47. Misi Pertama

2.8K 145 27
                                    

🍃🍃

Revan memaksa Risa untuk berangkat sekolah bersama. Awalnya Risa menolak, tapi ia sekali lagi harus mengalah dengan suaminya itu. Risa meminta Revan untuk menurunkannya agak jauh dari gerbang sekolah, untung saja suaminya itu setuju.

Lagi, dan lagi. Entah ke berapa kali Risa mendapatkan tatapan sinis dari murid-murid di sekolahnya. Risa menduga berita tentang masuknya Arsen ke rumah sakit sudah menyebar, dan tentu saja Risa lah yang di salahkan. Risa memutar bola matanya bosan, ia sengaja tak menghiraukan pandangan dan perkataan dari mereka yang ia lewati menuju kelas. Ya, begitulah Risa, lebih baik diam daripada bikin keributan nantinya.

"Lihat deh, pembuat masalah udah datang." Bella menatap sinis Risa yang baru saja masuk ke kelas. Risa bersikap acuh, ia tak menghiraukan ocehan Bella dan beberapa teman sekelasnya yang berbisik-bisik membicarakan dirinya.

Risa melihat ke segala arah mencari keberadaan sahabatnya, tapi ia tak menemukan gadis itu. Risa segera duduk di bangkunya.

"Kenapa suka banget gitu nyakitin orang lain. Udah hobi kali yah?" Bella berbicara dengan Siska, namun jelas sekali ia sedang menyindir Risa.

Risa menghela napas panjang, berusaha mengontrol emosinya agar tidak terpancing.

"Heh Ris, lo pura-pura budek apa gimana sih? Atau emang hati lo terbuat dari batu? Gue heran, apanya coba yang di sukai Arsen dari lo, bisanya nyakitin aja." Kali ini Bella menatap ke arah Risa dengan emosi.

"Lo ngomong sama gue?" tanya Risa dengan malas.

"Ngomong sama parasit!" Bella tersenyum mengejek.

"Oh, yaudah sana lanjutin, gue mau tidur."

Bella mengepalkan tangannya emosi, niat ingin membuat Risa emosi, justru malah emosinya sendiri yang tersulut.

"Heh, mulut cabe, diam aja deh, gak usah bikin ricuh, gue laporin juga lo ke BK karena sudah mengganggu dan memfitnah orang!" Vanya yang baru datang marah pada Bella.

"Heh, kita gak takut ya sama kalian, laporin aja, orang kita bicara fakta." Siska yang awalnya diam ikut bicara.

"Yuk ah Ris, keluar kelas dulu, daripada di sini terus, panas, soalnya ada yang kesetanan." Vanya meletakkan tas nya kemudian menarik Risa keluar kelas. Ia tak peduli dengan teriakan dan umpatan kasar Bella dan Siska.

"Ini pasti ulah si Alessa, pasti dia yang nyebarin berita Arsen masuk rumah sakit, awas aja kalau ketemu, gue bikin tempe penyet!" Vanya mendengus kesal.

"Jangan dengerin omongan mereka Ris!" Vanya menatap sedih sahabatnya itu. Ia tahu Risa itu kuat, tapi bagaimanapun juga Risa tetaplah wanita biasa.

"Lo kayak gak kenal gue aja Nya." Risa tersenyum.

"Gue kenal lo banget, gue tau lo kuat, tapi tetep kan di sini lo juga mikirin semua masalah yang tiba-tiba datang silih berganti." Vanya menunjuk kepala Risa.

"Iya, lo benar, tapi udahlah, semakin di pikirin semakin pusing, trus gue lapar, trus gue makan, trus berat badan gue bertambah, gak mau gue mah!" Risa mencoba tertawa.

"Ih, gue suka kesel sama lo, diajak ngomong serius jadinya bercanda mulu, gue cekek juga nih!" Vanya bersiap memegang leher Risa.

"Eh kok tumben lo gak ikat rambut lo?"

Risa menelan ludahnya kemudian memaksa tertawa. Vanya mengerutkan keningnya berusaha menebak yang terjadi.

"Lo jalannya juga aneh deh, gak kayak biasanya, jangan-jangan---" Vanya memperhatikan leher Risa.

My Cool Enemy (END)Where stories live. Discover now