76. Extra Part 2

3.8K 110 95
                                    

🍃🍃

Risa Pov

Alfa dan lainnya sering main ke rumah setelah pesta resepsi pernikahan Vanya dan Deo. Terlebih Alfa, membuat Revan menahan emosinya saat Alfa dengan sengaja mengajak bermain Anaya atau mengajaknya keluar untuk membeli sesuatu. Revan khawatir Alfa berubah menjadi pedofil yang mengerikan. Aku hanya tertawa mendengar kekhawatiran suamiku itu. Aku mengenal Alfa, dia tak mungkin berbuat jahat.

Lalu Anaya? Dia justru senang Alfa main ke rumah. Dia Anaya kecilku yang akan senang saat dibelikan jajan atau mainan. Alfa sangat memanjakannya. Terkadang aku khawatir, mungkin saja Alfa tidak main-main dengan perkataannya. Dia ingin menjadikan Anaya istrinya suatu hari nanti. Ahh, bukankah aku tidak boleh berprasangka buruk?

Alfa bilang Anaya sangat mirip denganku. Dia benar. Anaya mirip denganku. Wajah dan sifatnya sepertiku. Bahkan di usianya 6 tahun, Anaya sudah merengek minta di ajari beladiri. Persis denganku waktu kecil, aku belajar beladiri saat usiaku 6 tahun. Aku jadi berfikir omongannya Galih tentang Alfa 'tidak dapat emaknya, ya ngincar anaknya'. Masa iya aku harus punya menantu seumuranku? Yang benar saja!

Revan lebih protektif saat Alfa dan lainnya main ke rumah. Ia membatasi Anaya berinteraksi dengan om-om nya itu terutama Alfa. Aku terkekeh geli melihat bagaimana suamiku menjaga putri kesayangannya.

Ada satu hal lagi yang membuatku tercengang, anak keduaku Areon. Anak itu memiliki wajah seperti bapaknya, tidak hanya wajah tapi juga sifatnya. Ia memang peniru ulung. Ia berubah menjadi protektif terhadap Anaya. Ayolah, ini bocah 4 tahun! Saat Anaya bersama Alfa, Areon berusaha menjadi orang ketiga. Ia menyuruh Anaya menjauh dari Alfa. Aku yakin sebenarnya ini diajarin sama bapaknya! Tapi percayalah, Areon memang memiliki sifat seperti Revan.

Pernah suatu hari saat aku mengantarnya sekolah, Areon menyalamiku, kemudian aku hendak mencium kedua pipinya sebelum ia masuk kelas, namun segera ditepis oleh anak itu. Aku heran, padahal di rumah malah minta di cium. Setelah kulihat, ternyata ada beberapa teman-teman ceweknya yang memperhatikan. Oh, ternyata mau menjaga image. Ah, sifat Revan sangat nemplok di diri Areon. Ku lihat dia berjalan ke kelas sambil memasukkan tangannya ke dalam saku. Ekspresinya datar dan dingin. Astaga, jadi ingat Revan, apa Revan setengil itu waktu sekolah taman kanak-kanak? Aku terkekeh geli membayangkannya.

Hari ini, sahabat-sahabat Revan datang ke rumah, minus Galih yang ada urusan dan pengantin baru yang sedang bulan madu di Singapura. Revan dan lainnya sedang bercengkerama di ruang tamu, aku menyuruh bik Nikmah menyiapkan minuman dan makanan untuk mereka. Sementara anak-anakku sengaja Revan titipkan pada neneknya.

"Anaya kemana, Ris?" tanya Alfa.

"Anaya terus yang di cari?" tanya Daffa.

"Gila lo Al, beneran lo terobsesi sama anaknya Risa? Gara-gara dia mirip Risa kan?" sahut Kevin.

"Gak juga sih. Bayangin deh, Anaya umur 17 tahun, gue umur 36 tahun, gue masih muda. Lagian papa mamanya Anaya juga nikah muda kan, hehehe," ucap Alfa dengan entengnya.

Alfa hanya cengar-cengir, ia melirik ke arah Revan yang masih diam tanpa ekspresi. Dan aku? Ikut tertawa sajalah. Ku anggap ini guyonan.

"Ohiya, Anaya dan adik-adiknya ke rumah nenek, Anaya bilang kangen sama onty Nadia, pengen lihat perut buncitnya onty," jawabku mencairkan suasana.

My Cool Enemy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang