6. Masih tentang Revan

3K 196 54
                                    

Pertahanan yang ku buat seakan perlahan mulai runtuh. Ya, aku terpesona dengan segala yang ada pada dirimu.

Clarisa Anastasia

🍃🍃

Risa merebahkan tubuhnya di kasur. Ia memijat pelipisnya, pusing kini menderanya. Takdir apa yang di rencanakan Tuhan untuknya? Sekarang Risa akan sering bertatap muka dengan Revan, orang yang menurutnya paling menyebalkan. Risa mengambil handphone nya, menyalakan alunan musik beethoven, setidaknya alunan musik itu bisa menenangkan pikirannya.

Tok.. Tok.. Tok

"Iya?" teriak Risa dari dalam kamar

"Ini gue Ris, Nadia."

Risa berjalan ke pintu kamar dan membukanya. "Masuk kak Nad." Risa mempersilahkan Nadia masuk.

"Lo belum ngantuk kan?" tanya Nadia.

"Belum kak, duduk sini kak." Risa mempersilahkan Nadia duduk di kasurnya.

"Sorry ya, gue gak bisa tidur sekamar sama lo, bukan apa-apa, gue tidurnya blangsak Ris, kasihan lo kalau tidur sama gue. Kasur di kamar gue satu doang, kamarnya sempit lagi." Nadia tertawa agak malu. Dibalik penampilan Nadia yang feminim, cantik dan anggun, ternyata kalau tidur banyak gayanya. Wanita secantik Nadia juga punya sisi yang bikin dirinya insecure juga yaa, batin Risa.

"Santai kak, gue mah di mana aja bisa tidur kok, asal gak kotor aja tempatnya." Risa tertawa juga.

Nadia bernapas lega. Ia mulai menyukai gadis di depannya. Mereka tampak cocok dalam berbagai hal kecuali penampilan. Nadia gadis yang sangat teliti dalam berpenampilan, sementara Risa masa bodoh dengan penampilannya. Hal ini membuat Nadia gemas ingin mendadani Risa.

"Katakan ke gue, lo sama Revan ada hubungan spesial ya?" selidik Nadia.

Mengingat kejadian tadi sebelum makan, Risa sudah menduga kalau Nadia pasti menanyakan hal itu.

"Enggak kak, kami gak ada hubungan apa-apa kok," bantah Risa.

"Kelihatannya kalian dekat, lalu yang tadi itu apa? Kirain kalian tadi mau ciuman."

"Enggak, Kak Nadia salah paham." Risa tidak menyangka Nadia akan berfikir seperti itu.

"Lalu?"

Risa menghela napas berat sebelum Menjelaskan semuanya. "Baiklah, gue dan Revan sebenarnya tidak akur dari dulu kak, emm kami musuhan dari awal masuk SMA. Jadi dia merasa tidak nyaman gue tinggal di sini. Kalau yang tadi itu, Revan cuma bercanda aja kak." Risa tertawa garing.

Nadia tampak berfikir sesuatu, kemudian tersenyum. Ada sesuatu yang sedang dia rencanakan.

"Kenapa kak?"

"Gakpapa, yaudah nanti lama-lama pasti akur kok, siapa tau malah berjodoh kan," goda Nadia.

"Kak Nadia ngomong apasih." Entah kenapa Risa keliatan merona saat Nadia mengatakan hal itu. Sungguh bukan Risa seperti biasanya.

"Kan nanti gue senang juga, lo beneran jadi adik gue." Nadia tertawa, Risa tidak menanggapi namun ikut tertawa.

"Lo tahu Ris, Revan itu memang keras kepala. Semenjak ayah meninggal 10 tahun yang lalu, kami tahu Revan berusaha sangat keras untuk melindungi kami menggantikan ayah. Dia mulai latihan bela diri dan membentengi dirinya untuk menjadi lebih kuat. Dulu, dia adik yang periang, manja dan banyak bicara, setelah itu dia menjadi pendiam, acuh, dan mungkin orang akan berfikir kalau dia itu angkuh."

My Cool Enemy (END)Where stories live. Discover now