14. Menemukan Fakta (2)

2.5K 175 27
                                    

Jangan sampai perasaan ini menyakiti orang lain

Clarisa Anastasia

🍃🍃

Risa melahap telur mata sapi di depannya. Ia sedang sarapan bersama Rani, Nadia, dan Revan. Seperti biasa suasana hening, tidak ada satupun yang bersuara, hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar.

"Aku sudah selesai bu, berangkat dulu ya." Revan mencium tangan Rani.

"Ayo Marmut." Revan menatap Risa.

"Revan. " Rani menekankan bicaranya.

"Ayoo Ri..saa." Revan tidak terbiasa memanggil dengan nama Risa, ia tampak aneh mengucapkannya.

"Hah?" Risa yang baru selesai sarapan tidak fokus dengan perkataan Revan. Revan melotot pada Risa.

"Oh.. Iya, iya." Risa mencium tangan Rani dan mengikuti Revan keluar rumah. Sementara Rani dan Nadia tersenyum melihat Revan dan Risa sudah semakin akrab.

Revan melempar helm ke arah Risa. Risa kaget namun sigap menangkapnya.

"Kalem dong, untung gue refleknya bagus." Risa mendengus kesal.

"Bawel, cepetan naik!"

"Lo mau nurunin gue di jalan lagi ya? tumbenan ngajak berangkat bareng."

"Gue kan udah bilang gak akan nurunin lo di jalan lagi, lupa? bisa langsung naik gak, gue males debat sama lo."

Risa menurut, ia tidak mau berdebat dengan manusia satu ini. Mood nya bisa berantakan.

"Dih, aneh banget, kesambet apaan sih?" Risa berbicara pelan saat naik ke motor Revan.

"Gue dengar marmut."

"Apaan? gue gak bilang apa-apa."

"Ck." Revan berdecak kesal. Revan melajukan motornya dengan cepat tanpa aba-aba terlebih dahulu.

"ES BATU SETAAAN.. "

🍃🍃

Bel istirahat pertama berbunyi, Guru Sejarah, Pak Kus, keluar dari kelas dan di ikuti beberapa murid keluar untuk istirahat dan beberapa tinggal di dalam kelas. Vanya memutar tubuhnya menghadap Risa,

"Buruan cerita, gue udah penasaran tingkat kecamatan nih soal cerita lo yang tertunda kemaren, sama gimana kencan lo sama Arsen."

Risa langsung membungkam mulut Vanya, "Husstt jangan kenceng dong ngomongnya, bisa salah paham kalau orang lain dengar, parah lo." Risa melepas dekapannya.

"Hehe, maaf keceplosan Ris." Vanya nyengir.

"Gue nggak kencan ya, gue cuma ngajak minum di kafe sebagai ucapan terimakasih." Risa memelankan suaranya.

"Apa yang kalian bicarakan?"

Duuh, Vanya nanya lagi gue kan gak bisa jawab soal Rindi, batin Risa.

"Ngobrol biasa Nya." Risa merapikan bukunya.

Vanya mengangguk, "Kalau yang kemarin yang belum jadi cerita?"

Risa menengok ke seluruh ruangan, hanya ada mereka di dalam kelas, lalu ia menerawang ke atas dan menceritakan semuanya pada Vanya. Tentang sikap Revan yang membuat Risa merasa aneh akhir-akhir ini dan tentang ciuman singkat mereka kemarin.

My Cool Enemy (END)Where stories live. Discover now