali kadang ada pihak berjubah hitam yang tiba-tiba muncul dari badai pasir dan menyerang mereka secara mendadak.


Pertarungan sengit terus terjadi, dan pihak mereka berhasil memojokkan pihak berjubah hitam.

Setidaknya, jumlah pihak itu terus menurun.

Apa yang menjadi tujuan utama kelompok Felix adalah ... mencoba menjatuhkan orang yang memanggil Naga Zombie, yang sedari tadi dilindungi.

Sang pemanggil Naga Zombie tidak ikut bertarung dan hanya berdiri sambil dilindungi oleh beberapa orang lainnya.

Tidak hanya itu, ia juga dilindungi oleh semacam sihir perisai yang cukup kuat, jadi mereka tidak bisa mendekat dan serangan jarak jauh juga hampir tidak efektif.


"Jangan memaksakan diri! Segera mundur jika kalian terluka!!"

Felix meneriakkan hal itu saat melihat salah satu rekannya ada yang terkena serangan oleh pihak musuh.

Lagi pula mereka tidak perlu bertarung sampai mati.

Jika mereka bisa bertahan beberapa saat lagi, bala bantuan akan segera datang.


Sepertinya aku tidak perlu turun tangan kesana.

Kelompok Felix masih mampu untuk berurusan dengan pihak berjubah hitam ini, jadi Olivia merasa tidak perlu sampai membantu mereka kesana.

Saat ini, ia hanya perlu fokus pada skeleton-skeleton yang terus berjatuhan dari atas.

Tentu saja ia tidak hanya menunggu makhluk tulang itu mendarat dengan indah ke bawah.

Sebelum mereka menyentuh permukaan, ia telah melemparkan sihir tombak es untuk menghancurkan tulang-tulang skeleton itu.

Ia selalu melemparkan 10 tombak es dan menghancurkan sekitar 6-7 skeleton itu sebelum mendarat.

Itu tidaklah di sengaja karena akurasinya memang bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan bagi dirinya sendiri.

Ketika skeleton itu sudah jatuh, ia menyerang mereka segera dengan tombaknya, memporak-porandakan tulang-tulang makhluk itu.


Ketika ia sedang bertarung dengan tombaknya, tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.

Tanpa pikir panjang, ia segera berputar dan menusuk tombaknya pada orang itu.

Itu adalah musuh, sesuatu yang tidak perlu dikonfirmasi sama sekali.

"Guhh!"

Olivia berhasil menghindari serangan pedang orang itu, malahan penyerang itu terkena tusukan tombak di bahunya.

Neither heroine nor villainous, Just Olivia!Where stories live. Discover now