4. Numpang

3.5K 253 71
                                    

Semua karena terbiasa
Rasa itu muncul karena sering bersama

🍃🍃

Flashback 2 tahun yang lalu,

Risa menguap lebar, upacara penerimaan siswa baru di SMA Dirgantara bhakti membuatnya bosan. Risa menggaruk kepalanya, menoleh ke kanan kiri. Ia yang berdiri paling belakang karena terlambat, bahkan belum mengenal teman-teman sekelasnya.

Beberapa saat kemudian, datang seorang gadis berambut panjang dengan poni menutupi dahinya.

"Lo telat juga, 'kan?" tanyanya.

Risa mengangguk.

"Gue Vanya." Gadis itu mengulurkan tangannya.

"Risa." Risa ikut mengulurkan tangannya.

"Yang telat hari ini, sehabis upacara dapat hukuman, tadi gue denger dari guru di gerbang," jelas Vanya.

"Oh. "

"Irit banget lo bicaranya, yaudah gakpapa sih, karena lo yang pertama ngobrol sama gue, kita temenan akrab deh, jangan jutek-jutek ya." Vanya nyegir.

"Terserah lo deh," jawab Risa sambil tersenyum.

Pertemanan yang di awali dengan paksaan itu nyatanya berjalan mulus sampai sekarang.

Selesai upacara murid yang terlambat di minta guru berkumpul di halaman belakang sekolah.

"Pssst, geng Blue Devil yang ganteng-ganteng juga di hukum loh, Ris. Lumayan bisa cuci mata." Vanya berbicara pelan.

"Hah? Itu apa?" Risa tidak mengerti apa yang dibicarakan teman barunya itu.

"Geng cogan, lihat aja deh, mereka menuju kesini," jawab Vanya.

Risa menoleh melihat empat murid menuju tempatnya berdiri. Bener juga, mereka samua terlihat eye catching, wajah tampan, badan bagus dan sepertinya memiliki banyak fans, mirip di drama-drama korea. Tidak sengaja mata Risa bertatapan dengan salah satu dari mereka. Cowok itu berhenti dan masih menatap Risa.

"Sekolah di sini juga lo?" tanyanya tegas.

"Iya, emang kenapa?" Risa menjawab santai, diperhatikannya sudut bibir cowok itu, masih merah.

"Bagus lah, gue bisa balas dendam." Cowok itu mendekatkan tubuhnya ke Risa. Sementara gadis di depannya sama sekali tidak bergerak dan tidak ada rasa takut sedikitpun.

"Berati sekarang giliran gue nonjok lo." Cowok itu mengepalkan tangannya. Wajahnya merah karena emosi.

Vanya dan ketiga teman cowok itu hanya melongo tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi.

"Eh Van, lo kenapa? Masa lo mau nonjok cewek? Atau jangan-jangan---," kata salah satu cowok disitu.

"Iya, gue yang nonjok teman lo yang kurang ajar ini." Risa masih bersikap santai, malah kelewat santai.

"Si cewek bar-bar dong," ucap salah satu dari mereka.

"Jangan harap gue iba ya sama lo, gue gak nganggep lo cewek, jadi gue gak segan-segan buat mukul," ancam cowok didepan Risa.

"Enggak takut tuh." Risa malah menjulurkan lidahnya meledak, membuat cowok di depannya semakin emosi.

"Lo yaa--" Cowok itu mengangkat kepalan tangannya di udara hendak memukul.

"Kalian sedang apa?" suara teriakan mengangetkan semuanya. Cowok itu langsung menurunkan tangannya.

"Kalian ini di minta menunggu sebentar malah buat keributan. Mau berkelahi? Merasa jagoan?" Guru bernama ibu Merlin memijat kepalanya, ekspresi mukanya kelihatan sangat marah. Sementara semua murid disitu menunduk, tidak ada yang berani membuka suara.

My Cool Enemy (END)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora