19. Malam yang Panjang

3.3K 159 24
                                    

Jantungku berdetak kencang saat bersamamu

Revano Iqbal

🍃🍃

Risa mengikuti langkah Revan. Ia tahu ini sudah larut malam, tapi Revan merasa harus mengembalikan tas si ibu. Melihat informasi dari KTP si ibu, alamatnya tidak jauh dari tempat mereka. Mereka berjalan kaki, karena memang tidak ada kendaraan, mau pesan kendaraan online pun handphone sudah sekarat.

"Ibu itu tinggal di daerah ini, tinggal nanya alamatnya," ucap Revan.

Beruntungnya, di jam malam begini Risa dan Revan bertemu dengan seseorang dan berhasil mendapat informasi dimana rumah si ibu. Risa dan Revan bergegas mencari rumahnya. Keadaan sangat sepi dan gelap, karena memang sudah larut malam. Risa berhenti, melihat sekitarnya, jarak antar rumah ada kebun yang tidak terawat dan gelap. Risa menelan salivanya. Tubuhnya gemetar. Ia takut. Samar-samar ia seperti mendengar suara aneh, ia melihat ke samping, ada sebatang pohon besar. Risa seperti melihat benda berwarna putih disana. Risa merinding, takut kini menderanya, ia melihat Revan berjalan di depannya dengan santai. Sial, gue takut banget, batin Risa. Risa seperti mendengar suara aneh lagi, ia tidak bisa berfikir jernih sekarang, apalagi benda putih itu tampak menakutkan.

"Es batu.. "

Revan menoleh, ia melihat Risa berlari kearahnya, dan memeluk erat tubuhnya.

Deg

Deg

Jantung Revan berdetak sangat kencang. Risa memeluknya dengan sangat erat. Revan tidak mengerti apa yang terjadi, ia gugup tapi berusaha untuk tenang.

"Lo kenapa?" Revan tidak berusaha melepas pelukan Risa.

Bukanya menjawab, Risa malah mengeratkan pelukannya.

"I.. itu.. sudah hilang belum?"

"Apa yang hilang?" tanya Revan tidak mengerti.

"Hantu.."

"Hah?" Revan memeriksa sekitar, tidak ada apapun.

"Lo modus ya?"

"Gue beneran takut bego!"

Revan bisa merasakan tubuh Risa bergetar, ia yakin gadis itu memang sedang takut.

"Gak ada apa-apa, perasaan lo aja."

"Yang di pohon?"

Revan melihat pohon besar di sebelah kananya.

"Itu cuma kain Marmut!"

Risa melepaskan pelukannya. Dengan takut ia melirik ke arah pohon, dan benar saja itu cuma kain. Kenapa tadi ia seperti melihat bukan sekedar kain? Mungkin rasa lelah dan takut menguasai pikirannya, sehingga ia menjadi lebih sensitif pada penglihatannya.

"Ah iya maaf." Risa menjauh dari tubuh Revan. Ia mulai malu dan merutuki dirinya sendiri. Kenapa harus memeluk Revan? Kenapa tadi ia mendengar detak jantung Revan begitu kencang, apa ia berdebar saat ia peluk? Entahlah.

"Lo beneran gak modus?"

"Enggak, enak aja, gue.. takut."
Risa memelankan suaranya.

Revan menghela napas berat, "Jadi yang katanya jagoan di sekolah, takut ketinggian, takut hantu juga?" Revan tertawa.

"Berisik!" Risa tampak malu sekarang.

"Gue mending ketemu 10 penjahat daripada hantu, ih serem." Risa memeluk dirinya sendiri dan merinding.

My Cool Enemy (END)Where stories live. Discover now