41. Menjauh

2.8K 162 22
                                    

Gak tau ini rate nya apa
Anggap aja 15+

Selamat membaca

🍃🍃

Risa menghela napas kasar, "Ngomong apa?"

"Pernikahan kita." Revan menatap tajam Risa.

Risa terdiam, ia menatap Revan lama. Begitupula Revan.

"Lo mau cerai?" kata itu yang terlintas di pikiran Risa saat ini.

"Gak mungkin," jawab Revan tegas.

"Apanya yang gak mungkin? Lo gak suka gue, bahkan lo nuduh gu--" Risa terdiam sejenak, "intinya kalau cerai, masalahnya selesai, benar bukan?"

"Gak semudah itu Ris, lo gak mikirin perasaan orang tua kita?" Revan menelan ludahnya. Ia seakan lupa, kalau dirinya pun sudah menyakiti Risa dan orang tuanya kemarin.

"Lalu, lo mau apa?"

"Gue minta maaf soal kemarin dan hari ini, gue gak bermaksud buat nuduh lo, gue cuma--"

"Skip aja, sekarang lo mau gimana?" ucap Risa Kesal.

"Gue minta kita bertahan dengan pernikahan ini setidaknya sampai kita lulus. Gue minta maaf gak bisa menepati semua janji gue ke lo. Dan--"

"Oke, gue setuju dan kita bersikap seperti sebelumnya. Kita adalah musuh. Meskipun kita serumah, tapi gue gak akan ganggu privasi lo, begitu pula sebaliknya. Kita hidup masing-masing. Gue akan tetap masak dan membersihkan rumah, lo mau makan terserah gak mau yaudah, cukup jelas bukan?"

Revan menghela napas pelan dan mengangguk. Risa berbalik dan menuju kamarnya. Ia segera merebahkan dirinya di kasur.

"Gue pikir, hubungan kita bisa lebih baik Van. Gue terlanjur suka sama lo, tapi kalau lo kayak gini.. ya gue harus menghindar, gue harus melupakan perasaan gue." Tak terasa air mata Risa menetes.

"Gue benci banget harus cengeng begini." Risa menghapus air matanya. Setelah lama ia berusaha untuk tidak menangis, sekarang ia harus menangis berkali-kali hanya karena satu nama, Revan.


****

Risa terbangun di tengah malam, ia melirik jam, pukul 01.45 WIB. Risa haus, ia melangkah keluar kamar menuju dapur, mengambil air minum dan menuju sofa.

Kreeeekk

Risa terkejut saat suara pintu rumah terbuka, ia sudah ancang-ancang kalau saja itu maling. Risa menajamkan penglihatannya, laki-laki itu masuk dengan terhuyung, yang membuat Risa lebih kaget, laki-laki itu adalah Revan.

"Lo ngapain?" Risa melihat memar di wajah Revan. Risa mendekati Revan dan membantunya berjalan menuju sofa.

"Lo gila ya jam segini baru pulang dan babak belur?" ucap Risa sambil membenarkan posisi duduk Revan. Setelah itu Risa mengambil air hangat dan obat.

"Gue melakukan ini bukan karena peduli, tapi karena rasa kemanusiaan."

Revan tak bersuara, ia membiarkan Risa mengobati lukanya. Revan mengamati wajah gadis itu dan mendengarkan ocehannya. Dalam hati ia tersenyum.

My Cool Enemy (END)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα