Arc2 Chapter 14

3.2K 556 7
                                    

Olivia benar-benar dikelilingi di ruangan itu.

Tidak ada yang melakukan gerakan provokasi melebihi hal tersebut.

Namun, ia sendiri yakin jika ia melakukan hal yang tidak perlu, bilah pedang di balik jubah orang-orang yang mengelilinginya akan memenggal kepalanya.

Setelah Olivia mengikuti gagak sebelumnya, ia mendapati dirinya berada di sebuah komplek perumahan kumuh.

Beberapa orang lalu menghampirinya, dan seolah tau apa yang terjadi, mereka meminta Olivia untuk mengikuti mereka.

Dan itu mengarah ke situasi saat ini.

Melihat cara mereka masuk, Olivia menyadari kalau mereka benar-benar di bawah tanah.

Ruangan tersebut benar-benar gelap dan hanya diterangi oleh cahaya obor.

Tidak ada ornamen apapun yang menarik, selain dinding batu tak teratur yang mengelilingi mereka.

Saat ini, Olivia sedang duduk dengan posisi tegak lurus sambil menatap pria paruh baya di depannya.

Setelah datang kesini, ia telah dipersilahkan untuk duduk.

Namun orang yang mempersilahkannya tadi tidak mengatakan apapun lagi setelah itu.

Hal yang sama tentunya untuk Olivia, dan orang-orang yang mengelilinginya.

"Meskipun begitu kau benar-benar membantai mereka, huh. Apa penjelajah Fartoun sekuat dirimu?"

Olivia agak berkedut, tapi dia berusaha untuk tidak menunjukan kegelisahan di wajahnya.

"Kau terlalu berlebihan. Mereka hanya lemah."

Pria paruh baya tersebut mendengus setelah mendengar jawaban dari Olivia.

"Jadi? Kau sudah ada di markas Pandora sekarang. Tidak perlu basa-basi. Kau bisa langsung mengatakan urusanmu disini."

Pandora.

Itu adalah organisasi bawah tanah yang berpusat dan beroperasi terutama di Ibukota Kerajaan Aris.

Tidak perlu bertanya-tanya apa yang mereka lakukan.

Karena itu, Olivia sendiri tidak tertarik untuk menjulurkan kepalanya ke semak-semak yang jelas-jelas ada ular beracun dibaliknya.

"Aku hanya datang memberi salam saja."

"Pfft... Ini bukan panti asuhan, jika kau salah paham."

Olivia tidak membuka mulutnya lagi, membuat pria paruh baya tadi membuka kembali mulutnya.

"Aku sudah bilang langsung ke intinya. Jasa kami mahal, dan kami tidak menerima pembayaran kredit atau semacamnya. Kami juga pilih-pilih soal klien, asal kau tau."

"Begitu. Aku akan mengingatnya."

Pria paruh baya tersebut menghapus senyum dari wajahnya, lalu melototinya.

Beberapa orang lainnya juga melakukan hal yang sama, dan segera ... ruangan tersebut dipenuhi dengan niat membunuh.

"Akhir-akhir ini ada beberapa orang bodoh yang menganggap enteng kami. Pandora bukanlah orang yang pemaaf. Jadi kami mengirim orang-orang ini pulang, dan kau tau apa selanjutnya? Setelah mereka sampai di rumah, mereka memohon pada orang-orang dirumah mereka untuk membunuh mereka."

"...."

"Terkadang ketakutan dan rasa sakit...."

".... membuatmu mendambakan kematian."

Gadis tersebut, Olivia, dengan lancang memotong ucapannya.

Karena ucapannya dipotong, ia semakin menatap tajam gadis didepannya.

Neither heroine nor villainous, Just Olivia!Where stories live. Discover now