75. Nyatakah?

281 21 0
                                    

Perlahan mata Nami bergerak-gerak, Namjoon dan Sandara sangat senang ketika menyadari pergerakan Nami. Mereka mendekat dan terus menatap Nami hingga perlahan mata Nami mulai terbuka.

"Mama, papa...." Nami.

"Syukurlah kamu sudah sadar," Sandara.

"Aku di mana?" Nami.

"Di rumah sakit, tadi papa menemukan mu pingsan di dalam kamar." Namjoon.

"Apa kamu mengingat sesuatu nak?" Sandara.

Nami diam, dia menatap ke arah lain. Mata Nami kembali terpejam, dia ingin tau apa yang ada diingatan nya saat ini.

"Aku tidak mengingat apapun," Nami.

Namjoon dan Sandara merasa sedih, padahal mereka sudah berharap kalau ingatan Nami kembali. Namun harapan mereka pupus begitu saja.

"Tidak masalah nak, sekarang istirahat lah. Pasti kepala mu masih pusing kan," Namjoon.

Nami menuruti keinginan Namjoon, dia kembali menutup mata untuk tidur. Beberapa menit kemudian perlahan mata Nami kembali terbuka, namun dia bingung ketika berada di tempat yang berbeda.

"Ini di mana?" Nami.

"Kamu sudah bangun?"

Suara lembut ini mengalihkan perhatian Nami, dia yang tadinya menatap sekeliling beralih menatap pemuda yang berada di sebelah nya. Pemuda itu tersenyum tulus, jari jemari nya juga terus menggenggam jemari Nami.

"Taeyong?" Nami.

"Iya, ini aku." Taeyong.

"K-kenapa aku bisa ada disini?" Nami.

"Aku juga tidak tau, ketika terbangun aku sudah berada di sini dan melihat mu yang masih tertidur." Taeyong.

Nami mengubah posisi nya menjadi duduk seperti Taeyong, dia menekuk kakinya dan sedikit heran saat melihat gaun yang dia kenakan. Padahal sudah lama dia tidak pernah memakai gaun atau dress, karena Nami merasa baju feminim itu tidak sesuai dengan nya.

"Kenapa?" Taeyong.

"Aku bingung, kenapa aku bisa memakai dress. Seingat ku, aku masih berada di rumah sakit dan di suruh tidur oleh papa." Nami.

Taeyong menanggapi Nami dengan senyuman, dia juga tidak tau kenapa bisa berada disini. Tatapan nya terus tertuju pada Nami, Taeyong sedikit mendekat dan dengan berani memeluk Nami dengan erat.

"E-eh?!" Nami panik karena Taeyong yang tiba-tiba memeluk nya.

"Aku tidak pernah melakukan ini sebelum nya, jadi ku mohon sebentar saja. Aku ingin melepaskan kerinduan ku pada mu," lirih Taeyong.

Nami berhenti memberontak, apa ini mimpi? Tapi kenapa wangi tubuh Taeyong bahkan sentuhan nya terasa begitu nyata?

"Aku merindukan mu Nami, sangat-sangat merindukan mu." Taeyong.

"Kenapa kamu begitu merindukan ku, padahal kita sudah satu tahun tidak bertemu. Bahkan akupun juga sudah melupakan mu seutuhnya," lirih Nami.

"Karena aku mencintaimu," Taeyong.

Bibir Nami bungkam, dia tidak tau lagi harus menjawab seperti apa. Mengapa Taeyong begitu mencintai nya? Apa cinta akan membuat siapapun menjadi seperti ini? Lemah dan bertahan walaupun terluka.

"Lupakan aku Taeyong, kita tidak akan bisa menyatu." Lirih Nami.

"Aku tidak ingin melupakan mu Nami," Taeyong.

"Hiduplah lebih baik lagi kedepannya, masa depan mu tidak hanya tentang cinta. Kamu harus bisa sukses untuk membanggakan kedua orang tua mu," Nami.

PLEASE DON'T LEAVE ME S3 ✔️Where stories live. Discover now