66. Marmut Dan Es Batu

Start from the beginning
                                    

"Lo......?"

"Sengaja kan lo bikin gue jatuh?" Risa menatap marah cowok di depannya. Ia melihat tubuhnya yang kotor terkena tanah selokan.

"Gue nanya doang, lo nya aja yang gak bisa jaga keseimbangan!" ucap Revan dengan santainya.

Revan melihat Risa mengambil marmut kecil yang terjebak di tanah selokan. Masih di posisinya yang terduduk di dalam selokan, Risa mengelus bulu marmut itu.

"Bantuin gue berdiri!" ucap Risa.

"Jadi lo berjongkok di depan selokan buat ambil ni marmut?" tanya Revan.

"Iya, kasihan,uh lucunya kamu.." Risa mengusap lembut kepala marmut itu.

"Udah tau tangan lo pendek, ya susah ngambilnya lah!"

"Lo bisa gak sih, gak bawa-bawa fisik, gue juga tau kalau gue kurang tinggi!" Risa mengerucutkan bibirnya.

"Kasihan banget!" Revan tersenyum menyebalkan.

"Berisik! Bantuin kek!" Risa mengulurkan tangannya.

"Ogah!"

"Tega banget sih lo, lihat nih gue kotor semua gara-gara lo!" Risa melotot pada Revan.

"Hah, nyusahin aja!" Revan memegang tangan Risa dan menariknya ke atas.

Namun, bukanya ketarik ke atas justru tubuh Revan ikut jatuh ke dalam selokan. Risa sengaja menarik tubuh Revan agar cowok itu ikut jatuh.

Risa tertawa puas melihat Revan jatuh disampingnya. Cowok itu menatap marah pada Risa. Ia memperhatikan tubuhnya yang kotor di beberapa bagian.

"Ngajak ribut ya, Ris?" Revan melotot pada Risa.

"Nah, ini baru namanya impas, gue kotor, lo juga harus kotor!" Risa tertawa keras.

Revan mengepalkan tangannya. Ia mengambil tanah becek di bawahnya dan mengoleskannya pada pipi Risa.

"Ini baru namanya impas!" gantian Revan yang tertawa puas.

"Revaaan, ih kotor tau!" ucap Risa kesal.

"Apa?"

Risa mengepalkan tangannya kemudian mengambil tanah di bawahnya dan hendak mengoleskan pada wajah Revan. Namun, Revan dengan sigap memegang tangan Risa.

"Apa? Mau balas gue?" ucap Revan.

"Lepasin Rev...van."

Risa dan Revan terdiam, mereka saling menatap satu sama lain.

Deg

Deg

Deg

Jantung Risa dan Revan berdetak lebih kencang. Beberapa detik kemudian Revan melepaskan tangan Risa dan memalingkan muka, begitu pula Risa. Keduanya terdiam beberapa saat, sampai Revan berdiri dan naik ke atas.

"Lo mau di situ terus?" tanya Revan.

"Oh, nggak." Risa naik ke atas, ia bahkan lupa dengan marmut yang sejak tadi di pegangnya.

Risa dan Revan membersikan ala kadarnya kotoran yang menempel di tubuh dan bajunya.

"Jadi, lo suka marmut?" tanya Revan.

"Hm, lucu!" jawab Risa.

"Kaya lo, lucu dan aneh!" ucap Revan.

"Ngmong apa barusan? Lo tuh yang nyebelin!"

"Yaudah, mulai sekarang gue panggil lo marmut aja."

"Hah? Dan lo dingin kaya es! Es batu!" Risa tersenyum sinis.

"Terserah lo!" Revan berbalik dan berjalan menjauh. Ia memegang dadanya.

Kenapa jantung gue berdebar? Revan menggeleng.

Selain cantik, ternyata lo juga baik, batin Revan.

****

Revan masuk ke kelas setelah fotokopi. Deo, Daffa dan Kevin terkejut melihat penampilan Revan.

"Lo habis dari fotokopi atau kesiram kopi? Kotor banget!" tanya Deo asal.

"Bau, Van! Lo habis kejebur got?" tanya Kevin.

"Hm." jawab Revan.

"Beneran, kejebur got? Kok bisa?" tanya Daffa.

"Gara-gara marmut, eh Risa," jawab Revan.

"Hah? Marmut? Risa?" tanya Deo.

"Risa ngambil marmut di selokan, dia kecebur, gue tolongin malah gue ikut kecebur." Revan malas menjelaskan, tapi sahabat-sahabatnya tak akan berhenti bertanya sampai tahu jawabannya.

Jawaban Revan membuat ketiga sahabatnya tertawa. Revan menghela napas dan menatap malas ketiga sahabatnya.

"Van, lo suka sama Risa?" tanya Kevin serius, setelah mereka selesai tertawa.

"Gak lah!" jawab Revan.

"Yakin?"

"Hm."

"Kirain loh, soalnya yang sering bertengkar itu, biasanya lama kelamaan bakalan suka," ucap Daffa.

"Gak! gue gak suka!"

Flashback off

Revan mengingat kejadian dulu, saat dirinya harus membohongi semua orang dan membohongi dirinya sendiri. Hanya karena gengsi, membuatnya harus mengubur perasaan suka nya pada Risa. Revan menumbuhkan rasa benci setiap harinya untuk menutupi rasa suka nya. Melelahkan, tapi itulah yang dilakukannya dulu.

"Kamu tau Ris, dalam setiap doaku selalu ada nama kamu, dan beruntungnya aku, Tuhan mengabulkan doaku itu." Revan mengelus lembut rambut Risa. Revan tersenyum, ia bahagia takdir memihak padanya.

🍃🍃

Keesokan paginya Risa dan Revan bangun lebih awal. Mereka mandi, berganti seragam dan membangunkan Sarga untuk ikut ke rumah ibu Rani. Sarga anak yang baik, pintar, penurut dan mudah menyesuaikan diri. Saat sampai di rumah ibu Rani, dia langsung akrab dengan ibu Rani dan Nadia. Ibu Rani sangat senang melihat Sarga, bahkan Sarga memanggilnya oma, dan memanggil Nadia onty.

"Gue senang Sarga langsung bisa menyesuaikan diri kak," ucap Risa pada Nadia.

"Iya, manis banget Ris, nanti gue ajak ke mall, gue belikan semua perlengkapan dia. Ibu juga bahagia banget, emang sudah waktunya punya cucu." Nadia melihat ibunya bermain dengan Sarga.

"Iya kak, makasih banget ya kak. Yaudah kita berangkat dulu ya kak." Risa dan Revan berpamitan pada Ibu Rani, Nadia dan Sarga.

Sarga anak yang pintar, tidak perlu ada drama, anak itu sudah mengerti kalau Risa dan Revan harus berangkat sekolah. Hanya saja masih ada yang mengganjal di hati Risa. Meskipun Sarga anak penurut, ia tetaplah balita yang sedang aktif-aktifnya. Ia berharap Revan bisa memaklumi setiap tindakan yang dilakukan Sarga.






Tbc

Vote comment yuk...

My Cool Enemy (END)Where stories live. Discover now