Arc1 Prolog

22.1K 1.7K 28
                                    

Di sebuah ruangan tertentu, terdapat 1 laki-laki paruh baya, 1 kakek-kakek, dan 1 gadis muda.

Mereka fokus pada masing-masing dokumen yang ada di tangan mereka.

Salah satunya adalah Olivia.

Ya, dia adalah Protagonis utama kita.

Membaca dengan tatapan melotot pada dokumen di tangannya, Olivia mencoba untuk melihat apakah ada semacam penipuan dalam dokumen tersebut.

Sang pria paruh baya yang sudah berkali-kali membaca dokumen di tangannya mendecakkan lidahnya, merasa tidak ada masalah sama sekali dengan dokumen itu

Dia adalah ayahnya. Robert Eps Barker.

Sementara orang yang satunya lagi adalah Pendeta Agung dari salah satu Gereja di dunia ini, Jonathan Ze Gibson.

"Mau sampai kapan kau menatapnya? Aku akan mengingatkanmu sekali saja. Kau tetap akan diusir dari Rumah Barker. Itu sudah di tetapkan dan tidak bisa diubah."

Astaga, bisa-bisanya ini terjadi padaku!!?

Satu bulan yang lalu, Olivia tiba-tiba terbangun dengan kenangan masa lalunya.

Itu adalah kenangan kehidupan di Bumi.

Dia pernah lahir dan hidup di bumi.

Dan mati di usia 28 tahun.

Dan dia jomblo sampai mati.

Kenangan-kenangan itu membuatnya hampir mengalami krisis identitas, yang juga membuatnya sakit keras sampai akhirnya sembuh beberapa minggu sebelumnya.

Di kehidupan sebelumnya, ada sebuah novel yang sering dibaca oleh diri masa lalunya.

Sayangnya itu malah menceritakan Kerajaan di sebelah mereka, bukan kerajaan tempat dia tinggal saat ini.

Lupakan karakter figuran, namanya bahkan tidak pernah disebutkan dalam novel.

Jadi kenapa malah orang sepertinya yang mengalami hal seperti ini?

Di kehidupan saat ini, dia adalah Olivia Eps Barker. Putri kedua Count Barker di Kerajaan Awsteern.

Nah, seperti kata ayahnya. Dia akan di usir mulai hari ini, jadi dia hanyalah Olivia belaka.

"Selama aku tidak melihat ada yang janggal, aku akan menandatangani nya."

Jelas Olivia dengan nada tanpa kompromi.

Ayahnya melotot dengan penuh amarah atas kekurangajaran calon mantan putrinya itu.

"Hal yang janggal? Hal bodoh apa yang kau bicarakan?"

"Berdasarkan asas yang diatur dalam Pasal 324 Ayat 2 Kitab Hukum Kerajaan, kontrak ini melanggar asas kebebasan. Ubahlah jika kau ingin aku menandatangani nya."

Olivia telah membaca ketiga dokumen itu.

Ia tau ada yang salah.

"Jangan seenaknya bicara, apa yang kau-"

"Berdasarkan aturan, anak dibawah umur 15 tahun akan mendapatkan tunjangan dari rumah yang memutuskan ikatan pada mereka. Isi kontrak ini juga kebanyakan memberi batasan padaku dan mengesampingkan kepala rumah. Bahkan ada banyak istilah dan definisi yang sengaja dibuat rancu. Apa kau mencoba menipuku, ayah?"

Ayahnya terdiam saat melihat anaknya yang tiba-tiba berani melawan.

Semenjak hari-hari pengusirannya segera datang, sifatnya benar-benar berubah banyak.

Banyak keluarganya yang lain merasa Olivia mencoba mencari masalah lagi agar tidak dikeluarkan dari rumahnya.

Kenyataannya, Olivia sangat ingin lepas dari mereka.

Dia hanya tidak terima kontrak pemutusan hubungan keluarga ini dibuat sangat merugikannya.

"Kau benar-benar tidak tau diri bukan? Apa kau tidak puas membuat keluargamu menderita sampai-sampai kau-"

"Aku bisa melakukan ini sepanjang hari, tau? Ubah kontraknya agar sesuai dengan kontrak pada umumnya. Jika ayah tidak menyetujuinya, ayah harus rela menunggu sampai 6 tahun lagi sampai aku diusir secara paksa berdasarkan hukum."

Ayahnya benar-benar memerah karena pernyataanya. Kalau ini bukan gereja dia benar-benar akan memukul putri kurangajarnya ini.

"Kau benar-benar kalah, Count. Dia lebih ngotot dari yang kau kira."

Sang Pendeta Agung terkekeh melihat perseteruan anak-ayah ini.

Robert akhirnya mengalah dan memutuskan untuk mengganti kontraknya.

"Kalau begitu mari kita bicarakan rinciannya."

"Ayah harusnya melakukan itu sedari awal."

Oliva mendengus kesal karena harus membuang-buang waktu dengan pria yang sangat dibencinya ini.

Sebelum kebangkitan ingatan masa lalunya sebulan yang lalu, Olivia yang hampir tidak dianggap oleh keluarganya terus berjuang mendapatkan perhatian mereka seperti orang bodoh.

Setelah mendapatkan kenangan itulah dia menjadi individu yang dapat melihat dengan perspektif lebih luas soal apa yang ada di sekitarnya.

Dia benar-benar harus angkat kaki dari Kerajaan ini.

Jika ingatan masa lalu dan novel itu benar, akan ada perang saudara yang terjadi di kerajaan ini nantinya.

Ini juga menjadi pemicu yang mengarah pada suatu  peristiwa besar nantinya.

Itu mengarah pada kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang  terlibat perang dunia, jika memakai istilah dunia sebelumnya.

Diskusi tentang detail kontrak terus berlangsung dengan alot. Beberapa kata makian terdengar, meskipun ini adalah Gereja.

Kedua anak-ayah itu sama sekali tidak berniat untuk mengalah membuat diskusi membuang waktu lebih lama.

Dan akhirnya kontrak disetujui dan disepakati dengan Pendeta Agung Jonathan sebagai wakil dan saksi dari pihak Gereja.

"Mulai sekarang kau bukan bagian dari Barker lagi. Jangan sedikitpun berani untuk mengotori nama Barker lagi. Ketahuilah, ini adalah belas kasih dari kami. Jangan lupakan itu!"

"Aku akan dengan senang hati menjauh dari kalian."

Dan begitulah, Olivia yang telah membangkitkan kenangan masa lalunya ... memulai kehidupan barunya. 




1 tahun kemudian, perang saudara benar-benar terjadi di Kerajaan Awsteern, yang membuat waspada kerajaan disekitarnya.

Namun Olivia sudah lama pergi dari sana.



~~~~~~~~~

Yap, gimana, gais? Kira-kira menarik gak ya prolognya? Saia Autor baru. Jadi maklumin aja kalo ceritanya ngebosenin dan bahasa serta penulisannya absrud. 


Semoga ceritanya bisa bikin kalian betah mampir disini, biar authornya juga betah updatenya xdxd

Neither heroine nor villainous, Just Olivia!Where stories live. Discover now