Risa dan Vanya berjalan menuju ruang Revan dan lainnya.

"De, kita mau nongkrong, yang lain gimana?" tanya Vanya.

"Ngikut dong, sayang."

"Capek ya Ris?" Revan menghampiri Risa dan merangkul istrinya itu.

"Gak kok, kita ikut nongkrong ya, Van?" ajak Risa.

"Yaudah, iya. Mau aku gendong ke perkiraan?"

"Hih, gak usah, malu tau, Van!"

"Bucin wae lu, Van!" ejek Kevin.

"Bucin sama istri sendiri mah halal," celetuk Revan.

"Eh, itu Arsen dan Galih, sini woe," teriak Deo sambil melambaikan tangannya.

Galih dan Arsen menghampiri Revan dan lainnya.

"Muka lo kusut amat, kenapa Gal?" tanya Daffa.

"Gue udah PDKT dari kemarin sama rumus-rumus fisika, eh gak ada yang nyantol, zonk!" ucap Galih.

"PDKT sama cewek, bangsul! Bukannya sama rumus fisika!" ujar Deo.

"Cantik-an rumus fisika! Hahaha." Galih tertawa.

"Ar, Galih sehat?" tanya Daffa.

"Kayaknya masih kesurupan," jawab Arsen.

"Enak aja, gue masih sadar 100%."

"Udah, ayo gass, jadi ke kafe kan? Si Alfa nungguin di depan." Kevin mengajak sahabat-sahabatnya untuk pergi ke kafe. Jika dibiarkan lama-lama, obrolan mereka akan semakin ngawur dan unfaedah!

****

Hari yang di tunggu-tunggu tiba. Semua murid akhirnya bisa bernapas lega, SMA Digantara Bhakti dinyatakan lulus 100%. Risa dan Vanya berada di kerumunan murid-murid yang bersorak bahagia, beberapa ada yang lompat-lompat kegirangan. Sementara Risa? Ia hanya diam dan tertawa.

Revan menarik tangan Risa menjauh dari kerumunan, ia membawa istrinya untuk duduk di tempat yang sepi.

"Disini aja, nanti kamu kesenggol sama yang lain." Revan memberikan air putih yang dibelinya tadi di kantin.

"Akhirnya lulus juga, senang deh, Van!" Risa menerima air pemberian Revan dan memeluk suaminya itu dari samping. Revan membalas pelukan Risa dan mengusap lembut rambutnya.

"Hm, iya, setelah ini perjalanan kita masih panjang."

"Iya, aku tahu. Apapun itu kalau sama kamu, aku yakin semua akan baik-baik aja," ucap Risa.

"Hm."

Risa melepas pelukannya dan menatap suaminya.

"Apa? Jangan pasang ekspresi muka begitu. Ini di sekolah, aku gak bisa berbuat macam-macam sama kamu!"

"Dih, apaan sih! Orang aku cuma natap kamu doang. Lagian ya, nih isi otaknya di ganti kek jangan yang mesum mulu!" ejek Risa.

"Laki-laki kalau gak mesum bukan laki-laki namanya!" balas Revan.

"Pembelaan yang membangongkan!"

"Berani gitu sama suami?"

"Gak! Aku bisa gak tidur semalaman kalau berani sama kamu!" Risa mengerucutkan bibirnya.

"Nah, udah tau resikonya."

"Susah ya emang, punya lakik yang mesumnya tingkat dewa."

"Ngomong apa barusan?"

"Gak!"

"Clarisa Anastasia! Nanti malam aku bikin kamu gak bisa tidur, besoknya gak bisa jalan!"

"Aku pulang ah ke rumah ibu," canda Risa.

"Aku seret pulang ke rumah!"

"Jahat bener!"

"Baru tau?" tanya Revan. Ia terkekeh geli melihat ekspresi istrinya. Uh menggemaskan!

"Bodo amat." Risa berdiri dan berjalan menjauh.

"Kemana?"

"Kantin," jawab Risa tanpa menoleh.

"Jangan lari-lari!"

"Iya, bentar lagi ngesot."

"Sekarepmu! Untung aku cinta!"

****

Rindi tersenyum melihat sepasang suami istri yang duduk di selasar. Ia berbalik hendak menuju kelasnya namun seketika terkejut melihat Arsen berdiri di depannya.

"Arsen.."

"Sedang mengamati---"

"Gue hanya kebetulan lewat," jawab Rindi sambil menunduk.

"Mau ngobrol sebentar?" tanya Arsen.

Rindi mengangguk dan mengikuti langkah Arsen. Mereka duduk di selasar yang sepi.

"Masih belum bisa move on?"

"Udah sih, tapi belum sepenuhnya hilang." Rindi tak berani menatap Arsen, pandangannya lurus ke depan.

"Sama."

"Hm?"

"Berat sih, tapi entahlah, gue lihat orang yang gue sayang bahagia, rasanya udah cukup. Lagian perjalanan hidup gue kan masih panjang," ucap Arsen.

"Gue akan memulai hidup gue yang baru setelah ini. Hanya butuh waktu untuk melupakan semuanya." Rindi menatap Arsen sekilas kemudian pandangannya kembali lurus ke depan.

"Mm, makasih Ar, waktu itu lo udah cerita semuanya ke gue. Gue terkejut saat tau mereka sudah menikah. Setelah itu gue bisa mempersiapkan hati gue buat kehilangan. Rasanya melelahkan tapi setelah dari rumah sakit waktu itu, gue benar-benar merasa lega." Rindi tersenyum.

"Mm, iya, semangat ya Rin! Lo harus bahagia dengan kehidupan baru lo setelah ini."

Rindi mengangguk. Benar, ia harus bahagia. Ia harus mewujudkan cita-cita dan cintanya suatu hari nanti.

"Yaudah Ar, gue ke kelas ya. Makasih." Rindi berjalan menuju kelasnya.

Arsen mengangguk, "Gue juga! Harus semangat mewujudkan cita-cita dan cinta gue."







Tbc

Alhamdulillah sudah part 73.

Ini part menuju ending,

pantau terus ya..

Jangan lupa buat tekan bintangnya

Semangat!

My Cool Enemy (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora